25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Tanpa Bahan Pengawet, Tahan Disimpan 12 Jam

Rahmat Effendi, Pengusaha Sate Kerang Kemasan

Berbicara soal kuliner Medan tak akan pernah ada habisnya. Kota multikultural selalu dikenal dengan kuliner yang khas. Selain resep turun temurun, inovasi baru selalu menjadikan produk mampu mengikuti perkembangan zaman. Seperti sate kerang Rahmat. 

DONI HERMAWAN-Medan

PENGUSAHA SATE: Rahmad Effendi  satenya.//donni/sumut pos
PENGUSAHA SATE: Rahmad Effendi dan satenya.//donni/sumut pos

Lokasinya di Jalan PWS No 42 Medan. Dulunya lokasi ini memang dikenal dengan jalan kerang. Pasalnya, banyak warga sekitar berpenghasilan dari jualan sate kerang. Termasuk Ibunya, Turkiah yang mengandalkan jualan sate kerang untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sejak tahun 1957. Pasca sang Ibu meninggal, tradisi itu tetap diteruskan keluarga Rahmat.

Namun caranya masih konvensional yakni menjajakannya dari satu tempat ke tempat lain. Begitu juga disandingkan dengan usaha mie kakaknya di lokasi yang sama.  Dengan bahan-bahan yang tak awet, sate kerang biasanya umurnya tak tahan lama. Selanjutnya sudah tak bisa lagi dikonsumsi.

Hal ini membuat Rahmat memutar otaknya bagaiman agar sate bisa tahan lama dan dibawa ke luar kota agar bisa dibawa sebagai oleh-oleh. Rahmat lalu menyediakan kemasan kotak dan melapisi kerangnya dengan alumunium foil dan daun pisang untuk menjaga aroma. Jadilah sejak Januari 2012 Rahmat memulai usaha sate kerang kemasannya.

“Awalnya diskusi dengan kakak saya. Saya pingin jadi oleh-oleh khas Medan. Sate kerang sudah sangat biasa di Medan. Kakak saya sempat menyangka saya hanya bercanda. Tapi saya serius dan mulai itu di awal tahun 2012 ini,” kata Rahmat memulai kisah sate kerangnya.

Yang berbeda dari sate kerang lainnya juga kualitas kerangnya yang besar. Dengan tiga atau empat potong setiap tusuknya dan bumbu yang menyerupai rendang, satenya memang cukup enak untuk dinikmati. Apalagi satenya punya tiga varian bumbu, rasa original, rasa manis pedas dan rasa pedas. Cukup seharga Rp3 ribu per tusuk, sate kerang Rahmat sudah bisa dinikmati. Dalam kemasan kotak bisa disusun 16 tusuk sate.

Hasilnya di luar ekspektasi Rahmat. Dari jajanan kampung, sate kerang menjadi jajanan yang ekslusif dan diminati kalangan atas. Nama sate Kerang kemasan Rahmat sudah sampai ke luar Sumut. Dengan kemasan kotak, satenya bisa bertahan selama 12 jam tanpa bahan pengawet.  Ia punya pelanggaan setia termasuk perusahan-perusahaan perbankan dan BUMN.

“Pembeli menengah ke atas. Sate ini sudah sampai Batam, Jakarta, Bandung juga Papua dengan pesawat. Sate ini juga sudah sampai Singapura dan Malaysia,” jelasnya.

Namun Rahmat tidak melenggang untuk sampai pada level sekarang ini. Untuk memperkenalkan produknya ia harus bekerja keras dari mulut ke mulut. Syukurnya, Rahmat punya pengalaman sebagai marketing di perusahaan media terkenal. Meski punya jabatan strategis ia tak ragu melepaskannya untuk konsen pada usaha sate kerangnya sejak November 2011.

“Inilah pekerjan yang saya mau. Saya sudah cukup lama di media dan pengalaman itu yang saat manfaatkan untuk memasarkan produk. Setiap jumpa orang, saya selalu bicarakan tentang sate saya ini. Orang saya yakinkan untuk mencoba. Jadi, kalau lihat orang lain yang terbayang sate saya saja,” ungkapnya.
Usaha Rahmat pun kian berkembang. Rencananya ia akan membuat kios di kawasan Jalan Majapahit sebagai sentra oleh-oleh khas Medan. Sepertinya misinya di awal ia ingin sate kerangnya juga layak jadi oleh-oleh khas.

“Bisnis makanan fresh atau seafood belum ada yang bisa dibawa kemana-mana tanpa pengawet, makanya saya terus optimis. Bukan mau jadi nomor satu. Tapi cukup bagian dari oleh-oleh Medan saja. Dan alhamdulillahnya sekarang sate kerang ini sudah masuk jajaran top five,” urainya.
Rahmat juga akan menjaga kualitas produknya.

