PSMS belum juga bisa keluar dari kondisi darurat. Padahal laga putaran kedua Divisi utama PT Liga Indonesia sudah harus dijalani awal M ei. Tapi kini persiapan tidak bisa digelar dalam kondisi serba terbatas. Tak bisa memastikan kapan dapur kembali mengepul, kini pemain yang menetap di mess Kebun Bunga terlantar nasibnya.
DONI HERMAWAN, Medan
SEJAK berakhirnya putaran pertama, suasana mess Kebun Bunga memang seramai sebelumnya.
Jika sebelumnya setiap kamar terisi dengan pemain dan pelatih kini hanya sebagian saja yang memilih berada di mess.
Kini suasana semakin sepi lantaran latihan yang sempat digelar dua pekan dengan intensitas yang rendah ditiadakan.
Yang tersisa di mess tinggal pemain perantau. Yang letak rumahnya jauh dari kota Medan.
Seperti M Irfan asal Rantau Prapat, Aidun Sastra asal Serdangbedagai, Susanto asal Rambung Sialang, serta beberapa pemain Medan seperti Nico Susanto dan Affandi Lubis yang sesekali menginap di mess. Sementara pemain lain yang domisilinya di Medan memilih pulang ke rumah.
“Kami hanya beberapa orang yang tinggal di mess. Irfan, Aidun, Nico dan Affandi Lubis kadangkadang.
Karena kan kemarin sempat latihan lagi,” ujar Susanto.
Ya, untuk apa juga tinggal di mess jika fasilitasnya tidak memadai.
Dapur yang di putaran pertama mengepul dengan susah payah kini sudahberhenti. Lantas pemainpun kebingungan untuk mengisi lambungnya.
Mending jika uang di dompet diisi hak yang tertunggak lebih dari dua bulan. Tapi kenyataannya tak demikian.
Irfan dkk tak punya pilihan selain tinggal di mess. Sembari menunggu dengan cemas kapan hak mereka dibayar. Ataupun nantinya latihan yang sewaktu-waktu digelar kembali.“ Sayamemilih untuk tinggal di mes karena nggak punya apa-apa apalagi ongkos untuk pulang,” kata pria yang akrab disapa Ipung itu.
Irfan sempat pulang ke kampungnya pasca laga terakhir putaran pertama kontra Persisko Tanjabbar Jambi. Namun karena latihan sempat diaktifkan kembali, Irfan akhirnya kembali ke mess. Karena itu selama ini makan mereka dibiayai kocek pribadi. Entah itu dari pelatih atau segelintir manajemen yang peduli. Namun jika malam, mereka pun harus“ makanterbang” alias makan di warung atau kalau diajak teman.
“Kalau kemarin sih pernah nggak makan kalau sekarang makan terbang aja, siapa yang ngajak,” kata alumni tim sepak bola Sumut di PON Riau 2012 lalu.
Senada, rekan setimnya, Aidun Sastra Utami juga dilanda kebingungan yang sama. “Maunya sih pulang. Tapi bagaimana jika uang nggak ada. Saya sekarang masih menunggu kejelasan dari manajemen, jadi kalau sudah ada kepastian mungkin latihan kembali,” ujar alumni PON Sumut itu. (*)