26 C
Medan
Friday, December 27, 2024
spot_img

Ribuan Warga Terlantar di Jalanan

Efek Angkot Mogok Massal

MEDAN- Aksi Stop Operasi angkutan kota (angkot) di bawah komando Dewan Perwakilan Cabang Organisasi Angkutan Darat (DPC Organda) Kota Medan pada Senin (22/10) pagi, membuat ribuan penumpang terlantar di pinggir jalan. PNS, pekerja swasta, pelajar, dan sebagainya tampak menyemut di sisi berbagai jalan yang berada di Medan.

ANDRI GINTING/SUMUT POS TRUK: Warga Medan harus naik truk untuk berpergian ketempat tujuan akibat ribuan angkutan umut mogok beroperasi  Medan, Senin (22/10).
ANDRI GINTING/SUMUT POS
TRUK: Warga Medan harus naik truk untuk berpergian ketempat tujuan akibat ribuan angkutan umut mogok beroperasi di Medan, Senin (22/10).

Sebut saja Jalan Sisingamangaraja, mulai dari persimpangan Amplas, terlihat calon penumpang di tepi jalan. Mereka menanti angkot yang tak kunjung datang. Memang, pagi kemarin ada beberapa angkot yang melintas, namun tidak ada yang mau mengangkut. Begitu juga di Jalan Yos Sudarso simpang Martubung dan di Pulo Brayan, warga pun terlihat menunggu angkot. Meski angkot ada yang mengambil penumpang, namun langsung terisi penuh di dalamnya.

Raihma (23), seorang sales promotion girls (SPG) di sebuah mal ternama di Kota Medan ini mengatakan, ia tak mengetahui bahwa ada dilakukan stop operasi meski sudah lama menunggu angkot di pinggir jalan di Pulo Brayan. “Saya pun heran, stop operasi tidak keseluruhan angkot, masih ada angkot mencari penumpang. Tapi pas mau saya stop, ternyata sudah penuh penumpang di dalamnya,” ujar dia.

Tak beda dengan dua kawasan tersebut, dalam pantauan Sumut Pos, nyaris di setiap jalan ada warga yang tak terangkut. Khususnya saat pagi, di saat aktivitas baru akan dimulai. Terlihat beberapa warga yang harus balik ke rumah. “Saya minta diantar suami, ‘gak ada angkot,” kata Nita (31) warga Jalan Selamat yang menunggu angkot di seputaran Titikuning.

Begitu juga yang dialami Lindung (47), warga Jalan Garu II. Saat menuju ke kantornya yang berada di seputaran Lapangan Benteng, mobilnya sesak ditumpangi anak sekolah. “Kasihan, gak ada angkot, saya lihat mereka butuh tumpangan,” katanya sambil tersenyum.

Ada Angkutan Alternatif

Sementara itu, saat demo angkot tersebut, Pemerintah Kota (Pemko) Medan dan Polresta Medan menerjunkan armadanya untuk mengangkut warga dengan tujuan yang ditentukan.

Dari Pemko Medan menerjunkan armada operasionalnya dari Sat Pol PP Kota Medan, sebanyak 8 mobil patroli terbuka diterjunkan dan 3 truk Patroli Satpol PP Kota Medan. Menurut Kasat Pol PP Kota Medan saat di konfirmasi Sumutpos, kemarin siang, pihaknya melakukan evakuasi penumpang telantar di sejumlah tempat secara mobile yakni di Jalan Yos Sudarso dipersimpangan Pulo Brayan, Jalan Willem Iskandar persisnya di depan Kampus Unimed, Jalan Prof HM Yamin tepatnya di persimpangan aksara, di Jamin Ginting persisnya di simpang kampus USU, Jalan AH Nasution di persimpangan Delitua, dan Jalan Gatot Subroto persimpangan Kampunglalang. “Kita tempatkan armada kita sebanyak 11 armada untuk melakukan evakuasi penumpang yang telantar ini secara mobile satu hari full,” ungkapnya.

Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto SIK SH MH mengatakan, polisi juga langsung mengerahkan 43 unit kendaraan untuk mengangkut warga. “Pihak kepolisian sudah stand-by sejak pukul 07.00 WIB, pagi tadi (kemarin). Ada 26 truk roda 6 dan 17 mobil roda 4 disiapkan. Beberapa mobil sudah beroperasi sejak jam 07.00 WIB pagi dan sudah ada yang balik lagi untuk ambil penumpang. Semoga saja situasinya aman dan terkendali sampai sore nanti,” ujarnya.

Sweeping Berlangsung Panas

Di sisi lain, agar aksi berjalan sukses, pihak Organda melakukan sweeping pada sopir naka. Seperti yang terjadi di Jalan HM Yamin, tepatnya di dekat Aksara Plaza. Sopir yang masih beroperasi diminta berhenti. Penumpang pun langsung diturunkan di tempat itu juga. Bahkan, ada pula sopir yang dijotos oleh sopir yang melakukan aksi.

Mendapat informasi tersebut, Kapolsekta Percut Seituan, AKP Erinal dan Kanit Lantas Polsekta Percut Seituan, AKP Maju Harahap dengan cepat turun ke lokasi. “Jangan sampek masyarakat menjadi lawan kalian,” ucapnya kepada para sopir dan para sopir yang melakukan sweeping itu pun bubar.

Namun, aksi itu terus berulang. Sweeping dilakukan secara bergantian di dua tempat: Aksara dan kampus Unimed. Tak pelak hal ini membuat polisi dan sopir kucing-kicungan. “Kami minta tuntutan ini segera dipenuhi. Kalau tidak, kami akan terus melakukan aksi mogok,” kata Dani, salah seorang sopir.
Usai melakukan sweeping, ratusan angkot bergerak menuju Terminal Amplas. Di sini, para sopir kembali menyampaikan segala tuntutan mereka didampingi oleh DPD dan DPC Organda.

Di terminal Amplas tuntutan mereka ditanggapi oleh sejumlah pejabat terkait,  di antaranya Sekda Pemko Medan Syaiful Bahri, Dir Lantas Polda Sumut Kombes M Arkan Hamzah, Asisten I Gubsu Hasiolan Silaen, Kadishub Provinsi Antoni Siahaan, Karo Ops Polda Sumut Kombes Pol Iwan Hari Sugiarto dan juga Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang secara langsung berdialog dengan para sopir untuk mencari solusi tuntutan yang disampaikan.
Menanggapi mengenai tuntutan penertiban terminal liar dan kemudahan perpanjangan SIM terhadap para sopir, Karo Ops Polda Sumut Kombes Pol Iwan Hari Sugiarto menyampaikan bahwa diharapkan kepada para sopir dapat memberikan waktu agar pihaknya dan lembaga terkait untuk membicarakan sekaligus merealisasikan tuntutan yang disampaikan.

Akibat aksi mogok ratusan sopir angkot tersebut, Iwan mengatakan pihaknya menyiapkan mobil bantuan untuk mengangkut siswa dan penumpang yang terlantar. “Dari Dit Sabhara Poldasu menurunkan 8 mobil Grandmax, 2 unit mobil pickup, 3 unit mobil truck. Kalau dari Satuan Brimob ada 1 unit truk dan 1 unit bus,” ujarnya.

Dalam hal proses perpanjangan SIM seperti yang juga disampaikan oleh Dir Lantas Polda Sumut Kombes M Arkan bahwa ujian simulator yang dikeluhkan para sopir tetap harus dilaksanakan sesuai UU yang berlaku, namun untuk memudahkan para sopir dalam perpanjangan SIM pihaknya berencana akan melakukan upaya jemput bola dengan memobilitaskan mobil pengurusan SIM yang nantinya akan di-standby-kan di Terminal Amplas dengan intensitas yang ditentukan.

