27 C
Medan
Tuesday, December 24, 2024
spot_img

Effendi Ditertawai Dosen IPDN

Bagansiapiapi Saja tak Tahu, Jangan Bicara Adat Batak

MEDAN-Effendi Simbolon terus menuai cemoohan. Tidak hanya itu, dia pun ditertawai karena mengkritik sejumlah tokoh Batak yang memberikan ulos bulang-bulang kepada Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan.

Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos
Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos

Tokoh pemuda Batak, yang juga staf pengajar di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), DR Umar Syadat Hasibuan, mengingatkan cagub Sumut dari PDIP itu agar jangan bicara mengenai adat Batak. Alasannya, jangankan soal adat Batak, masalah cakupan wilayah Sumut saja Effendi belum paham. “Hari ‘gini Effendi bicara soal adat Batak? Bagansiapiapi saja dia tak tahu kok bicara adat Batak,” ujar Umar Hasibuan, sembari tertawa ngakak, kepada koran ini di Jakarta, kemarin (18/1).

Sempat ramai diberitakan, beberapa waktu lalu Effendi menyebut Bagansiapiapi sebagai wilayah Sumut. Padahal, Bagansiapiapi  berada di wilayah Riau.

Seperti diberitakan, di acara serah terima Bandara Silangit dari Kemenhub ke BUMN yakni PT Angkasa Pura (AP) II pada 11 Januari 2013, sejumlah tokoh adat Batak di Taput memberikan tongkat Tunggal Panaluan sebagai simbol kepercayaan dari tokoh adat Batak di Tapanuli kepada Dahlan Iskan. Ulos bulang-bulang juga diberikan ke Dahlan, yang dinilai punya perhatian besar terhadap pengembangan bandara tersebut. Sejumlah warga Batak juga memberikan ulos kepada Dahlan di gedung Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (9/1) lalu, guna mendoakan Dahlan yang saat itu baru saja mengalami kecelakaan mobil listrik Tucuxi.

Effendi Simbolon menyebut Dahlan tak pantas mendapatkan ulos, dengan menyebut pria asal Jawa Timur itu sebagai orang gila. Dia mengatakan kalimat itu di Simalungun, dan diulang lagi di Medan saat diwawancarai Sumut Pos.

“Saya sebagai orang Batak ya prihatin. Harusnya ulos itu diberikan kepada kepada tokoh mumpuni dan memiliki kredibilitas serta teruji. Barulah diulosi. Makanya saya sebagai orang Batak keberatan bila Dahlan diulosi,” sebutnya saat ditemui di Hotel Grand Antares, Rabu (16/1) lalu.

“Ia, memang benar Dahlan Iskan itu gila. Bagi kami di DPR RI Komisi VII dari mana tokohnya? Apakah dia (Dahlan, red) memberikan kontribusi membangun Tanah Batak? Kalau memberikan, apa kontribusinya,” ucapnya lagi.

Umar menilai, pernyataan Effendi itu justru melecehkan para tokoh adat Batak. Pasalnya, kata doktor Ilmu Politik lulusan Universitas Indonesia (UI) itu, pemberian ulos ke Dahlan itu sudah melalui persetujuan para raja-raja adat dan tokoh-tokoh adat. Terlebih lagi, acara di Bandara Silangit itu juga dihadiri Letjen TNI (Purn) Dr TB Silalahi SH.

“Nah, Pak TB Silalahi itu termasuk salah satu tokoh yang paling tahu adat Batak. Effendi tahu apa soal adat Batak?” cetus Umar.
Umar menjelaskan, pemberian ulos kepada tokoh non Batak, harus dimaknai sebagai penghargaan kepada orang non Batak yang menghargai tanah dan adat Batak. Apalagi, Dahlan datang sebagai tamu yang ingin mengembangkan Bandara Silangit yang manfaatnya nanti akan dirasakan masyarakat sekitar.
Pemberian ulos itu, kata dia, juga sebagai simbol bahwa orang Batak menerima suku mana pun, terbuka, demokratis, dan tak sektarian. “Sebagai orang Batak saya tak keberatan Pak Dahlan diulosi karena saya yakin para raja adat sudah membuat pertimbangan matang. Kalau Effendi mengecam, justru dia yang melecehkan tokoh adat,” imbuh Umar.

