26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Karutan Kelas I Medan Nimrot Sihotang, Bertekad Ubah Wargabinaan Jadi Manusia Terampil

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di tengah kesibukannya sebagai Kepala Rumah Tahanan Negara (Karutan) Kelas I Medan, Nimrot Sihotang bertekad merubah watak dan menjadikan wargabinaan memiliki skil dan keterampilan. Gunanya, agar mereka mudah diterima ketika kembali berbaur ke masyarakat.

Sisi lain dari Nimrot inilah yang coba digali awak media, yang menurutnya merupakan 10 prinsip tugas pemasyarakatan. Mereka (warga binaan) kata Nimrot, tidak bisa stagnan, harus dipacu produktivitasnya.

“Kalau misalnya di luar sebelumnya punya pengalaman beternak ayam, harus bisa dikembangkan lagi di rutan ini,” ucap Nimrot, belum lama ini.

Menurut pria kelahiran Toba Samosir (Tobasa) 18 Oktober 1983 silam ini, impian wargabinaan yang masuk program asimilasi, separuh atau lebih menjalani masa hukuman bisa diberdayakan sedemikian rupa sehingga produktif, telah menjadi kenyataan.

“Ketika menjadi Karutan Kelas I Labuhan Deli, kita berhasil berkolaborasi dengan pihak lain. Ada lahan yang bisa dipakai dan mereka (wargabinaan) diberdayakan budi daya tanaman jagung,” kata dia.

Selain mereka mendapatkan upah dari hasil panen, lanjutnya, mereka juga sudah punya skill bertanam jagung. Dari contoh-contoh kecil itu misalnya akan dikembangkan di Rutan Medan. Tak sesumbar, skil warga binaan di asah di bengkel las mini, pertukangan kayu dan pelatihan menjahit.

Menurut mantan Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Klas IIA Batam 2012 tersebut, pihaknya sedang melakukan komunikasi sekaligus akan menggandeng Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Sumut agar wargabinaan bisa diberikan pelatihan. Apakah bertani, beternak ikan, las, menjahit, pertukangan dan lainnya.

“Untuk jangka menengah panjang, mereka nantinya bisa diberikan sertifikasi sesuai pelatihan dan praktik di sini. Boleh-boleh saja kita dibilang orang bermimpi. Semoga mimpi itu nantinya bisa jadi kenyataan. Perlu kolaborasi dan keinginan kuat untuk mewujudkannya. Perlu dukungan berbagai pihak, termasuk rekan-rekan pers,” urainya.

Mengenai siapa saja wargabinaan secara periodik dibekali pelatihan kemudian mendapatkan sertifikat, lanjutnya, selain mereka yang memasuki program asimilasi juga ada penilaian lainnya seperti asesmen, ada jaminan dari pihak keluarga dan seterusnya.

Langkah awal, menurut Nimrot, dirinya akan berkoordinasi dan merapatkannya dengan pengurus Koperasi Pegawai Rutan Kelas I Medan untuk mengalokasikan dana pengembangan pelatihan dimaksud.

“Bagaimana nantinya pengembalian pinjaman, pengupahan warga binaan, pembagian keuntungan hasil panen misalnya. Solusi lainnya berkolaborasi dengan berbagai pihak. Menjalin hubungan dengan ‘ayah angkat’.

“Bila semuanya berjalan sebagaimana diprogramkan, bukan tidak tertutup kemungkinan bisa menambah pundi-pundi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” pungkasnya. (man/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di tengah kesibukannya sebagai Kepala Rumah Tahanan Negara (Karutan) Kelas I Medan, Nimrot Sihotang bertekad merubah watak dan menjadikan wargabinaan memiliki skil dan keterampilan. Gunanya, agar mereka mudah diterima ketika kembali berbaur ke masyarakat.

Sisi lain dari Nimrot inilah yang coba digali awak media, yang menurutnya merupakan 10 prinsip tugas pemasyarakatan. Mereka (warga binaan) kata Nimrot, tidak bisa stagnan, harus dipacu produktivitasnya.

“Kalau misalnya di luar sebelumnya punya pengalaman beternak ayam, harus bisa dikembangkan lagi di rutan ini,” ucap Nimrot, belum lama ini.

Menurut pria kelahiran Toba Samosir (Tobasa) 18 Oktober 1983 silam ini, impian wargabinaan yang masuk program asimilasi, separuh atau lebih menjalani masa hukuman bisa diberdayakan sedemikian rupa sehingga produktif, telah menjadi kenyataan.

“Ketika menjadi Karutan Kelas I Labuhan Deli, kita berhasil berkolaborasi dengan pihak lain. Ada lahan yang bisa dipakai dan mereka (wargabinaan) diberdayakan budi daya tanaman jagung,” kata dia.

Selain mereka mendapatkan upah dari hasil panen, lanjutnya, mereka juga sudah punya skill bertanam jagung. Dari contoh-contoh kecil itu misalnya akan dikembangkan di Rutan Medan. Tak sesumbar, skil warga binaan di asah di bengkel las mini, pertukangan kayu dan pelatihan menjahit.

Menurut mantan Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Klas IIA Batam 2012 tersebut, pihaknya sedang melakukan komunikasi sekaligus akan menggandeng Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Sumut agar wargabinaan bisa diberikan pelatihan. Apakah bertani, beternak ikan, las, menjahit, pertukangan dan lainnya.

“Untuk jangka menengah panjang, mereka nantinya bisa diberikan sertifikasi sesuai pelatihan dan praktik di sini. Boleh-boleh saja kita dibilang orang bermimpi. Semoga mimpi itu nantinya bisa jadi kenyataan. Perlu kolaborasi dan keinginan kuat untuk mewujudkannya. Perlu dukungan berbagai pihak, termasuk rekan-rekan pers,” urainya.

Mengenai siapa saja wargabinaan secara periodik dibekali pelatihan kemudian mendapatkan sertifikat, lanjutnya, selain mereka yang memasuki program asimilasi juga ada penilaian lainnya seperti asesmen, ada jaminan dari pihak keluarga dan seterusnya.

Langkah awal, menurut Nimrot, dirinya akan berkoordinasi dan merapatkannya dengan pengurus Koperasi Pegawai Rutan Kelas I Medan untuk mengalokasikan dana pengembangan pelatihan dimaksud.

“Bagaimana nantinya pengembalian pinjaman, pengupahan warga binaan, pembagian keuntungan hasil panen misalnya. Solusi lainnya berkolaborasi dengan berbagai pihak. Menjalin hubungan dengan ‘ayah angkat’.

“Bila semuanya berjalan sebagaimana diprogramkan, bukan tidak tertutup kemungkinan bisa menambah pundi-pundi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” pungkasnya. (man/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/