Aksi Berakhir Pukul 11.30 WIB

Sedangkan pada beberapa tuntutan lainnya seperti penolakan beroperasinya Trans Medan dan pelaksanaan revisi trayek ditanggapi oleh Sekda Pemko Medan, Syaiful Bahri. Dia menyampaikan bahwa pihaknya masih akan merapatkan permasalahan mengenai desakan pelaksanaan revisi trayek. “Revisi trayek besok (hari ini, Red ) dibicarakan dalam forum,” ujarnya.

Namun, Syaiful Bahri juga menjelaskan bahwa rencana Pemko Medan dalam mengoprasikan Trans Medan adalah merupakan tuntutan dari pemerintah pusat sejak Kota Medan dikategorikan sebagai kota metropolitan yang harus membenahi sistem pengangkutannya.

Sementara itu, Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro mengatakan, semua tuntutan para sopir angkutan merupakan hal yang wajar, namun pelaksanaan penyampaian tuntutan merupakan hal yang harus diperhatikan untuk tidak mengganggu kamtibmas. “Dalam hal ini kita sangat berterima kasih terhadap para sopir yang berkumpul disini secara tertib untuk menyampaikan aksinya,” ujar Wisjnu.

Di sisi lain, Wali Kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM mengatakan akan melakukan pendekatan dengan DPC Organda Kota Medan.”Kita akan mengundang pihak Organda Medan, “ucapnya.

Sementara itu,  MG Munthe, Ketua Organda Kota Medan mengatakan tuntutan yang disampaikan pihaknya sudah diterima oleh Provsu, Pemko Medan, Polda Sumut, dan Polresta Medan. Dirinya mengungkapkan, aksi stop operasi berakhir pada Pukul 11.30 WIB, selanjut kembali lagi beroperasi. “Sudah terobati sedikit, sakit hati para sopir atas tuntutan kita diterima, kemudian kembali beroperasi lah kita,” ungkapnya.

MG menjelaskan dari 12.000 armada yang stop operasi baik angkot, AKDP, AKAP hanya 5 persen saja yang membandel. “Cuma 5 persen yang tetap beroperasi, itu sopir yang tidak membaca koran sebagai pengumunan dan sosialisasi stop operasi,” cetusnya.

Lalu, bagaimana jika tuntutan tidak terealisasi? “Kita akan kembali stop operasi dengan jumlah lebih besar dan stop pembayaran retribus yang selama ini kita bayar,” ungkapnya.

Hal yang sama dikatakan Koordinator Kesper Sumut, Israel Situmeang. “Kalau memang tuntutan kami nanti tidak dipenuhi juga oleh Pemko Medan dan kepolisian, mogok ini akan kami lakukan selama tiga hari berturut-turut,” tegasnya. (gus/jon/mag12/mag19/uma/ari)

Mereka tak Sekolah

Efek mogok massal cukup terasa pelajar yang ingin menimbah ilmu. Ratusan bahkan ribuan anak sekolah telantar di jalan, tidak hanya karena sulit mendapat angkot, tapi karena ada juga diturunkan di tengah jalan.

Sebut saja SMKN3 Medan yang berlokasi di Jalan STM Medan. Akibat mogoknya angkutan umum itu, banyak siswanya terlambat, bahkann
tidak hadir ke sekolah. “Dari 1.200 seluruh jumlah siswa kita, sepuluh persen di antaranya atau sekitar 120 siswa tidak hadir, sedangkan dua puluh persen atau lebih dari 200 siswa terlambat hadir,” ungkap Kepala SMKN3 Medan, Usman Lubis saat dikonfirmasi Senin (21/10).

Meskipun banyak yang tidak hadir, Usman memakluminya, mengingat hampir seluruh orangtua siswa telah meminta izin sebelumnya. “Kita maklumilah, orangtua mereka juga sudah minta izin. Lagipula banyak siswa kita yang berdomisili di daerah yang cukup jauh, seperti di Tanjungmorawa, Delitua, dan Marendal. Ketiadaan akses angkutan menjadi alasan mereka tidak hadir dan terlambat tiba di sekolah,” terang Usman.

