25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ketika Mesin Gas Turbin PLTGU Pulau Naga Putri Sicanang Rusak

Mati lampu lagi, mati lampu lagi. Ungkapan inilah yang dilontarkan beberapa masyarakat menanggapi pemadaman bergilir yang dilakukan PT PLN Wilayah Sumut, beberapa hari belakangan ini. Seperti diketahui, Senin (18/3) lalu mesin gas turbin (GT) di Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Pulau Naga Putri Sicanang Kecamatan Medan Belawan, mengalami kerusakan. Dampaknya mau tak mau masyarakat harus merasakan pemadaman.

GELAP: Situasi  Fly Over Amplas terlihat gelap saat pemadaman listrik  dilakukan PT PLN Wilayah Sumatera Utara.
GELAP: Situasi di Fly Over Amplas terlihat gelap saat pemadaman listrik yang dilakukan PT PLN Wilayah Sumatera Utara.

Amri, salah seorang warga MT Haryono Medan mengaku beberapa hari ini di rumahnya terjadi pemadaman listrik. Pemadaman ini berkisar satu sampai dua jam.

“Memang setelah dua jam hidup kembali. Tapi inikan sudah merepotkan kita sebagai konsumen, sebab listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok,” katanya saat ditemui wartawan koran ini, kemarin (22/3).

Warga yang berprofesi sebagai pegawai salah satu perusahaan swasta di Kota Medan ini menjelaskan, persoalan pemadaman listrik ini bukan kali pertama mereka rasakan. Soalnya beberapa waktu PLN juga sering memadamkan listrik sehingga sempat keluar istilah PLN (pembangkit lilin negara) bukan pembangkit listrik negara. “Ini kan hanya guyonan saja. Tapi saya berharap pemadaman ini tidak berlangsung lama,” ujarnya.
Selain itu pelaku usaha kecil dan menengah juga mengaku terganggu dengan pemadaman listrik tersebut.

Soalnya selama terjadi pemadaman mereka terpaksa menggunakan genset sebagai pengganti listrik. Amira, Manejer Salon Ester Jalan Karya Bakti ketika diwawancarai Kamis (21/3) mengatakan mereka mengalami kerugian dengan adanya padaman ini. Karena semua peralatan salon digerakkan oleh energi listrik.

“Usaha salon ini kan sebagian besarnya menggunakan listrik seperti hair drier, alat blow rambut, dan lainnya,” katanya.

Akibat pemadaman yang terjadi secara bergilir membuatnya kecewa, apalagi mendengar  kabar akan terjadi pemadaman bergilir setiap harinya.
Bicara soal kerugian, dia mentaksir mengalami kerugian hampir 50 persen dari biasanya. “Kalau normalnya karena tidak mengeluarkan biaya untuk membeli solar genset, kami bisa meraup keuntungan Rp300 ribu setiap harinya. Tetapi khusus untuk hari Senin kami mengalami kerugian hingga 50 persen dari keuntungan,” ujarnya.

Sama halnya dengan Faisal, pemilik usaha bordir jilbab di Pasar Sukaramai Medan. Dia mengatakan kerugian yang dialaminya karena pemadaman mencapai Rp600 ribu untuk membeli solar genset sehingga secara otomatis mengurangi keuntungan.

“Saya harap pemadaman ini tidak sering-sering, sebab saya bisa gulung tikar kalau terus begitu. Seharusnya tidak mengeluarkan uang beli solar, eh malah dikeluarkan,” ujarnya.

Tak hanya perusahaan kecil dan menengah saja mengalami kerugian, perusahaan-perusahaan skala besar juga mengalami kerugian yang cukup besar. Karena semua perusahaan di KIM Star Jalan Medan Tanjung Morawa  menggunakan listrik sebagai pembangkit utama.

“Bayangkan saja biaya yang digunakan membeli solar untuk semua perusahaan di KIM ini?” kata Satria Ginting, Direktur Umum PT Kawasan Industri Medan (KIM) Star ketika dihubungi wartawan koran ini.

Untuk kerugian selama pemadaman ini, diperkirakan mencapai Rp100 juta per hari. Perkiraan  ini melingkupi biaya perbaikan mesin penggerak industri dan biaya pembelian solar. “Jadi pemadaman bergilir ini akan berdampak kepada kerugian kami,” tuturnya.

Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Mineral Kamar Dagang dan Industri Provinsi Sumatera Utara (Kadin Sumut) Tohar Soehartono mengatakan pihaknya minta penjelasan dari PLN mengenai penyebab terjadinya black out atau pemadaman yang terjdi cukup lama.

“Biasanya kalau kerusakan gardu induk GT 1.1 Belawan dan Trip IBT 1,2 Inalum untuk PLTU atau PLTGU paling lama black out sampai 5 jam, tapi mengapa sampai hari ini masih terjadi pemadaman,” jelasnya.

Pihaknya juga mempertanyakan penyebab kerusakan sistem di gardu induk yang disampaikan PLN belum bisa diperbaiki, padahal pasokan BBM untuk PLN cukup dan material ada. Dia berharap tidak ada masalah dengan sumber daya manusia di perusahaan plat merah itu.

“Kami meminta agar PLN bisa menjelaskan sebenarnya apa sebenarnya yang menjadi masalah, mengingat sudah 2 hari masih terjadi pemadaman listrik bergulir, sehingga mereka tidak bisa menjual listriknya,” jelasnya.

Pemadaman listrik yang dilakukan PLN juga dikeluhkan oleh pelaku bisnis di sepanjang Jalan Brigjen Katamso, Medan. Sejak 2 hari terakhir, sejumlah toko, kantor, restoran menggunakan pembangkit listrik (genset) sendiri, sedangkan yang tidak memiliki genset harus menutup usaha.
Sejumlah lampu lalu lintas di jalan utama di Medan juga tidak bekerja, sehingga menyebabkan kemacetan panjang, seperti di Jalan H Juanda, Jalan Brigjen Katamso, dan Jalan Sisingamangaraja.

Kondisi ini menyebabkan biaya operasional sejumlah pelaku usaha semakin tinggi. Pemadaman di kawasan pemukiman juga menyebabkan ketidaknyamanan warga, sedangkan lampu lalu lintas yang tidak berfunsgi dalam menyebabkan kecelakaan di jalan raya.

“Kami harus pasang genset, jadi biaya operasional usaha semakin tinggi. Selain itu genset tidak bisa seterang listrik biasa. Belum lagi ketidaknyamanan pelanggan karena bunyi yang dikeluarkan,” ujar salah seorang pemilik restoran di Jalan Brigjend Katamso.

General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Sumut Krisna Simba Putra mengatakan, meningkatnya beban listrik hingga 100 Megawatt (MW) akibat cuaca panas yang terjadi sebulan terakhir. “Korelasi dari akibat cuaca panas, yakni masyarakat mulai meningkat menggunakan AC sehingga paling besar mempengaruhi daya hingga menjadi beban puncak berlebih,” tegas Krisna.

Ke depannya, untuk tambahan pasokan, pihaknya akan mendapatkan pasokan daya dari PLTU   Nagan Raya Aceh pada April sebesar 110 MW dan unit mesin kedua PLTU Nagan Raya Aceh kembali memasok sebanyak 110 MW masuk Juli 2013. Dengan begitu, pasokan listrik akan aman dengan 220 MW cadangan. “Bila sudah aman, kita akan merencanakan penggantian PTLG unit 1.1, 1.2, 2.1 dan GT 2.2 di tahun ini,” kata Krisna.

Sementara Manager Produksi Sektor Belawan M Ali mengatakan, semua unit pembangkit di Belawan saat ini sudah berusia lebih dari 25 tahun dan untuk unit GT 2.2 sudah waktunya direhabilitasi. Namun karena masih menunggu pembangkit dari Nagan Raya Aceh, baru bisa dilakukan rehabilitasi pada April ini.

Dikatakannya, dalam perbaikan mesin GT 2.2 yang rusak saat ini, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan pabrikannya di Jerman dan minta dibantu teman-teman dari Jawa untuk menormalkannya kembali mesin GT 2.2.

“Kita lagi berusaha mencari spare part untuk mesin GT 2.2. Tapi yang pasti, kita tidak lagi menunggu spare part dari Jerman, sudah ada kok alatnya kita dapat, rangkaian spare partnya ada punya teman kita, hampir mirip dengan yang kita butuhkan, mudah-mudahan bisa terpasang,” ujar Ali.
Ali menambahkan, untuk mesin GT 1.1, 1.2, 2.1, 2.2 sebenarnya sudah tidak baik lagi dipaksa beroperasi. Sebab, pembangkit yang dimiliki PT PLN Sumbagut sekitar 70 persen menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) solar dan memerlukan biaya produksi tinggi. Harusnya mesin tersebut menggunakan gas. Untuk itu dalam waktu dekat atau tahun ini, kesemua pembangkit itu akan diganti dengan yang baru melalui pelelangan ataupun pengadaan barang.

