26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

DPR RI: Harga BBM Naik Rp700 per Liter

MEDAN- Pemerintah merencanakan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi sekitar Rp500 hingga Rp700 per liter. Keputusan tersebut sudah mendapat restu dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi 11 pada tanggal 23 Oktober kemarin.

Dan saat ini tinggal menunggu tanda tangan presiden agar dapat dijadikan Undang-Undang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi 11 DPR RI, Harry Azhar Azis dalam acara Dinner Gathering Eximbank di Hotel JW Marriot kemarin (24/10).

Dijelaskannya, bahwa  dengan kenaikan tersebut maka menghemat negara sebesar Rp25 triliun hingga Rp30 triliun. “Angka kenaikan tersebut berdasarkan dari usulan tim kaji yang telah dibentuk oleh presiden. Jadi, kita tunggu saja awal November. Apakah naiknya sesuai yang kita setujui atau tidak,” ujarnya.

Ditambahkannya, penghematan negara tersebut tidak akan terlalu berdampak pada masyarakat, karena nilainya belum terlalu besar. “Untuk apa Rp30 triliun tersebut, belum diketahui dengan pasti. Tapi kalau saya prediksi, angka tersebut cocok untuk pembelajaran infrastruktur saja,” tambahnya.

Harry juga menyatakan bahwa 2 minggu paling cepat presiden untuk menandatangani keputusan tersebut. Dan tercatat mulai tanggal 23 Oktober sudah di serah terimakan ke presiden untuk disetujui. “Jadi, minggu ke dua November sudah keluar UU-nya. Atau kalau sekarang, presiden tanda tangani, besok ya sudah ada UU nya, dan berlaku harga baru untuk BBM,” tambahnya.

Walaupun sudah menjadi keputusan bersama. Tetapi, secara pribadi, politisi asal Golkar ini tidak setuju bila kenaikannya di bawah Rp1.000 per liter.

Karena penghematan yang dilakukan masih gantung, atau tidak menutupi. “Kalau secara individual, saya maunya naik minimal Rp1.500 perliter. Jadi, penghematannya sekitar Rp70 triliun hingga Rp80 triliun. Ini sesuai dengan penghitungan oleh Anggito Abimayu dahulu (kalau tidak salah). Dan dengan penghematan ini, maka dapat dialihkan untuk membangun infrastruktur. Kan saat ini yang paling kita butuhkan infrastruktur?” lanjutnya.

Apalagi, dari survei yang diketahuinya, 80 persen BBM Subsidi tersebut tidak tepat sasaran, atau dengan kata lain tidak dinikmati oleh masyarakat kelas menengah kebawah yang memang berhak, melainkan menengah ke atas.

Terkait dengan rencana kenaikan harga BBM subsidi tersebut, salah satu pengusaha asal Pekan Baru, Riau. Lukman, merasa bahwa kenaikan tersebut sangat kecil. Mengingat, saat ini lebih diutamakan penggunaan Bio Diesel. “Kalau harga solar subsidi Rp4 ribu per liter. Dan harga bio diesel sekitar Rp6 ribu hingga Rp6.500 per liter, siapa yang mau beli? Jadi, solar minimal harganya Rp8 ribu hingga Rp9 ribu. Agar bio diesel juga dilirik,” ujarnya.

Direktur dari Persada Lines ini menjelaskan, harga BBM yang murah ini juga yang mencekik petani sawit. Karena saat ini, harga Tandan Buah Segar (TBS) hanya sekitar Rp700 hingga seribu per kg. “Coba harga BBM sedikit tinggi. Petani tidak akan jual sawit, malah mengelolanya sendiri. Bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga orang lain,” tambahnya.

Rapat yang dilakukan oleh Komisi 11 DPR RI kemarin, selain menyetujui kenaikan BBM, juga telah menentukan R-APBN 2013 untuk subsidi BBM dan energi Rp305,9 T. Dan belanja pegawai sebesar Rp241,1 T. (ram)

MEDAN- Pemerintah merencanakan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi sekitar Rp500 hingga Rp700 per liter. Keputusan tersebut sudah mendapat restu dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi 11 pada tanggal 23 Oktober kemarin.