Kondisi yang hampir serupa juga terjadi di SMAN5 Medan, yang berlokasi di Jalan Pelajar Medan. Akibat mogoknya angkutan umum, setidaknya ada sekitar delapan siswa yang terlambat ke sekolah. “Seperti biasanya siswa kita jarang terlambat karena kita terapkan pukul 7.15 WIB sudah harus tiba di sekolah. Namun karena angkutan mogok setidaknya ada delapan siswa kita yang telat hari ini,” ungkap Kepala SMAN 5 Medan, Sutrisno.

Begitu pun ketika Sumut Pos melakukan pemantauan langsung ke lapangan, banyak ditemui warga Medan usia sekolah yang tidak terangkut. Di Jalan Sisingamangaraja, sekira pada pukul 07.00 WB, pelajar dan mahasiswa tampak berdiri menumpuk di pinggir jalan hingga berjam-jam menanti angkot.
Markus, pelajar yang bersekolah di YAPIM ini hampir satu jam lamanya menunggu angkot. “Saya sudah hampir satu jam menunggu sudako 05. Biasanya banyak sudako 05 yang lewat, tapi pagi ini payah kali, tak ada yang lewat,” ujarnya saat dihampiri wartawan koran ini.  Karena takut telat masuk sekolah, Markus akhirnya memilih menumpang becak bermotor.

Hal yang sama juga dialami Loyarta, mahasiswa Dharma Agung yang sedang menunggu angkot di halte depan kampus UISU Jalan Sisingamangaraja. Bahkan, Loyarta mengaku sudah menunggu angkot hingga tiga jam lamanya. Loyarta akhirnya memilih untuk tidak masuk kuliah dan pulang ke rumah. “Kalau naik becak, mahal ongkosnya. Lebih baik saya tak masuk kuliah saja,” ujar dia.

Begitu juga yang dialami Amran Lumban Gaol, Mahasiswa Universitas Muslim Nusantara (UMN) yang sudah satu jam menunggu angkot trayek 38 di halte Sisingamangara. “Repot juga kalau angkot sudah mogok, apalagi bagi saya yang tidak punya sepeda motor. Terpaksa saya naik becak dengan ongkos mahal,” ujarnya.

Sedangkan Shela, mahasiswa USU yang ditemui di Jalan Sisingamangaraja juga, biasanya naik angkot trayek 69 ke kampusnya. “Tak ada angkot, saya terpaksa tidak kuliah. Sudah tiga jam saya menunggu,” kata dia.

Kejadian ini juga dirasakan pelajar di Kota Binjai. Belasan pelajar tingkat SMP dan SMA dari berbagai sekolah di Kota Binjai, tak bisa bersekolah karena ketiadaan angkot. Akhirnya mereka menghabiskan waktu di sebuah warnet yang berada di KM 18 Jalan Medan-Binjai. Ujung-ujungnya, mereka pun kena razia kasih sayang.

Saat diamankan di Mapolsek Binjai Timur, para pelajar ini mengaku bolos karena tidak ada angkot yang melintas ke sekolah mereka. Sehingga mereka terlambat ke sekolah dan memilih bolos ke warnet.

Menurut S, seorang pelajar yang terkena razia, mereka tidak saling kenal karena sekolahnya berbeda-beda. Tapi alasan mereka sama, yakni tidak masuk sekolah karena tidak adanya angkot.

“Kami sudah terlambat mau ke sekolah, karena angkotnya demo. Sopir angkot itu menurunkan kami di pinggir jalan,” kata S (16), saat ditemui di Mapolsek Binjai Timur.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Binjai Timur Ipda Rudi Lapian ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah memanggil pihak sekolah bersangkutan dan orangtua pelajar.