Manager Unit Pengatur Beban (UPB) Sumbagut H Barus menambahkan akibat kerusakan mesin pembankit ini, PLN melakukan pemadaman bergilir selama 2 jam tiap harinya.

“Pemadaman bergilir  selama dua jam terpaksa kita lakukan karena mesin pembangkit yang black out sedang kita perbaiki,” ujarnya.
Dikatakannya, mesin yang belum bisa dioperasikan adalah mesin GT 1.1 dan GT 2.2. Kedua mesin ini tengah diperbaiki. Untuk mesin GT 2.2 sendiri menghasilkan daya hingga 180 MW, namun saat ini kondisinya rusak. “Dampak rusaknya mesin kita defisit 200 MW. Nah, beban puncak hingga 1.630 MW. Sedangkan daya mampu semua pembangkit 1.400 MW. Kita harus melakukan pemadaman selama 2 jam secara bergilir di keseluruhan wilayah Sumbagut karena saat ini defisit 200 MW,” ujarnya.

Untuk unit GT 2.2 itu, lanjutnya, masih proses perbaikan dan diharapkan dua hari ke depan dapat pulih sembari menunggu pasokan dari PLTU Labuhan Angin Sibolga sebesar 90 MW.

“Besok (hari ini,Red)  akan mulai pasokan dari PLTU Labuhan Angin Sibolga. Kalau ada ini kita bisa meminimalisir pemadaman yang terjadi,” katanya.
Dijelaskannya, gangguan pada unit 1.1 awalnya memang langung merusak sistem lainnya yakni unit GT 1.2, 2.1, 2.2, 1.0 dan unit GT 2.0. (mag-9/ila)

Mati lampu lagi, mati lampu lagi. Ungkapan inilah yang dilontarkan beberapa masyarakat menanggapi pemadaman bergilir yang dilakukan PT PLN Wilayah Sumut, beberapa hari belakangan ini. Seperti diketahui, Senin (18/3) lalu mesin gas turbin (GT) di Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Pulau Naga Putri Sicanang Kecamatan Medan Belawan, mengalami kerusakan. Dampaknya mau tak mau masyarakat harus merasakan pemadaman.

GELAP: Situasi  Fly Over Amplas terlihat gelap saat pemadaman listrik  dilakukan PT PLN Wilayah Sumatera Utara.
GELAP: Situasi di Fly Over Amplas terlihat gelap saat pemadaman listrik yang dilakukan PT PLN Wilayah Sumatera Utara.

Amri, salah seorang warga MT Haryono Medan mengaku beberapa hari ini di rumahnya terjadi pemadaman listrik. Pemadaman ini berkisar satu sampai dua jam.

“Memang setelah dua jam hidup kembali. Tapi inikan sudah merepotkan kita sebagai konsumen, sebab listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok,” katanya saat ditemui wartawan koran ini, kemarin (22/3).

Warga yang berprofesi sebagai pegawai salah satu perusahaan swasta di Kota Medan ini menjelaskan, persoalan pemadaman listrik ini bukan kali pertama mereka rasakan. Soalnya beberapa waktu PLN juga sering memadamkan listrik sehingga sempat keluar istilah PLN (pembangkit lilin negara) bukan pembangkit listrik negara. “Ini kan hanya guyonan saja. Tapi saya berharap pemadaman ini tidak berlangsung lama,” ujarnya.
Selain itu pelaku usaha kecil dan menengah juga mengaku terganggu dengan pemadaman listrik tersebut.

Soalnya selama terjadi pemadaman mereka terpaksa menggunakan genset sebagai pengganti listrik. Amira, Manejer Salon Ester Jalan Karya Bakti ketika diwawancarai Kamis (21/3) mengatakan mereka mengalami kerugian dengan adanya padaman ini. Karena semua peralatan salon digerakkan oleh energi listrik.