Terpisah, anggota DPR dari Partai Golkar, Anton Sihombing, juga menilai pemberian ulos ke Dahlan sebagai sesuatu yang wajar. Ulos diberikan oleh tuan rumah kepada tamu yang dihormati.

Anton yang juga Ketua Umum Komisi Tinju Indonesia (KTI) itu cerita, dirinya pernah mengulosi 93 orang asing dalam satu acara. “Saat Kongres Tinju Dunia di Jakarta pada Nopember 2012 lalu, saya ulosi para delegasi dari 93 negara yang hadir,” ujar Anton kepada koran ini kemarin.

Sementara pada Kongres Tinju Dunia 2003, Anton mengaku mengulosi para delegasi dari 82 negara. Begitu pun, sebagai Sekjen Asosiasi Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI), Anton Sihombing juga mengaku selalu mengulosi para utusan dari sejumlah negara bertemu dengannya.
“Mereka semua senang, karena ulos itu bentuk penghargaan,” pungkas Anton, politisi asal Siantar itu.

Ketua Umum Forum Masyarakat peduli Bonapasogit (FMPB), Turman Simanjuntak, pun menyebut Effendi tidak paham kebudayaannya sendiri, yakni budaya Batak. “Jika benar Effendi Simbolon menyatakan Menteri BUMN, Dahlan Iskan tidak pantas mendapat bulang-bulang dari tokoh adat karena disebutnya Dahlan Iskan itu adalah orang gila, itu sama saja Effendi tidak mengerti budaya Batak,”ujar Turman Simanjutak.

Effendi seharusnya tau, bahwa pemberian bulang-bulang itu biasa diberikan kepada pejabat tinggi negara, tokoh pembangunan, serta orang yang berjasa bagi bangsa ini. Tokoh adat di Kabupaten Tapanuli Utara tentunya sudah menilai serta bermufakat atas pemberian bulang-bulang itu kepada Pak Dahlan Iskan. Jadi, dalam hal ini, Effendi Simbolon sudah termasuk melecehkan keputusan tokoh adat Batak yang menyerahkan bulang-bulang itu, sambung Turman.

“Alasan lainnya kenapa saya mengatakan Effendi tidak mengerti budaya Batak adalah, sekaitan dengan pernyataan Effendi Simbolon baru-baru ini di media yang menyebut kalau Bagansiapiapi itu ada di Sumatera Utara. Bagaimana seorang calon Gubernur Sumatera Utara mau dipilih kalau daerahnya saja tidak dikuasai? Termasuklah budaya Batak itu tadi,”tegasnya.

Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Sumut mendukung apa yang telah dilakukan tokoh adat Batak di Tapanuli Utara. ‘’Selama ini tidak ada satu pun menteri yang peduli untuk membangun Tapanuli. Tapi sekarang Menteri BUMN Dahlan Iskan, sangat peduli akan potensi alam yang ada di Tapanuli. Kita salut. Kita juga salut pada warga Tapanuli yang memberikan penghargaan pada Dahlan Iskan,’’ ujar Wakil Ketua PHRI, Daulat Manurung.
Lanjut Ketua Dewan Pembina Forum Tapanuli ini, Dahlan memang sangat pantas mendapat penghargaan itu. ‘’Memang pantas Dahlan Iskan mendapatkan penghargaan dari masyarakat Batak. Karena dia sudah berbuat untuk masyarakat Tapanuli. Yang dilakukannya semata-mata untuk kemajuan Tapanuli agar tidak tertinggal, dari daerah lain. Untuk itu Dahlan Iskan mencoba memodernkan Bandara Silangit, untuk mengundang wisatawan mancanegera agar datang ke Danau Toba,’’ tegasnya.