Selain itu, pihaknya juga meminta para pelajar untuk membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya. Setelah diberikan bimbingan dan arahan, belasan pelajar ini, dipulangkan ke pihak sekolah dan orangtua mereka. ((gus/jon/mag-12/mag-19/uma/ari/ ndi)

Efek Angkot Mogok Massal

MEDAN- Aksi Stop Operasi angkutan kota (angkot) di bawah komando Dewan Perwakilan Cabang Organisasi Angkutan Darat (DPC Organda) Kota Medan pada Senin (22/10) pagi, membuat ribuan penumpang terlantar di pinggir jalan. PNS, pekerja swasta, pelajar, dan sebagainya tampak menyemut di sisi berbagai jalan yang berada di Medan.

ANDRI GINTING/SUMUT POS TRUK: Warga Medan harus naik truk untuk berpergian ketempat tujuan akibat ribuan angkutan umut mogok beroperasi  Medan, Senin (22/10).
ANDRI GINTING/SUMUT POS
TRUK: Warga Medan harus naik truk untuk berpergian ketempat tujuan akibat ribuan angkutan umut mogok beroperasi di Medan, Senin (22/10).

Sebut saja Jalan Sisingamangaraja, mulai dari persimpangan Amplas, terlihat calon penumpang di tepi jalan. Mereka menanti angkot yang tak kunjung datang. Memang, pagi kemarin ada beberapa angkot yang melintas, namun tidak ada yang mau mengangkut. Begitu juga di Jalan Yos Sudarso simpang Martubung dan di Pulo Brayan, warga pun terlihat menunggu angkot. Meski angkot ada yang mengambil penumpang, namun langsung terisi penuh di dalamnya.

Raihma (23), seorang sales promotion girls (SPG) di sebuah mal ternama di Kota Medan ini mengatakan, ia tak mengetahui bahwa ada dilakukan stop operasi meski sudah lama menunggu angkot di pinggir jalan di Pulo Brayan. “Saya pun heran, stop operasi tidak keseluruhan angkot, masih ada angkot mencari penumpang. Tapi pas mau saya stop, ternyata sudah penuh penumpang di dalamnya,” ujar dia.

Tak beda dengan dua kawasan tersebut, dalam pantauan Sumut Pos, nyaris di setiap jalan ada warga yang tak terangkut. Khususnya saat pagi, di saat aktivitas baru akan dimulai. Terlihat beberapa warga yang harus balik ke rumah. “Saya minta diantar suami, ‘gak ada angkot,” kata Nita (31) warga Jalan Selamat yang menunggu angkot di seputaran Titikuning.

Begitu juga yang dialami Lindung (47), warga Jalan Garu II. Saat menuju ke kantornya yang berada di seputaran Lapangan Benteng, mobilnya sesak ditumpangi anak sekolah. “Kasihan, gak ada angkot, saya lihat mereka butuh tumpangan,” katanya sambil tersenyum.

Ada Angkutan Alternatif

Sementara itu, saat demo angkot tersebut, Pemerintah Kota (Pemko) Medan dan Polresta Medan menerjunkan armadanya untuk mengangkut warga dengan tujuan yang ditentukan.

Dari Pemko Medan menerjunkan armada operasionalnya dari Sat Pol PP Kota Medan, sebanyak 8 mobil patroli terbuka diterjunkan dan 3 truk Patroli Satpol PP Kota Medan. Menurut Kasat Pol PP Kota Medan saat di konfirmasi Sumutpos, kemarin siang, pihaknya melakukan evakuasi penumpang telantar di sejumlah tempat secara mobile yakni di Jalan Yos Sudarso dipersimpangan Pulo Brayan, Jalan Willem Iskandar persisnya di depan Kampus Unimed, Jalan Prof HM Yamin tepatnya di persimpangan aksara, di Jamin Ginting persisnya di simpang kampus USU, Jalan AH Nasution di persimpangan Delitua, dan Jalan Gatot Subroto persimpangan Kampunglalang. “Kita tempatkan armada kita sebanyak 11 armada untuk melakukan evakuasi penumpang yang telantar ini secara mobile satu hari full,” ungkapnya.

Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto SIK SH MH mengatakan, polisi juga langsung mengerahkan 43 unit kendaraan untuk mengangkut warga. “Pihak kepolisian sudah stand-by sejak pukul 07.00 WIB, pagi tadi (kemarin). Ada 26 truk roda 6 dan 17 mobil roda 4 disiapkan. Beberapa mobil sudah beroperasi sejak jam 07.00 WIB pagi dan sudah ada yang balik lagi untuk ambil penumpang. Semoga saja situasinya aman dan terkendali sampai sore nanti,” ujarnya.

Sweeping Berlangsung Panas

Di sisi lain, agar aksi berjalan sukses, pihak Organda melakukan sweeping pada sopir naka. Seperti yang terjadi di Jalan HM Yamin, tepatnya di dekat Aksara Plaza. Sopir yang masih beroperasi diminta berhenti. Penumpang pun langsung diturunkan di tempat itu juga. Bahkan, ada pula sopir yang dijotos oleh sopir yang melakukan aksi.

Mendapat informasi tersebut, Kapolsekta Percut Seituan, AKP Erinal dan Kanit Lantas Polsekta Percut Seituan, AKP Maju Harahap dengan cepat turun ke lokasi. “Jangan sampek masyarakat menjadi lawan kalian,” ucapnya kepada para sopir dan para sopir yang melakukan sweeping itu pun bubar.

Namun, aksi itu terus berulang. Sweeping dilakukan secara bergantian di dua tempat: Aksara dan kampus Unimed. Tak pelak hal ini membuat polisi dan sopir kucing-kicungan. “Kami minta tuntutan ini segera dipenuhi. Kalau tidak, kami akan terus melakukan aksi mogok,” kata Dani, salah seorang sopir.
Usai melakukan sweeping, ratusan angkot bergerak menuju Terminal Amplas. Di sini, para sopir kembali menyampaikan segala tuntutan mereka didampingi oleh DPD dan DPC Organda.

Di terminal Amplas tuntutan mereka ditanggapi oleh sejumlah pejabat terkait,  di antaranya Sekda Pemko Medan Syaiful Bahri, Dir Lantas Polda Sumut Kombes M Arkan Hamzah, Asisten I Gubsu Hasiolan Silaen, Kadishub Provinsi Antoni Siahaan, Karo Ops Polda Sumut Kombes Pol Iwan Hari Sugiarto dan juga Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang secara langsung berdialog dengan para sopir untuk mencari solusi tuntutan yang disampaikan.
Menanggapi mengenai tuntutan penertiban terminal liar dan kemudahan perpanjangan SIM terhadap para sopir, Karo Ops Polda Sumut Kombes Pol Iwan Hari Sugiarto menyampaikan bahwa diharapkan kepada para sopir dapat memberikan waktu agar pihaknya dan lembaga terkait untuk membicarakan sekaligus merealisasikan tuntutan yang disampaikan.

Akibat aksi mogok ratusan sopir angkot tersebut, Iwan mengatakan pihaknya menyiapkan mobil bantuan untuk mengangkut siswa dan penumpang yang terlantar. “Dari Dit Sabhara Poldasu menurunkan 8 mobil Grandmax, 2 unit mobil pickup, 3 unit mobil truck. Kalau dari Satuan Brimob ada 1 unit truk dan 1 unit bus,” ujarnya.

Dalam hal proses perpanjangan SIM seperti yang juga disampaikan oleh Dir Lantas Polda Sumut Kombes M Arkan bahwa ujian simulator yang dikeluhkan para sopir tetap harus dilaksanakan sesuai UU yang berlaku, namun untuk memudahkan para sopir dalam perpanjangan SIM pihaknya berencana akan melakukan upaya jemput bola dengan memobilitaskan mobil pengurusan SIM yang nantinya akan di-standby-kan di Terminal Amplas dengan intensitas yang ditentukan.

