25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sopir Dirugikan, Organda Angkat Bicara

Aksi blokir jalan yang dilakukan para buruh membuat semua kalangan mengeluh. Tak hanya masyarakat sebagai pengguna jalan yang akan bepergian, para sopir yang setiap harinya mencari makan dari usaha angkutannya juga mengeluh. Kondisi ini jelas sekali terasa di Simpang Kayu Besar Jalan Lintas Sumatera Tanjung Morawa.

Angkutan dari Lubukpakam dan sekitarnya menuju Kota Medan tidak bisa lewat karena massa menghadang jalan. “Aduh gara-gara demi, kami pun sengsara,” keluh Andiri salah seorang penumpang angkot yang terpaksa turun di Simpang Kayu besar gara-gara angkot yang ditumpanginya tidak bisa melewati jalan lintas Sumatera tersebut.

Dia menilai gara-gara demo mereka tidak sampai ke tempat tujuan secara tepat waktu. Padahal tujuannya menuju Kota Medan ke tempat keluarganya. Keluhan yang sama juga dirasakan oleh Anto sopir angkutan Jurusan Tebing Tinggi-Kota Medan. Dia menyebutkan biasanya arus lalu lintas di jalan raya lancar, tetapi sekarang tidak. Tak hanya itu dampak dari kemacetan ini, mereka harus kehilangan pendapatan. “Kalau begini terus menerus mau makan apa anak dan istri saya,” ujar Anto.

Dia menjelaskan selain tidak bisa narik angkutan, akibat kemacetan ini banyak penumpang yang marah-marah. “Wah kami para sopir menjadi korban kemarahan penumpang saja,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumut, Haposan Sialagan mengeluhkan aksi buruh yang memblokir beberapa ruas jalan di Kota Medan dan sekitarnya. Akibat pemblokiran itu, supir mobil penumpang umum (MPU) yang tergabung dalam Organda mengeluh karena pendapatan dan aktivitas mereka menurun drastis.

“Aspirasi buruh sejatinya merupakan aspirasi kita bersama. Kami maklum atas kekecewaan mereka sehingga harus melakukan aksi-aksi itu. Untuk itu, kami meminta kepada Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) untuk segera menyelesaikan masalah upah buruh sehingga aksi demo berupa pemblokiran jalan tidak lagi dilakukan,” kata Haposan Sialagan.

Dijelaskan, tidak hanya supir angkot saja yang terganggu, beberapa aktivitas perekonomian pun lumpuh dalam dua hari ini. Kalau dibiarkan berlarut tentu tidak akan baik bagi semua elemen masyarakat, pertimbangan itu harus menjadi dasar bagi Pemprovsu untuk segera mengambil keputusan yang tepat guna penyelasaian masalah.

“Jalan dan transportasi merupakan sektor vital publik yang sangat rentan bila terganggu. Dalam dua hari saja, para supir angkot, pengguna jalan dan anak-anak sekolah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, keadaan ini tentu sangat merugikan,” ujarnya.

Kepada para buruh, Haposan juga mengingat kan untuk tidak sesering mungkin memblokir jalan dalam aksi-aksinya menuntut kenaikan upah. Kiranya, baik Pemprovsu dan buruh membuka dialog -dialog untuk mencari solusinya.

“Dalam hal ini, Pemprovsu harus memiliki inisiatif lebih. Jangan sampai akibat demo buruh, perekonomian di Sumut menjadi lumpuh. Sebab efek domino yang ditimbulkan sangat membuat rugi,” katanya. Ia juga berharap aksi yang dilakukan tidak menjurus ketindak anarkis dan kepada pihak kepolisian agar lebih memperketat penjagaan. Agar insiden kekerasan seperti penikaman yang tempo hari terjadi tidak berulang. “Jangan sampai ada penyusup yang mengatasnamakan kepentingan buruh. Polisi bertugas untuk mengawal aksi buruh agar berlangsung tertib dan aman. Sekali lagi, Organda Sumut berharap permasalahan ini cepat selesai sehingga aktivitas dapat normal kembali,” tutupnya. (dra/bbs)

Aksi blokir jalan yang dilakukan para buruh membuat semua kalangan mengeluh. Tak hanya masyarakat sebagai pengguna jalan yang akan bepergian, para sopir yang setiap harinya mencari makan dari usaha angkutannya juga mengeluh. Kondisi ini jelas sekali terasa di Simpang Kayu Besar Jalan Lintas Sumatera Tanjung Morawa.

