26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kecoak Anggora

Oleh: Syaifullah Defaza

Paman muda dari kota memutuskan keanehan. Bersama putra sulungnya yang baru lima tahun, paman pergi ke toko hewan peliharaan.

Tak mencari kucing, anjing, kelinci, iguana, atau bahkan burung, paman malah ingin membeli kecoak.

Beruntung kecoak sedang populer di kota itu. Ramai-ramai mereka menjadi pemandangan indah. Di dinding rumah, di dinding kantor, di dinding gedung-gedung menjulang, kecoak menjadi hewan yang selalu menarik dipandang.
Warga kota sedang punya tren baru. Salah satunya mendoakan agar para kecoak tetap menampilkan keindahannya.
Warna coklat dari seluruh tubuh kecoak menimbulkan cahaya indah.

Sayapnya pun coklat. Tapi kecoak di kota itu tak ingin terbang. Mereka hanya merayap. Menjalar. Kadang kala masuk ke dalam pakaian dalam wanita. Masuk ke celana dalam kawula muda.
Kecoak tak dibasmi. Mereka didiamkan saja agar menjadi pemandangan menarik di kota.
Tapi tak ada yang punya ide memelihara mereka secara profesional.

Baru paman muda kami dari kota itu yang perdana menjadi pemelihara kecoak.

Di toko hewan peliharan, kecoak sudah mengalami perkawinan silang. Kecoak-kecoak di sana sudah dinamai kecoak anggora. Kecoak persia. Kecoak lokal juga ada tapi tak begitu laku.

Kecoak anggora menjadi pilihan paman muda. Antena kecoak itu berbulu. Panjang dan lebat. Sayapnya juga penuh suir bulu-bulu panjang. Mata kecoak anggora ketutupan antenanya yang berbulu.
Tubuh kecoak anggora juga sedikit lebih besar. Jadi ketika berjalan di taman, kecoak anggora punya paman muda menjadi perhatian warga. Di lehernya bisa dipasangkan tali. Jadi kecoak anggora bisa dibawa jalan pagi-pagi. Atau bisa juga menjadi hewan penjaga rumah.

Kecoak anggora tahan terhadap dingin malam. Peka terhadap pergerakan asing di halaman rumah. Kecoak anggora milik paman bahkan bisa menggonggong. “Auuu asuuuu.” Begitu gonggongnya.
Ruman paman muda besar. Butuh hewan peliharaan untuk menjaga. Paman muda anggota dewan kehormatan warga. Rumahnya sering jadi sasaran maling yang lapar.
Malam senin ini tanggal 27 Januari 2033, kecoak anggora paman ditugasi menjaga rumah.

Jelang jam lima pagi, maling lapar bergerombolan masuk halaman ruman pamah muda. Kecoak anggora menggonggong. Maling lapar tak peduli. Maling itu berwajah warga biasa. Mereka lapar dan jadi maling sebab tak ada pilihan. Di saat begitu, iman di dada sudah punah sebab ini zaman makin edan.

Maling kepergok kecoak anggora. Kecoak anggora milik paman menggigit kaki para maling. Lalu menguyahnya pelan-pelan sampai kaki para maling habis. Kecoak anggora kenyang sekenyang paman muda makan harta siapa! (*)

Medan 25 Januari 2013

Oleh: Syaifullah Defaza

Paman muda dari kota memutuskan keanehan. Bersama putra sulungnya yang baru lima tahun, paman pergi ke toko hewan peliharaan.

Tak mencari kucing, anjing, kelinci, iguana, atau bahkan burung, paman malah ingin membeli kecoak.

Beruntung kecoak sedang populer di kota itu. Ramai-ramai mereka menjadi pemandangan indah. Di dinding rumah, di dinding kantor, di dinding gedung-gedung menjulang, kecoak menjadi hewan yang selalu menarik dipandang.
Warga kota sedang punya tren baru. Salah satunya mendoakan agar para kecoak tetap menampilkan keindahannya.
Warna coklat dari seluruh tubuh kecoak menimbulkan cahaya indah.

Sayapnya pun coklat. Tapi kecoak di kota itu tak ingin terbang. Mereka hanya merayap. Menjalar. Kadang kala masuk ke dalam pakaian dalam wanita. Masuk ke celana dalam kawula muda.
Kecoak tak dibasmi. Mereka didiamkan saja agar menjadi pemandangan menarik di kota.
Tapi tak ada yang punya ide memelihara mereka secara profesional.

Baru paman muda kami dari kota itu yang perdana menjadi pemelihara kecoak.

Di toko hewan peliharan, kecoak sudah mengalami perkawinan silang. Kecoak-kecoak di sana sudah dinamai kecoak anggora. Kecoak persia. Kecoak lokal juga ada tapi tak begitu laku.

Kecoak anggora menjadi pilihan paman muda. Antena kecoak itu berbulu. Panjang dan lebat. Sayapnya juga penuh suir bulu-bulu panjang. Mata kecoak anggora ketutupan antenanya yang berbulu.
Tubuh kecoak anggora juga sedikit lebih besar. Jadi ketika berjalan di taman, kecoak anggora punya paman muda menjadi perhatian warga. Di lehernya bisa dipasangkan tali. Jadi kecoak anggora bisa dibawa jalan pagi-pagi. Atau bisa juga menjadi hewan penjaga rumah.

Kecoak anggora tahan terhadap dingin malam. Peka terhadap pergerakan asing di halaman rumah. Kecoak anggora milik paman bahkan bisa menggonggong. “Auuu asuuuu.” Begitu gonggongnya.
Ruman paman muda besar. Butuh hewan peliharaan untuk menjaga. Paman muda anggota dewan kehormatan warga. Rumahnya sering jadi sasaran maling yang lapar.
Malam senin ini tanggal 27 Januari 2033, kecoak anggora paman ditugasi menjaga rumah.

Jelang jam lima pagi, maling lapar bergerombolan masuk halaman ruman pamah muda. Kecoak anggora menggonggong. Maling lapar tak peduli. Maling itu berwajah warga biasa. Mereka lapar dan jadi maling sebab tak ada pilihan. Di saat begitu, iman di dada sudah punah sebab ini zaman makin edan.

Maling kepergok kecoak anggora. Kecoak anggora milik paman menggigit kaki para maling. Lalu menguyahnya pelan-pelan sampai kaki para maling habis. Kecoak anggora kenyang sekenyang paman muda makan harta siapa! (*)

Medan 25 Januari 2013

Artikel Terkait

Ketika Perempuan Diberi Porsi ’Melawan’

Manca’

Lelaki yang (Mencoba) Tersenyum

Tukang Foto Mayat

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/