“Uang bukan semata, profesionalisme dan tanggung jawab serta integritas kepada pelanggan juga penting. Makanya saya jaga kualitas. The Best promotion is its product. Dalam usaha harus semangat, fokus dan tidak putus asa,” pungkasnya. (*)

Rahmat Effendi, Pengusaha Sate Kerang Kemasan

Berbicara soal kuliner Medan tak akan pernah ada habisnya. Kota multikultural selalu dikenal dengan kuliner yang khas. Selain resep turun temurun, inovasi baru selalu menjadikan produk mampu mengikuti perkembangan zaman. Seperti sate kerang Rahmat. 

DONI HERMAWAN-Medan

PENGUSAHA SATE: Rahmad Effendi  satenya.//donni/sumut pos
PENGUSAHA SATE: Rahmad Effendi dan satenya.//donni/sumut pos

Lokasinya di Jalan PWS No 42 Medan. Dulunya lokasi ini memang dikenal dengan jalan kerang. Pasalnya, banyak warga sekitar berpenghasilan dari jualan sate kerang. Termasuk Ibunya, Turkiah yang mengandalkan jualan sate kerang untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sejak tahun 1957. Pasca sang Ibu meninggal, tradisi itu tetap diteruskan keluarga Rahmat.

Namun caranya masih konvensional yakni menjajakannya dari satu tempat ke tempat lain. Begitu juga disandingkan dengan usaha mie kakaknya di lokasi yang sama.  Dengan bahan-bahan yang tak awet, sate kerang biasanya umurnya tak tahan lama. Selanjutnya sudah tak bisa lagi dikonsumsi.

Hal ini membuat Rahmat memutar otaknya bagaiman agar sate bisa tahan lama dan dibawa ke luar kota agar bisa dibawa sebagai oleh-oleh. Rahmat lalu menyediakan kemasan kotak dan melapisi kerangnya dengan alumunium foil dan daun pisang untuk menjaga aroma. Jadilah sejak Januari 2012 Rahmat memulai usaha sate kerang kemasannya.

“Awalnya diskusi dengan kakak saya. Saya pingin jadi oleh-oleh khas Medan. Sate kerang sudah sangat biasa di Medan. Kakak saya sempat menyangka saya hanya bercanda. Tapi saya serius dan mulai itu di awal tahun 2012 ini,” kata Rahmat memulai kisah sate kerangnya.

Yang berbeda dari sate kerang lainnya juga kualitas kerangnya yang besar. Dengan tiga atau empat potong setiap tusuknya dan bumbu yang menyerupai rendang, satenya memang cukup enak untuk dinikmati. Apalagi satenya punya tiga varian bumbu, rasa original, rasa manis pedas dan rasa pedas. Cukup seharga Rp3 ribu per tusuk, sate kerang Rahmat sudah bisa dinikmati. Dalam kemasan kotak bisa disusun 16 tusuk sate.

Hasilnya di luar ekspektasi Rahmat. Dari jajanan kampung, sate kerang menjadi jajanan yang ekslusif dan diminati kalangan atas. Nama sate Kerang kemasan Rahmat sudah sampai ke luar Sumut. Dengan kemasan kotak, satenya bisa bertahan selama 12 jam tanpa bahan pengawet.  Ia punya pelanggaan setia termasuk perusahan-perusahaan perbankan dan BUMN.

“Pembeli menengah ke atas. Sate ini sudah sampai Batam, Jakarta, Bandung juga Papua dengan pesawat. Sate ini juga sudah sampai Singapura dan Malaysia,” jelasnya.

Namun Rahmat tidak melenggang untuk sampai pada level sekarang ini. Untuk memperkenalkan produknya ia harus bekerja keras dari mulut ke mulut. Syukurnya, Rahmat punya pengalaman sebagai marketing di perusahaan media terkenal. Meski punya jabatan strategis ia tak ragu melepaskannya untuk konsen pada usaha sate kerangnya sejak November 2011.

“Inilah pekerjan yang saya mau. Saya sudah cukup lama di media dan pengalaman itu yang saat manfaatkan untuk memasarkan produk. Setiap jumpa orang, saya selalu bicarakan tentang sate saya ini. Orang saya yakinkan untuk mencoba. Jadi, kalau lihat orang lain yang terbayang sate saya saja,” ungkapnya.
Usaha Rahmat pun kian berkembang. Rencananya ia akan membuat kios di kawasan Jalan Majapahit sebagai sentra oleh-oleh khas Medan. Sepertinya misinya di awal ia ingin sate kerangnya juga layak jadi oleh-oleh khas.

“Bisnis makanan fresh atau seafood belum ada yang bisa dibawa kemana-mana tanpa pengawet, makanya saya terus optimis. Bukan mau jadi nomor satu. Tapi cukup bagian dari oleh-oleh Medan saja. Dan alhamdulillahnya sekarang sate kerang ini sudah masuk jajaran top five,” urainya.
Rahmat juga akan menjaga kualitas produknya.

“Uang bukan semata, profesionalisme dan tanggung jawab serta integritas kepada pelanggan juga penting. Makanya saya jaga kualitas. The Best promotion is its product. Dalam usaha harus semangat, fokus dan tidak putus asa,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/