Angkutan dari Lubukpakam dan sekitarnya menuju Kota Medan tidak bisa lewat karena massa menghadang jalan. “Aduh gara-gara demi, kami pun sengsara,” keluh Andiri salah seorang penumpang angkot yang terpaksa turun di Simpang Kayu besar gara-gara angkot yang ditumpanginya tidak bisa melewati jalan lintas Sumatera tersebut.

Dia menilai gara-gara demo mereka tidak sampai ke tempat tujuan secara tepat waktu. Padahal tujuannya menuju Kota Medan ke tempat keluarganya. Keluhan yang sama juga dirasakan oleh Anto sopir angkutan Jurusan Tebing Tinggi-Kota Medan. Dia menyebutkan biasanya arus lalu lintas di jalan raya lancar, tetapi sekarang tidak. Tak hanya itu dampak dari kemacetan ini, mereka harus kehilangan pendapatan. “Kalau begini terus menerus mau makan apa anak dan istri saya,” ujar Anto.

Dia menjelaskan selain tidak bisa narik angkutan, akibat kemacetan ini banyak penumpang yang marah-marah. “Wah kami para sopir menjadi korban kemarahan penumpang saja,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumut, Haposan Sialagan mengeluhkan aksi buruh yang memblokir beberapa ruas jalan di Kota Medan dan sekitarnya. Akibat pemblokiran itu, supir mobil penumpang umum (MPU) yang tergabung dalam Organda mengeluh karena pendapatan dan aktivitas mereka menurun drastis.

“Aspirasi buruh sejatinya merupakan aspirasi kita bersama. Kami maklum atas kekecewaan mereka sehingga harus melakukan aksi-aksi itu. Untuk itu, kami meminta kepada Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) untuk segera menyelesaikan masalah upah buruh sehingga aksi demo berupa pemblokiran jalan tidak lagi dilakukan,” kata Haposan Sialagan.

Dijelaskan, tidak hanya supir angkot saja yang terganggu, beberapa aktivitas perekonomian pun lumpuh dalam dua hari ini. Kalau dibiarkan berlarut tentu tidak akan baik bagi semua elemen masyarakat, pertimbangan itu harus menjadi dasar bagi Pemprovsu untuk segera mengambil keputusan yang tepat guna penyelasaian masalah.

“Jalan dan transportasi merupakan sektor vital publik yang sangat rentan bila terganggu. Dalam dua hari saja, para supir angkot, pengguna jalan dan anak-anak sekolah tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, keadaan ini tentu sangat merugikan,” ujarnya.

Kepada para buruh, Haposan juga mengingat kan untuk tidak sesering mungkin memblokir jalan dalam aksi-aksinya menuntut kenaikan upah. Kiranya, baik Pemprovsu dan buruh membuka dialog -dialog untuk mencari solusinya.

“Dalam hal ini, Pemprovsu harus memiliki inisiatif lebih. Jangan sampai akibat demo buruh, perekonomian di Sumut menjadi lumpuh. Sebab efek domino yang ditimbulkan sangat membuat rugi,” katanya. Ia juga berharap aksi yang dilakukan tidak menjurus ketindak anarkis dan kepada pihak kepolisian agar lebih memperketat penjagaan. Agar insiden kekerasan seperti penikaman yang tempo hari terjadi tidak berulang. “Jangan sampai ada penyusup yang mengatasnamakan kepentingan buruh. Polisi bertugas untuk mengawal aksi buruh agar berlangsung tertib dan aman. Sekali lagi, Organda Sumut berharap permasalahan ini cepat selesai sehingga aktivitas dapat normal kembali,” tutupnya. (dra/bbs)

Artikel Terkait

Tragedi Akhir Tahun si Logo Merah

Incar Bule karena Hasil Lebih Besar

Baru Mudik Usai Lebaran

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/