SITTWE – Korban tewas dalam kerusuhan terbaru di Myanmar terus bertambah. Kerusuhan yang terjadi di Rakhine itu mencapai 112 jiwa dan memaksa Pemerintah Myanmar menyatakan status darurat.
Juru bicara Pemerintahan Rakhine Win Myaing mengatakan, 112 warga dilaporkan tewas dalam kerusuhan yang dimulai pada Minggu (21/10). Kerusuhan antara etnis Rohingya dan etnis Rakhine ini turut menyebakan 72 warga lainnya terluka, termasuk 10 anak-anak.
Sebelumnya pemerintah menyatakan, hampir 2.000 rumah milik warga turut hangus terbakar dalam kerusuhan ini. Insiden kali menambah buruk kondisi di wilayah Rakhine, yang sebelumnya dilanda kerusuhan serupa pada Juni lalu yang menewaskan 90 warga.
Aksi kekerasan kali ini menyulut dunia internasional untuk mendesak Pemerintah Myanmar melakukan intervensi meredakan aksi kerusuhan antara dua kelompok yang bertidak. Pemerintah juga memperingatkan, kerusuhan ini bisa merusak citra Myanmar yang kali ini tengah melakukan upaya reformasi.
“Ketika dunia internasional tengah memperhatikan transisi demokratis di Myanmar, kekerasan semacam ini tentunya dapat melukai citra negara,” ujar Presiden Myanmar Thein Sein, Jumat (26/10).
Sementara itu, Organisasi HAM Human Rights Watch (HRW) pun mendesak pemerintah Myanmar untuk melindungi minoritas Rohingya. Diingatkan HRW, kerusuhan ini akan terus memburuk jika akar permasalahan tidak segera diatasi.
HRW juga menyerukan pemerintah Myanmar untuk memberikan keamanan bagi warga Rohingya, yang menurut HRW, tengah mengalami serangan kejam. Pemerintah Myanmar juga diminta untuk memastikan bantuan diberikan ke komunitas Rohingya dan Buddha yang terkena dampak konflik tersebut.
“Jika otoritas tidak juga mulai mengatasi akar permasalahan kekerasan itu, keadaan ini kemungkinan akan terus memburuk,” kata Phil Robertson, wakil direktur HRW untuk Asia seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (27/10). Menurut HRW, pihaknya telah mendapatkan gambar satelit yang memperlihatkan pengrusakan ekstensif rumah-rumah dan properti lainnya di daerah Kyaukpyu, yang penduduknya didominasi oleh Rohingya. Sebelumnya pada Juni lalu, rentetan bentrokan antara warga Buddha dan Rohingya di Rakhine telah menewaskan sekitar 90 orang. (net/afp/jpnn)