26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dialiri Lima Sungai dan Dihunu Satwa Liar

Ada lima daerah aliran sungai di Aceh dan tiga daerah aliran sungai (DAS) di Sumatera Utara yang dilindungi oleh Taman Nasional Gunung Leuser. Lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Aceh, yaitu DAS Jambo Aye, DAS Tamiang-Langsa, DAS Singkil, DAS Sikulat-Tripa, dan DAS Baru-Kluet. Sedangkan yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah DAS Besitang, DAS Lepan, dan DAS Wampu Sei Ular.

TNGL juga memiliki fungsi sebagai habitat asli satwa Sumatera seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris), Orang Utan Sumatera (Pongo abelii), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus), Owa (Hylobathes lar), dan Kedih (Presbytis thomasii). Tidak hanya itu, TNGL merupakan kawasan dengan daftar spesies burung terbanyak di dunia dengan 380 spesies dan rumah bagi 36 dari 50 spesies burung Sundaland.

Hampir 65 persen atau 129 spesies mamalia dari 205 spesies mamalia besar dan kecil di Sumatera tercatat ada di tempat ini. Leuser merupakan habitat sebagian besar fauna, mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibia, ikan, dan invertebrata. Maka dari itu, tidak berlebihan rasanya jika kita menyebut Taman Nasional Gunung Leuser sebagai laboratorium alam yang kaya keanekaragaman hayati.

Dengan semua potensi yang dimiliki, seharusnya kita bangga dan menjaga rahmat Ilahi yang dititipkan kepada kita bersama-sama. Tapi sebagaimana putih, tentu ada hitam. Mustahil jika tidak ada ‘tangan – tangan jahil’ yang ingin mengeksploitasi hasil hutan secara berlebihan demi keuntungan pribadi dengan tidak memperhitungkan konsekuensinya ke masyarakat luas.

Hal itu dapat disimpulkan dari maraknya kasus pembalakan liar di beberapa lokasi yang menyalahi batas reservasi lingkungan, sehingga menyebabkan bencana longsor dan banjir bandang, seperti yang telah terjadi beberapa tahun belakangan ini. Bencana banjir bandang dan longsor di Bahorok, Besitang, hingga Aceh Tenggara telah banyak memakan korban jiwa dan kerugian materi.

Perambahan kawasan hutan dapat memicu perubahan iklim lokal yang meningkatkan kekeringan pada musim kering dan meningkatkan curah hujan di musim penghujan. Peningkatan debit air yang berlebih di tanah yang gundul menjadi penyebab utama banjir bandang dan tanah longsor. (net)

Ada lima daerah aliran sungai di Aceh dan tiga daerah aliran sungai (DAS) di Sumatera Utara yang dilindungi oleh Taman Nasional Gunung Leuser. Lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Aceh, yaitu DAS Jambo Aye, DAS Tamiang-Langsa, DAS Singkil, DAS Sikulat-Tripa, dan DAS Baru-Kluet. Sedangkan yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah DAS Besitang, DAS Lepan, dan DAS Wampu Sei Ular.

TNGL juga memiliki fungsi sebagai habitat asli satwa Sumatera seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris), Orang Utan Sumatera (Pongo abelii), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus), Owa (Hylobathes lar), dan Kedih (Presbytis thomasii). Tidak hanya itu, TNGL merupakan kawasan dengan daftar spesies burung terbanyak di dunia dengan 380 spesies dan rumah bagi 36 dari 50 spesies burung Sundaland.

Hampir 65 persen atau 129 spesies mamalia dari 205 spesies mamalia besar dan kecil di Sumatera tercatat ada di tempat ini. Leuser merupakan habitat sebagian besar fauna, mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibia, ikan, dan invertebrata. Maka dari itu, tidak berlebihan rasanya jika kita menyebut Taman Nasional Gunung Leuser sebagai laboratorium alam yang kaya keanekaragaman hayati.

Dengan semua potensi yang dimiliki, seharusnya kita bangga dan menjaga rahmat Ilahi yang dititipkan kepada kita bersama-sama. Tapi sebagaimana putih, tentu ada hitam. Mustahil jika tidak ada ‘tangan – tangan jahil’ yang ingin mengeksploitasi hasil hutan secara berlebihan demi keuntungan pribadi dengan tidak memperhitungkan konsekuensinya ke masyarakat luas.

Hal itu dapat disimpulkan dari maraknya kasus pembalakan liar di beberapa lokasi yang menyalahi batas reservasi lingkungan, sehingga menyebabkan bencana longsor dan banjir bandang, seperti yang telah terjadi beberapa tahun belakangan ini. Bencana banjir bandang dan longsor di Bahorok, Besitang, hingga Aceh Tenggara telah banyak memakan korban jiwa dan kerugian materi.

Perambahan kawasan hutan dapat memicu perubahan iklim lokal yang meningkatkan kekeringan pada musim kering dan meningkatkan curah hujan di musim penghujan. Peningkatan debit air yang berlebih di tanah yang gundul menjadi penyebab utama banjir bandang dan tanah longsor. (net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/