Jasad mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat akan digali pekan depan untuk menjalani tes pemeriksaan racun. Penggalian akan dilakukan pada 27 November mendatang.
“Makam akan dibuka pada 27 November dan para pakar akan mengambil sampel-sampel di hari yang sama dalam hitungan beberapa jam,” kata kepala tim penyelidikan Palestina, Tawfiq Tirawi seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (24/11).
Dikatakan Tirawi kepada para wartawan di kota Ramallah, Tepi Barat, seremoni pemakaman kembali Arafat akan digelar di hari yang sama.
Penggalian makam Arafat dilakukan terkait kecurigaan bahwa Arafat telah diracun oleh Israel dengan bahan radioaktif polonium. Makam Arafat berada di kantor pusat kepresidenan Muqataa di kota Ramallah. Para pakar asal Prancis, Swiss dan Rusia akan tiba di Ramallah untuk melakukan pengujian forensik atas jasad Arafat.
Arafat meninggal di rumah sakit militer di dekat Paris, Prancis pada 11 November 2004 silam. Ketika itu para pakar Prancis tak bisa menyimpulkan apa penyebab kematian Arafat. Namun selama ini banyak warga Palestina yang yakin bahwa Arafat telah diracun oleh Israel.
Para jaksa penuntut umum Prancis mulai melakukan penyelidikan pada Agustus lalu setelah stasiun televisi Al-Jazeera menayangkan hasil investigasi pakar-pakar Swiss. Mereka menyebutkan telah menemukan kandungan polonium pada bendar-benda pribadi Arafat. Polonium merupakan zat sangat beracun yang jarang ditemukan di luar lingkungan militer dan sains. Sebelumnya pemerintah otonomi Palestina menyetujui penggalian jasad Yasser Arafat setelah ada dugaan baru bahwa ia diracuni dengan bahan radioaktif polonium-210 pada 2004.
Satu lembaga Swiss yang meneliti pakaian yang diserahkan oleh janda Arafat, Suha, sebagai bagian dari laporan Al Jazeera menyatakan, lembaga tersebut menemukan tingkat polonium-210 “yang sangat tinggi”, meskipun gejala yang digambarkan di dalam laporan medis Presiden Palestina itu tak sesuai dengan bahan radioaktif.
Pemerintah Palestina menyatakan akan menyetujui permintaan Suha Arafat guna mengeluarkan jasad Arafat untuk otopsi dari makamnya di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan.
“Pemerintah Otonomi, seperti sikapnya selama ini, siap untuk bekerja sama secara penuh dengan dan membersihkan jalan bagi penyelidikan penyebab sesungguhnya, yang mengakibatkan wafatnya Presiden (Arafat),” kata Nabil Abu Rdeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
“Saya ingin dunia mengetahui yang sebenarnya mengenai pembunuhan Yasser Arafat,” kata Suha Arafat kepada Al Jazeera. Suha tidak secara langsung menunjuk pihak yang dituduhnya, tetapi menurut Reuters, menyebut bahwa Israel dan Amerika Serikat memandang Arafat sebagai penghalang bagi perdamaian.
Temuan itu memicu kecurigaan lama Palestina bahwa Israel berada di belakang kematian mantan gerilyawan berusia 75 tahun tersebut. Arafat, yang lama sakit, dibawa melalui udara ke satu rumah sakit militer di Perancis, tempat ia meninggal pada 11 November 2004.
Para dokter Perancis yang merawat dia pada hari-hari terakhirnya mengatakan, mereka tak bisa memastikan penyebab kematian Arafat. Para pejabat Perancis, yang berlindung di balik hukum privasi, menolak untuk memberi perincian mengenai sifat penyakitnya.
Polonium, yang tampaknya dicerna lewat makanan, juga ditemukan sebagai penyebab kematian mantan mata-mata Uni Soviet, Alexander Litvinenko, di London pada 2006. Ia meninggal secara perlahan-lahan.
Israel telah membantah keterlibatan dalam kematian Arafat. Pemimpin dinas intelijen dalam negeri Yahudi, Shin Bet, saat itu Avi Dichter, Rabu, mengatakan “tanggung jawab berada di tangan pejabat” Palestina.
“Jasad itu berada di tangan mereka. Jasad tersebut berada di Ramallah dan sungguh, semua kunci ada di tangan mereka,” kata Dichter kepada Radio Militer Israel.(bbs/jpnn)