“Hanya orang yang tidak berbuat, yang merasa keberatan atas pemberian penghargaan terhadap Dahlan Iskan,” tambah Daulat. (sam/rud/mag-3/hsl/pra)

Bagansiapiapi Saja tak Tahu, Jangan Bicara Adat Batak

MEDAN-Effendi Simbolon terus menuai cemoohan. Tidak hanya itu, dia pun ditertawai karena mengkritik sejumlah tokoh Batak yang memberikan ulos bulang-bulang kepada Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan.

Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos
Ilustrasi Effendi Simbolon//sumutpos

Tokoh pemuda Batak, yang juga staf pengajar di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), DR Umar Syadat Hasibuan, mengingatkan cagub Sumut dari PDIP itu agar jangan bicara mengenai adat Batak. Alasannya, jangankan soal adat Batak, masalah cakupan wilayah Sumut saja Effendi belum paham. “Hari ‘gini Effendi bicara soal adat Batak? Bagansiapiapi saja dia tak tahu kok bicara adat Batak,” ujar Umar Hasibuan, sembari tertawa ngakak, kepada koran ini di Jakarta, kemarin (18/1).

Sempat ramai diberitakan, beberapa waktu lalu Effendi menyebut Bagansiapiapi sebagai wilayah Sumut. Padahal, Bagansiapiapi  berada di wilayah Riau.

Seperti diberitakan, di acara serah terima Bandara Silangit dari Kemenhub ke BUMN yakni PT Angkasa Pura (AP) II pada 11 Januari 2013, sejumlah tokoh adat Batak di Taput memberikan tongkat Tunggal Panaluan sebagai simbol kepercayaan dari tokoh adat Batak di Tapanuli kepada Dahlan Iskan. Ulos bulang-bulang juga diberikan ke Dahlan, yang dinilai punya perhatian besar terhadap pengembangan bandara tersebut. Sejumlah warga Batak juga memberikan ulos kepada Dahlan di gedung Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (9/1) lalu, guna mendoakan Dahlan yang saat itu baru saja mengalami kecelakaan mobil listrik Tucuxi.

Effendi Simbolon menyebut Dahlan tak pantas mendapatkan ulos, dengan menyebut pria asal Jawa Timur itu sebagai orang gila. Dia mengatakan kalimat itu di Simalungun, dan diulang lagi di Medan saat diwawancarai Sumut Pos.

“Saya sebagai orang Batak ya prihatin. Harusnya ulos itu diberikan kepada kepada tokoh mumpuni dan memiliki kredibilitas serta teruji. Barulah diulosi. Makanya saya sebagai orang Batak keberatan bila Dahlan diulosi,” sebutnya saat ditemui di Hotel Grand Antares, Rabu (16/1) lalu.

“Ia, memang benar Dahlan Iskan itu gila. Bagi kami di DPR RI Komisi VII dari mana tokohnya? Apakah dia (Dahlan, red) memberikan kontribusi membangun Tanah Batak? Kalau memberikan, apa kontribusinya,” ucapnya lagi.

Umar menilai, pernyataan Effendi itu justru melecehkan para tokoh adat Batak. Pasalnya, kata doktor Ilmu Politik lulusan Universitas Indonesia (UI) itu, pemberian ulos ke Dahlan itu sudah melalui persetujuan para raja-raja adat dan tokoh-tokoh adat. Terlebih lagi, acara di Bandara Silangit itu juga dihadiri Letjen TNI (Purn) Dr TB Silalahi SH.

“Nah, Pak TB Silalahi itu termasuk salah satu tokoh yang paling tahu adat Batak. Effendi tahu apa soal adat Batak?” cetus Umar.
Umar menjelaskan, pemberian ulos kepada tokoh non Batak, harus dimaknai sebagai penghargaan kepada orang non Batak yang menghargai tanah dan adat Batak. Apalagi, Dahlan datang sebagai tamu yang ingin mengembangkan Bandara Silangit yang manfaatnya nanti akan dirasakan masyarakat sekitar.
Pemberian ulos itu, kata dia, juga sebagai simbol bahwa orang Batak menerima suku mana pun, terbuka, demokratis, dan tak sektarian. “Sebagai orang Batak saya tak keberatan Pak Dahlan diulosi karena saya yakin para raja adat sudah membuat pertimbangan matang. Kalau Effendi mengecam, justru dia yang melecehkan tokoh adat,” imbuh Umar.