Aksi Berakhir Pukul 11.30 WIB

Sedangkan pada beberapa tuntutan lainnya seperti penolakan beroperasinya Trans Medan dan pelaksanaan revisi trayek ditanggapi oleh Sekda Pemko Medan, Syaiful Bahri. Dia menyampaikan bahwa pihaknya masih akan merapatkan permasalahan mengenai desakan pelaksanaan revisi trayek. “Revisi trayek besok (hari ini, Red ) dibicarakan dalam forum,” ujarnya.

Namun, Syaiful Bahri juga menjelaskan bahwa rencana Pemko Medan dalam mengoprasikan Trans Medan adalah merupakan tuntutan dari pemerintah pusat sejak Kota Medan dikategorikan sebagai kota metropolitan yang harus membenahi sistem pengangkutannya.

Sementara itu, Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro mengatakan, semua tuntutan para sopir angkutan merupakan hal yang wajar, namun pelaksanaan penyampaian tuntutan merupakan hal yang harus diperhatikan untuk tidak mengganggu kamtibmas. “Dalam hal ini kita sangat berterima kasih terhadap para sopir yang berkumpul disini secara tertib untuk menyampaikan aksinya,” ujar Wisjnu.

Di sisi lain, Wali Kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM mengatakan akan melakukan pendekatan dengan DPC Organda Kota Medan.”Kita akan mengundang pihak Organda Medan, “ucapnya.

Sementara itu,  MG Munthe, Ketua Organda Kota Medan mengatakan tuntutan yang disampaikan pihaknya sudah diterima oleh Provsu, Pemko Medan, Polda Sumut, dan Polresta Medan. Dirinya mengungkapkan, aksi stop operasi berakhir pada Pukul 11.30 WIB, selanjut kembali lagi beroperasi. “Sudah terobati sedikit, sakit hati para sopir atas tuntutan kita diterima, kemudian kembali beroperasi lah kita,” ungkapnya.

MG menjelaskan dari 12.000 armada yang stop operasi baik angkot, AKDP, AKAP hanya 5 persen saja yang membandel. “Cuma 5 persen yang tetap beroperasi, itu sopir yang tidak membaca koran sebagai pengumunan dan sosialisasi stop operasi,” cetusnya.

Lalu, bagaimana jika tuntutan tidak terealisasi? “Kita akan kembali stop operasi dengan jumlah lebih besar dan stop pembayaran retribus yang selama ini kita bayar,” ungkapnya.

Hal yang sama dikatakan Koordinator Kesper Sumut, Israel Situmeang. “Kalau memang tuntutan kami nanti tidak dipenuhi juga oleh Pemko Medan dan kepolisian, mogok ini akan kami lakukan selama tiga hari berturut-turut,” tegasnya. (gus/jon/mag12/mag19/uma/ari)

Mereka tak Sekolah

Efek mogok massal cukup terasa pelajar yang ingin menimbah ilmu. Ratusan bahkan ribuan anak sekolah telantar di jalan, tidak hanya karena sulit mendapat angkot, tapi karena ada juga diturunkan di tengah jalan.

Sebut saja SMKN3 Medan yang berlokasi di Jalan STM Medan. Akibat mogoknya angkutan umum itu, banyak siswanya terlambat, bahkann
tidak hadir ke sekolah. “Dari 1.200 seluruh jumlah siswa kita, sepuluh persen di antaranya atau sekitar 120 siswa tidak hadir, sedangkan dua puluh persen atau lebih dari 200 siswa terlambat hadir,” ungkap Kepala SMKN3 Medan, Usman Lubis saat dikonfirmasi Senin (21/10).

Meskipun banyak yang tidak hadir, Usman memakluminya, mengingat hampir seluruh orangtua siswa telah meminta izin sebelumnya. “Kita maklumilah, orangtua mereka juga sudah minta izin. Lagipula banyak siswa kita yang berdomisili di daerah yang cukup jauh, seperti di Tanjungmorawa, Delitua, dan Marendal. Ketiadaan akses angkutan menjadi alasan mereka tidak hadir dan terlambat tiba di sekolah,” terang Usman.