Dan saat ini tinggal menunggu tanda tangan presiden agar dapat dijadikan Undang-Undang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi 11 DPR RI, Harry Azhar Azis dalam acara Dinner Gathering Eximbank di Hotel JW Marriot kemarin (24/10).

Dijelaskannya, bahwa  dengan kenaikan tersebut maka menghemat negara sebesar Rp25 triliun hingga Rp30 triliun. “Angka kenaikan tersebut berdasarkan dari usulan tim kaji yang telah dibentuk oleh presiden. Jadi, kita tunggu saja awal November. Apakah naiknya sesuai yang kita setujui atau tidak,” ujarnya.

Ditambahkannya, penghematan negara tersebut tidak akan terlalu berdampak pada masyarakat, karena nilainya belum terlalu besar. “Untuk apa Rp30 triliun tersebut, belum diketahui dengan pasti. Tapi kalau saya prediksi, angka tersebut cocok untuk pembelajaran infrastruktur saja,” tambahnya.

Harry juga menyatakan bahwa 2 minggu paling cepat presiden untuk menandatangani keputusan tersebut. Dan tercatat mulai tanggal 23 Oktober sudah di serah terimakan ke presiden untuk disetujui. “Jadi, minggu ke dua November sudah keluar UU-nya. Atau kalau sekarang, presiden tanda tangani, besok ya sudah ada UU nya, dan berlaku harga baru untuk BBM,” tambahnya.

Walaupun sudah menjadi keputusan bersama. Tetapi, secara pribadi, politisi asal Golkar ini tidak setuju bila kenaikannya di bawah Rp1.000 per liter.

Karena penghematan yang dilakukan masih gantung, atau tidak menutupi. “Kalau secara individual, saya maunya naik minimal Rp1.500 perliter. Jadi, penghematannya sekitar Rp70 triliun hingga Rp80 triliun. Ini sesuai dengan penghitungan oleh Anggito Abimayu dahulu (kalau tidak salah). Dan dengan penghematan ini, maka dapat dialihkan untuk membangun infrastruktur. Kan saat ini yang paling kita butuhkan infrastruktur?” lanjutnya.

Apalagi, dari survei yang diketahuinya, 80 persen BBM Subsidi tersebut tidak tepat sasaran, atau dengan kata lain tidak dinikmati oleh masyarakat kelas menengah kebawah yang memang berhak, melainkan menengah ke atas.

Terkait dengan rencana kenaikan harga BBM subsidi tersebut, salah satu pengusaha asal Pekan Baru, Riau. Lukman, merasa bahwa kenaikan tersebut sangat kecil. Mengingat, saat ini lebih diutamakan penggunaan Bio Diesel. “Kalau harga solar subsidi Rp4 ribu per liter. Dan harga bio diesel sekitar Rp6 ribu hingga Rp6.500 per liter, siapa yang mau beli? Jadi, solar minimal harganya Rp8 ribu hingga Rp9 ribu. Agar bio diesel juga dilirik,” ujarnya.

Direktur dari Persada Lines ini menjelaskan, harga BBM yang murah ini juga yang mencekik petani sawit. Karena saat ini, harga Tandan Buah Segar (TBS) hanya sekitar Rp700 hingga seribu per kg. “Coba harga BBM sedikit tinggi. Petani tidak akan jual sawit, malah mengelolanya sendiri. Bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga orang lain,” tambahnya.

Rapat yang dilakukan oleh Komisi 11 DPR RI kemarin, selain menyetujui kenaikan BBM, juga telah menentukan R-APBN 2013 untuk subsidi BBM dan energi Rp305,9 T. Dan belanja pegawai sebesar Rp241,1 T. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/