Terpisah, anggota DPR dari Partai Golkar, Anton Sihombing, juga menilai pemberian ulos ke Dahlan sebagai sesuatu yang wajar. Ulos diberikan oleh tuan rumah kepada tamu yang dihormati.

Anton yang juga Ketua Umum Komisi Tinju Indonesia (KTI) itu cerita, dirinya pernah mengulosi 93 orang asing dalam satu acara. “Saat Kongres Tinju Dunia di Jakarta pada Nopember 2012 lalu, saya ulosi para delegasi dari 93 negara yang hadir,” ujar Anton kepada koran ini kemarin.

Sementara pada Kongres Tinju Dunia 2003, Anton mengaku mengulosi para delegasi dari 82 negara. Begitu pun, sebagai Sekjen Asosiasi Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI), Anton Sihombing juga mengaku selalu mengulosi para utusan dari sejumlah negara bertemu dengannya.
“Mereka semua senang, karena ulos itu bentuk penghargaan,” pungkas Anton, politisi asal Siantar itu.

Ketua Umum Forum Masyarakat peduli Bonapasogit (FMPB), Turman Simanjuntak, pun menyebut Effendi tidak paham kebudayaannya sendiri, yakni budaya Batak. “Jika benar Effendi Simbolon menyatakan Menteri BUMN, Dahlan Iskan tidak pantas mendapat bulang-bulang dari tokoh adat karena disebutnya Dahlan Iskan itu adalah orang gila, itu sama saja Effendi tidak mengerti budaya Batak,”ujar Turman Simanjutak.

Effendi seharusnya tau, bahwa pemberian bulang-bulang itu biasa diberikan kepada pejabat tinggi negara, tokoh pembangunan, serta orang yang berjasa bagi bangsa ini. Tokoh adat di Kabupaten Tapanuli Utara tentunya sudah menilai serta bermufakat atas pemberian bulang-bulang itu kepada Pak Dahlan Iskan. Jadi, dalam hal ini, Effendi Simbolon sudah termasuk melecehkan keputusan tokoh adat Batak yang menyerahkan bulang-bulang itu, sambung Turman.

“Alasan lainnya kenapa saya mengatakan Effendi tidak mengerti budaya Batak adalah, sekaitan dengan pernyataan Effendi Simbolon baru-baru ini di media yang menyebut kalau Bagansiapiapi itu ada di Sumatera Utara. Bagaimana seorang calon Gubernur Sumatera Utara mau dipilih kalau daerahnya saja tidak dikuasai? Termasuklah budaya Batak itu tadi,”tegasnya.

Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Sumut mendukung apa yang telah dilakukan tokoh adat Batak di Tapanuli Utara. ‘’Selama ini tidak ada satu pun menteri yang peduli untuk membangun Tapanuli. Tapi sekarang Menteri BUMN Dahlan Iskan, sangat peduli akan potensi alam yang ada di Tapanuli. Kita salut. Kita juga salut pada warga Tapanuli yang memberikan penghargaan pada Dahlan Iskan,’’ ujar Wakil Ketua PHRI, Daulat Manurung.
Lanjut Ketua Dewan Pembina Forum Tapanuli ini, Dahlan memang sangat pantas mendapat penghargaan itu. ‘’Memang pantas Dahlan Iskan mendapatkan penghargaan dari masyarakat Batak. Karena dia sudah berbuat untuk masyarakat Tapanuli. Yang dilakukannya semata-mata untuk kemajuan Tapanuli agar tidak tertinggal, dari daerah lain. Untuk itu Dahlan Iskan mencoba memodernkan Bandara Silangit, untuk mengundang wisatawan mancanegera agar datang ke Danau Toba,’’ tegasnya.

“Hanya orang yang tidak berbuat, yang merasa keberatan atas pemberian penghargaan terhadap Dahlan Iskan,” tambah Daulat. (sam/rud/mag-3/hsl/pra)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/