Kondisi yang hampir serupa juga terjadi di SMAN5 Medan, yang berlokasi di Jalan Pelajar Medan. Akibat mogoknya angkutan umum, setidaknya ada sekitar delapan siswa yang terlambat ke sekolah. “Seperti biasanya siswa kita jarang terlambat karena kita terapkan pukul 7.15 WIB sudah harus tiba di sekolah. Namun karena angkutan mogok setidaknya ada delapan siswa kita yang telat hari ini,” ungkap Kepala SMAN 5 Medan, Sutrisno.

Begitu pun ketika Sumut Pos melakukan pemantauan langsung ke lapangan, banyak ditemui warga Medan usia sekolah yang tidak terangkut. Di Jalan Sisingamangaraja, sekira pada pukul 07.00 WB, pelajar dan mahasiswa tampak berdiri menumpuk di pinggir jalan hingga berjam-jam menanti angkot.
Markus, pelajar yang bersekolah di YAPIM ini hampir satu jam lamanya menunggu angkot. “Saya sudah hampir satu jam menunggu sudako 05. Biasanya banyak sudako 05 yang lewat, tapi pagi ini payah kali, tak ada yang lewat,” ujarnya saat dihampiri wartawan koran ini.  Karena takut telat masuk sekolah, Markus akhirnya memilih menumpang becak bermotor.

Hal yang sama juga dialami Loyarta, mahasiswa Dharma Agung yang sedang menunggu angkot di halte depan kampus UISU Jalan Sisingamangaraja. Bahkan, Loyarta mengaku sudah menunggu angkot hingga tiga jam lamanya. Loyarta akhirnya memilih untuk tidak masuk kuliah dan pulang ke rumah. “Kalau naik becak, mahal ongkosnya. Lebih baik saya tak masuk kuliah saja,” ujar dia.

Begitu juga yang dialami Amran Lumban Gaol, Mahasiswa Universitas Muslim Nusantara (UMN) yang sudah satu jam menunggu angkot trayek 38 di halte Sisingamangara. “Repot juga kalau angkot sudah mogok, apalagi bagi saya yang tidak punya sepeda motor. Terpaksa saya naik becak dengan ongkos mahal,” ujarnya.

Sedangkan Shela, mahasiswa USU yang ditemui di Jalan Sisingamangaraja juga, biasanya naik angkot trayek 69 ke kampusnya. “Tak ada angkot, saya terpaksa tidak kuliah. Sudah tiga jam saya menunggu,” kata dia.

Kejadian ini juga dirasakan pelajar di Kota Binjai. Belasan pelajar tingkat SMP dan SMA dari berbagai sekolah di Kota Binjai, tak bisa bersekolah karena ketiadaan angkot. Akhirnya mereka menghabiskan waktu di sebuah warnet yang berada di KM 18 Jalan Medan-Binjai. Ujung-ujungnya, mereka pun kena razia kasih sayang.

Saat diamankan di Mapolsek Binjai Timur, para pelajar ini mengaku bolos karena tidak ada angkot yang melintas ke sekolah mereka. Sehingga mereka terlambat ke sekolah dan memilih bolos ke warnet.

Menurut S, seorang pelajar yang terkena razia, mereka tidak saling kenal karena sekolahnya berbeda-beda. Tapi alasan mereka sama, yakni tidak masuk sekolah karena tidak adanya angkot.

“Kami sudah terlambat mau ke sekolah, karena angkotnya demo. Sopir angkot itu menurunkan kami di pinggir jalan,” kata S (16), saat ditemui di Mapolsek Binjai Timur.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Binjai Timur Ipda Rudi Lapian ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah memanggil pihak sekolah bersangkutan dan orangtua pelajar.

Selain itu, pihaknya juga meminta para pelajar untuk membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya. Setelah diberikan bimbingan dan arahan, belasan pelajar ini, dipulangkan ke pihak sekolah dan orangtua mereka. ((gus/jon/mag-12/mag-19/uma/ari/ ndi)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/