26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Satelit Televisi Kristen Diblokir

Kerusuhan Libya

Kerusuhan sosial dan ketegangan antara pemerintah Libya pimpinan Muammar Gadhafi dan rakyatnya merembet kemana-mana. Salah satunya menyebabkan satelit televisi yang menayangkan program Kristen di seluruh daerah Timur Tengah mengalami kemacetan dalam siarannya. Diperkirakan Libya yang bertanggung jawab atas hal itu.
SAT-7 mengatakan bahwa program bahasa Arab dan program untuk anak-anak macet karena sebuah tindakan ilegal dari fasilitas teknik sejak demonstran Libya menentang Gadhafi muncul. Mereka juga percaya bahwa stasiun TV yang lain juga diblokir. Penyiar percaya bahwa channel berita Al Jazeera yang mengarahkan hal tersebut karena mereka mempunyai transponder yang sama dengan SAT-7.

SAT-7 meminta agar orang-orang Kristen berdoa untuk Libya khususnya untuk orang Kristen yang ada di Libya dan sekitarnya, bahwa mereka akan menjadi perpanjangan tangan untuk masa pemulihan dan saksi yang setia untuk Kristus.

Karena itu, SAT-7 menginginkan kemacetan itu dapat diatasi agar penonton di negara tersebut bisa ‘mendapatkan sumber kekuatan dan pengharapan melalui masa yang sulit ini’.

Sepertinya kemacetan ini akan terus berlangsung sampai rezim di Libya berakhir. Namun, mereka mengkuatirkan rakyat Libya. “Tentu saja, ada hari-hari kritis untuk rakyat Libya dan mereka membutuhkan doa kita bahwa kekerasan dan pertumpahan darah akan segera berakhir,” kata juru bicara dari pelayanan tersebut.
Karena penonton mereka, diarahkan ke channel yang lain yaitu SAT-7 Plus yang menayangkan program terbaik dari program-program Arab dan channel anak-anak mereka. Channel ini tidak mengalami gangguan karena berada dalam sistem satelit Hot Bird. Libya butuh dukungan doa dan semangat.

Di sisi lain, Libya telah membebaskan dua orang tahanan warga Korea Selatan – termasuk seorang pendeta – yang ditangkap atas dugaan keterlibatan mereka dalam kegiatan misionaris, seperti dilaporkan oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Seoul.

Salah satu di antaranya adalah seorang pendeta Protestan yang hanya diidentifikasikan bermarga Koo, ditangkap pada bulan Juni karena melanggar hukum agama di negara mayoritas Muslim, yang melarang pengajaran lain selain Islam. Pria lainnya yang diidentifikasi bermarga Jeon, ditangkap bulan berikutnya karena membantu Koo, termasuk membawa buku-buku Kristen dan bahan lainnya bagi pekerjaan misionaris ke negara tersebut.
Korea Selatan, sebagai negara pengirim misionaris terbesar kedua di dunia, tidak merasa aneh dengan keadaan yang menimpa kegiatan para misionarisnya. Kasus di Libya menjadi rumit karena baru-baru ini telah terjadi pengusiran pejabat Kedubes Korea Selatan dengan dugaan mengumpulkan informasi mengenai pemimpin Libya dan juga informasi dalam area sensitif lainnya.

Meskipun Seoul membantah tuduhan Libya bahwa pejabat kedutaannya adalah seorang agen intelijen dan menyatakan operasi tersebut hanya merupakan bagian dari pengumpulan informasi terhadap Korea Utara, namun Libya menghentikan kegiatan kedutaannya di Seoul secara de facto, memaksa para pengusaha Korea Selatan mendapatkan visa ke Libya dari kedutaannya di negara lain.(chp/net)

Kerusuhan Libya

Kerusuhan sosial dan ketegangan antara pemerintah Libya pimpinan Muammar Gadhafi dan rakyatnya merembet kemana-mana. Salah satunya menyebabkan satelit televisi yang menayangkan program Kristen di seluruh daerah Timur Tengah mengalami kemacetan dalam siarannya. Diperkirakan Libya yang bertanggung jawab atas hal itu.
SAT-7 mengatakan bahwa program bahasa Arab dan program untuk anak-anak macet karena sebuah tindakan ilegal dari fasilitas teknik sejak demonstran Libya menentang Gadhafi muncul. Mereka juga percaya bahwa stasiun TV yang lain juga diblokir. Penyiar percaya bahwa channel berita Al Jazeera yang mengarahkan hal tersebut karena mereka mempunyai transponder yang sama dengan SAT-7.

SAT-7 meminta agar orang-orang Kristen berdoa untuk Libya khususnya untuk orang Kristen yang ada di Libya dan sekitarnya, bahwa mereka akan menjadi perpanjangan tangan untuk masa pemulihan dan saksi yang setia untuk Kristus.

Karena itu, SAT-7 menginginkan kemacetan itu dapat diatasi agar penonton di negara tersebut bisa ‘mendapatkan sumber kekuatan dan pengharapan melalui masa yang sulit ini’.

Sepertinya kemacetan ini akan terus berlangsung sampai rezim di Libya berakhir. Namun, mereka mengkuatirkan rakyat Libya. “Tentu saja, ada hari-hari kritis untuk rakyat Libya dan mereka membutuhkan doa kita bahwa kekerasan dan pertumpahan darah akan segera berakhir,” kata juru bicara dari pelayanan tersebut.
Karena penonton mereka, diarahkan ke channel yang lain yaitu SAT-7 Plus yang menayangkan program terbaik dari program-program Arab dan channel anak-anak mereka. Channel ini tidak mengalami gangguan karena berada dalam sistem satelit Hot Bird. Libya butuh dukungan doa dan semangat.

Di sisi lain, Libya telah membebaskan dua orang tahanan warga Korea Selatan – termasuk seorang pendeta – yang ditangkap atas dugaan keterlibatan mereka dalam kegiatan misionaris, seperti dilaporkan oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Seoul.

Salah satu di antaranya adalah seorang pendeta Protestan yang hanya diidentifikasikan bermarga Koo, ditangkap pada bulan Juni karena melanggar hukum agama di negara mayoritas Muslim, yang melarang pengajaran lain selain Islam. Pria lainnya yang diidentifikasi bermarga Jeon, ditangkap bulan berikutnya karena membantu Koo, termasuk membawa buku-buku Kristen dan bahan lainnya bagi pekerjaan misionaris ke negara tersebut.
Korea Selatan, sebagai negara pengirim misionaris terbesar kedua di dunia, tidak merasa aneh dengan keadaan yang menimpa kegiatan para misionarisnya. Kasus di Libya menjadi rumit karena baru-baru ini telah terjadi pengusiran pejabat Kedubes Korea Selatan dengan dugaan mengumpulkan informasi mengenai pemimpin Libya dan juga informasi dalam area sensitif lainnya.

Meskipun Seoul membantah tuduhan Libya bahwa pejabat kedutaannya adalah seorang agen intelijen dan menyatakan operasi tersebut hanya merupakan bagian dari pengumpulan informasi terhadap Korea Utara, namun Libya menghentikan kegiatan kedutaannya di Seoul secara de facto, memaksa para pengusaha Korea Selatan mendapatkan visa ke Libya dari kedutaannya di negara lain.(chp/net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/