26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Mengampuni, Begitu Sulitkah

Oleh:   Pdt. Edison Sinurat STh

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. Matius 6:14,15.

Beberapa minggu yang lalu saya melayani di sebuah Lembaga Pemasyarakatan di Tanjung Gusta. Topik saat itu tentang Pengampunan. Di sela-sela Firman Tuhan, saya mengajak mereka untuk mendatangi orang yang pernah disakiti hatinya untuk meminta maaf. Tetapi apa yang terjadi? Beberapa orang begitu sulit mengampuni. Akhirnya setelah kita menyaksikan cuplikan Film The Passion of The Christ yang sangat fenomenal itu, semua narapidana kita bimbing berdoa untuk dapat mengampuni saudaranya.

Pada suasana Natal seperti hari-hari ini, kita hendaknya mengingat tentang pengampunan yang telah diberikan Bapa kepada kita, pengampunan yang luar biasa, dimana kita tidak layak diampuni tetapi kita diterima apa adanya. Sehingga kita dapat melakukannya kepada orang yang pernah menyakiti kita. Memang harus diakui, tidaklah mudah.

Sebuah kisah nyata, pada tanggal 9 Februari 1960, Adolph Coors III diculik dan dimintai uang tebusan. Tubuhnya ditemukan tujuh bulan kemudian di sebuah perbukitan yang jauh. Dia ditembak hingga tewas. Adolph Coors IV, yang pada saat itu berusia 15 tahun, telah kehilangan seorang ayah sekaligus teman baiknya. Selama bertahun-tahun Coors muda membenci Joseph Corbett, pria yang dihukum seumur hidup karena pembunuhan tersebut.
Tahun 1975 Adolph Coors menjadi orang Kristen. Dia tahu bahwa kebenciannya terhadap Corbett menghalangi pertumbuhan imannya serta membuat orang lain menjauhinya. Namun, dendam bercokol dalam dirinya. Dia berdoa meminta agar Tuhan membantunya berhenti membenci Corbett.

Coors akhirnya terdorong untuk mengunjungi Corbett di penjara dalam unit dengan tingkat keamanan maksimum di Canon City, Colorado. Corbett menolak menemuinya, namun Coors meninggalkan sebuah Alkitab dengan tulisan ini: “Saya berada di sini hari ini untuk menemui Anda dan sayang sekali kita tidak dapat bertemu. Sebagai seorang Kristen saya diperintahkan oleh Tuhan kami, Yesus Kristus, untuk mengampuni. Saya mengampuni Anda, dan meminta Anda agar mengampuni saya karena selama ini saya memendam kebencian terhadap Anda.” Coors kemudian mengakui, “Saya mempunyai kasih bagi pria itu yang hanya dapat ditaruhkan oleh Yesus Kristus di dalam hati saya.” Hati Coors, yang dibelenggu oleh kebncian, akhirnya dibebaskan.”
Petrus pernah bertanya kepada Yesus, berapa kali kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Dia bertanya: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:21-22) Mengampuni adalah membebaskan seorang tawanan dan menemukan bahwa tawanan itu adalah ANDA. (*)

Oleh:   Pdt. Edison Sinurat STh

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. Matius 6:14,15.

Beberapa minggu yang lalu saya melayani di sebuah Lembaga Pemasyarakatan di Tanjung Gusta. Topik saat itu tentang Pengampunan. Di sela-sela Firman Tuhan, saya mengajak mereka untuk mendatangi orang yang pernah disakiti hatinya untuk meminta maaf. Tetapi apa yang terjadi? Beberapa orang begitu sulit mengampuni. Akhirnya setelah kita menyaksikan cuplikan Film The Passion of The Christ yang sangat fenomenal itu, semua narapidana kita bimbing berdoa untuk dapat mengampuni saudaranya.

Pada suasana Natal seperti hari-hari ini, kita hendaknya mengingat tentang pengampunan yang telah diberikan Bapa kepada kita, pengampunan yang luar biasa, dimana kita tidak layak diampuni tetapi kita diterima apa adanya. Sehingga kita dapat melakukannya kepada orang yang pernah menyakiti kita. Memang harus diakui, tidaklah mudah.

Sebuah kisah nyata, pada tanggal 9 Februari 1960, Adolph Coors III diculik dan dimintai uang tebusan. Tubuhnya ditemukan tujuh bulan kemudian di sebuah perbukitan yang jauh. Dia ditembak hingga tewas. Adolph Coors IV, yang pada saat itu berusia 15 tahun, telah kehilangan seorang ayah sekaligus teman baiknya. Selama bertahun-tahun Coors muda membenci Joseph Corbett, pria yang dihukum seumur hidup karena pembunuhan tersebut.
Tahun 1975 Adolph Coors menjadi orang Kristen. Dia tahu bahwa kebenciannya terhadap Corbett menghalangi pertumbuhan imannya serta membuat orang lain menjauhinya. Namun, dendam bercokol dalam dirinya. Dia berdoa meminta agar Tuhan membantunya berhenti membenci Corbett.

Coors akhirnya terdorong untuk mengunjungi Corbett di penjara dalam unit dengan tingkat keamanan maksimum di Canon City, Colorado. Corbett menolak menemuinya, namun Coors meninggalkan sebuah Alkitab dengan tulisan ini: “Saya berada di sini hari ini untuk menemui Anda dan sayang sekali kita tidak dapat bertemu. Sebagai seorang Kristen saya diperintahkan oleh Tuhan kami, Yesus Kristus, untuk mengampuni. Saya mengampuni Anda, dan meminta Anda agar mengampuni saya karena selama ini saya memendam kebencian terhadap Anda.” Coors kemudian mengakui, “Saya mempunyai kasih bagi pria itu yang hanya dapat ditaruhkan oleh Yesus Kristus di dalam hati saya.” Hati Coors, yang dibelenggu oleh kebncian, akhirnya dibebaskan.”
Petrus pernah bertanya kepada Yesus, berapa kali kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Dia bertanya: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:21-22) Mengampuni adalah membebaskan seorang tawanan dan menemukan bahwa tawanan itu adalah ANDA. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/