“Usaha salon ini kan sebagian besarnya menggunakan listrik seperti hair drier, alat blow rambut, dan lainnya,” katanya.

Akibat pemadaman yang terjadi secara bergilir membuatnya kecewa, apalagi mendengar  kabar akan terjadi pemadaman bergilir setiap harinya.
Bicara soal kerugian, dia mentaksir mengalami kerugian hampir 50 persen dari biasanya. “Kalau normalnya karena tidak mengeluarkan biaya untuk membeli solar genset, kami bisa meraup keuntungan Rp300 ribu setiap harinya. Tetapi khusus untuk hari Senin kami mengalami kerugian hingga 50 persen dari keuntungan,” ujarnya.

Sama halnya dengan Faisal, pemilik usaha bordir jilbab di Pasar Sukaramai Medan. Dia mengatakan kerugian yang dialaminya karena pemadaman mencapai Rp600 ribu untuk membeli solar genset sehingga secara otomatis mengurangi keuntungan.

“Saya harap pemadaman ini tidak sering-sering, sebab saya bisa gulung tikar kalau terus begitu. Seharusnya tidak mengeluarkan uang beli solar, eh malah dikeluarkan,” ujarnya.

Tak hanya perusahaan kecil dan menengah saja mengalami kerugian, perusahaan-perusahaan skala besar juga mengalami kerugian yang cukup besar. Karena semua perusahaan di KIM Star Jalan Medan Tanjung Morawa  menggunakan listrik sebagai pembangkit utama.

“Bayangkan saja biaya yang digunakan membeli solar untuk semua perusahaan di KIM ini?” kata Satria Ginting, Direktur Umum PT Kawasan Industri Medan (KIM) Star ketika dihubungi wartawan koran ini.

Untuk kerugian selama pemadaman ini, diperkirakan mencapai Rp100 juta per hari. Perkiraan  ini melingkupi biaya perbaikan mesin penggerak industri dan biaya pembelian solar. “Jadi pemadaman bergilir ini akan berdampak kepada kerugian kami,” tuturnya.

Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Mineral Kamar Dagang dan Industri Provinsi Sumatera Utara (Kadin Sumut) Tohar Soehartono mengatakan pihaknya minta penjelasan dari PLN mengenai penyebab terjadinya black out atau pemadaman yang terjdi cukup lama.

“Biasanya kalau kerusakan gardu induk GT 1.1 Belawan dan Trip IBT 1,2 Inalum untuk PLTU atau PLTGU paling lama black out sampai 5 jam, tapi mengapa sampai hari ini masih terjadi pemadaman,” jelasnya.

Pihaknya juga mempertanyakan penyebab kerusakan sistem di gardu induk yang disampaikan PLN belum bisa diperbaiki, padahal pasokan BBM untuk PLN cukup dan material ada. Dia berharap tidak ada masalah dengan sumber daya manusia di perusahaan plat merah itu.

“Kami meminta agar PLN bisa menjelaskan sebenarnya apa sebenarnya yang menjadi masalah, mengingat sudah 2 hari masih terjadi pemadaman listrik bergulir, sehingga mereka tidak bisa menjual listriknya,” jelasnya.

Pemadaman listrik yang dilakukan PLN juga dikeluhkan oleh pelaku bisnis di sepanjang Jalan Brigjen Katamso, Medan. Sejak 2 hari terakhir, sejumlah toko, kantor, restoran menggunakan pembangkit listrik (genset) sendiri, sedangkan yang tidak memiliki genset harus menutup usaha.
Sejumlah lampu lalu lintas di jalan utama di Medan juga tidak bekerja, sehingga menyebabkan kemacetan panjang, seperti di Jalan H Juanda, Jalan Brigjen Katamso, dan Jalan Sisingamangaraja.

Kondisi ini menyebabkan biaya operasional sejumlah pelaku usaha semakin tinggi. Pemadaman di kawasan pemukiman juga menyebabkan ketidaknyamanan warga, sedangkan lampu lalu lintas yang tidak berfunsgi dalam menyebabkan kecelakaan di jalan raya.

“Kami harus pasang genset, jadi biaya operasional usaha semakin tinggi. Selain itu genset tidak bisa seterang listrik biasa. Belum lagi ketidaknyamanan pelanggan karena bunyi yang dikeluarkan,” ujar salah seorang pemilik restoran di Jalan Brigjend Katamso.

