Bagi suatu kaum, wafatnya seorang ulama seharusnya menjadi suatu hal yang sangat disesali, karena ulama itu dapat memotivasi dan membimbing umat menuju kemaslahatan hidup.
“Sesungguhnya Allah tidak akan menghilangkan ilmu dengan mencabutnya dari semua manusia, akan tetapi dengan menghilangkan ulama, sehingga ketika tidak ada lagi seorang alim, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Yang ketika ditanya, mereka akan memberi fatwa tanpa didasari ilmu sehingga fatwa akan sesat dan menyesatkan.” (HR Bukhari). Rasul SAW mengibaratkan ulama itu sebagai lampu-lampu bumi. Artinya, ulama itu bertugas menerangi kehidupan umat dari kegelapan. Sebagai pengganti para nabi, ulama bertugas melanjutkan dakwa dan menegakkan yang makruf serta mencegah yang mungkar. Mereka mewarisi ilmu para nabi, menjaga dan menyampaikannya kepada umat, agar senantiasa memiliki akhlak yang mulia.
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka dapat menjaga dirinya.” (QS AT Taubah (9): 122).
Menurut Sayyidina Ali, pahala seorang ulama lebih besar daripada pahala orang yang berpuasa di siang hari, mendirikan salat sepanjang malam, dan berperang dalam perang suci karena Allah. Dan ketika ulama wafat, maka akan muncul satu kesenjangan dalam Islam. Mereka tak dapat diganti, kecuali dengan yang serupa. “Terdapat dua kelompok dari umatku. Bila mereka baik, maka baik pula umatku, dan bila mereka jahat, akan rusaklah umatku. Dialah ulama dan umara.”
Ulama sejati adalah orang-orang yang berilmu dan takut kepada Allah (QS Fathir(35) : 28). Ulama sejati lebih mementingkan kehidupan umat daripada dirinya. Ulama sejati lebih mementingkan persatuan, persaudaraan, dan perdamaian daripada perpecahan, kebanggaan kelompok, dan perselisihan.
Karena itu, kewajiban umat Islam untuk senantiasa dekat dengan ulama. Rasul SAW bersabda, “Akan datang pada suatu zaman di mana mereka tidak menghormati ulama kecuali karena bajunya yang bagus. Mereka tidak mendengarkan Al-Quran kecuali dengan suara bagus. Mereka tidak menyembah Allah kecuali pada bulan Ramadhan. Tidak ada lagi rasa malu pada wanita mereka. Mereka tidak puas dengan bagian yang sedikit. Mereka tidak puas pula dengan kekayaan yang melimpah. Mereka berusaha hanya demi perutnya. Agama mereka adalah uang. Wanitanya menjadi kiblat. Dan rumah-rumah mereka adalah masjid-masjid mereka. Mereka menjauh dari ulama sebagaimana anak biri-biri lari menjauh dari serigala.”
Semoga kita senantiasa menjadi umat yang bertakwa, selalu mengamalkan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW, hormat kepada ulama, taat kepada pemimpin yang adil, dan baik dengan tetangga dan kerabat. Amin.