General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Sumut Krisna Simba Putra mengatakan, meningkatnya beban listrik hingga 100 Megawatt (MW) akibat cuaca panas yang terjadi sebulan terakhir. “Korelasi dari akibat cuaca panas, yakni masyarakat mulai meningkat menggunakan AC sehingga paling besar mempengaruhi daya hingga menjadi beban puncak berlebih,” tegas Krisna.

Ke depannya, untuk tambahan pasokan, pihaknya akan mendapatkan pasokan daya dari PLTU   Nagan Raya Aceh pada April sebesar 110 MW dan unit mesin kedua PLTU Nagan Raya Aceh kembali memasok sebanyak 110 MW masuk Juli 2013. Dengan begitu, pasokan listrik akan aman dengan 220 MW cadangan. “Bila sudah aman, kita akan merencanakan penggantian PTLG unit 1.1, 1.2, 2.1 dan GT 2.2 di tahun ini,” kata Krisna.

Sementara Manager Produksi Sektor Belawan M Ali mengatakan, semua unit pembangkit di Belawan saat ini sudah berusia lebih dari 25 tahun dan untuk unit GT 2.2 sudah waktunya direhabilitasi. Namun karena masih menunggu pembangkit dari Nagan Raya Aceh, baru bisa dilakukan rehabilitasi pada April ini.

Dikatakannya, dalam perbaikan mesin GT 2.2 yang rusak saat ini, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan pabrikannya di Jerman dan minta dibantu teman-teman dari Jawa untuk menormalkannya kembali mesin GT 2.2.

“Kita lagi berusaha mencari spare part untuk mesin GT 2.2. Tapi yang pasti, kita tidak lagi menunggu spare part dari Jerman, sudah ada kok alatnya kita dapat, rangkaian spare partnya ada punya teman kita, hampir mirip dengan yang kita butuhkan, mudah-mudahan bisa terpasang,” ujar Ali.
Ali menambahkan, untuk mesin GT 1.1, 1.2, 2.1, 2.2 sebenarnya sudah tidak baik lagi dipaksa beroperasi. Sebab, pembangkit yang dimiliki PT PLN Sumbagut sekitar 70 persen menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) solar dan memerlukan biaya produksi tinggi. Harusnya mesin tersebut menggunakan gas. Untuk itu dalam waktu dekat atau tahun ini, kesemua pembangkit itu akan diganti dengan yang baru melalui pelelangan ataupun pengadaan barang.

Manager Unit Pengatur Beban (UPB) Sumbagut H Barus menambahkan akibat kerusakan mesin pembankit ini, PLN melakukan pemadaman bergilir selama 2 jam tiap harinya.

“Pemadaman bergilir  selama dua jam terpaksa kita lakukan karena mesin pembangkit yang black out sedang kita perbaiki,” ujarnya.
Dikatakannya, mesin yang belum bisa dioperasikan adalah mesin GT 1.1 dan GT 2.2. Kedua mesin ini tengah diperbaiki. Untuk mesin GT 2.2 sendiri menghasilkan daya hingga 180 MW, namun saat ini kondisinya rusak. “Dampak rusaknya mesin kita defisit 200 MW. Nah, beban puncak hingga 1.630 MW. Sedangkan daya mampu semua pembangkit 1.400 MW. Kita harus melakukan pemadaman selama 2 jam secara bergilir di keseluruhan wilayah Sumbagut karena saat ini defisit 200 MW,” ujarnya.

Untuk unit GT 2.2 itu, lanjutnya, masih proses perbaikan dan diharapkan dua hari ke depan dapat pulih sembari menunggu pasokan dari PLTU Labuhan Angin Sibolga sebesar 90 MW.

“Besok (hari ini,Red)  akan mulai pasokan dari PLTU Labuhan Angin Sibolga. Kalau ada ini kita bisa meminimalisir pemadaman yang terjadi,” katanya.
Dijelaskannya, gangguan pada unit 1.1 awalnya memang langung merusak sistem lainnya yakni unit GT 1.2, 2.1, 2.2, 1.0 dan unit GT 2.0. (mag-9/ila)

Artikel Terkait

Rekening Gendut Akil dari Sumut?

Pedagang Emas Kian Ketar-ketir

Selalu Menghargai Sesama

Dahlan Iskan & Langkanya Daging Sapi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/