Pernah merasakan suasana hutan Amazon? Belum? Kalau terlalu jauh ke Amazon, datanglah ke Taman Eden 100. Di sana, ada suasana yang serasa seperti rimba di Benua Amerika. Belum lama ini, Sumut Pos berkunjung ke taman ‘surga’ ini.
Taman Eden 100 terletak di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara (Sumut). Dari Medan ke Taman Eden 100 jarak 192 kilometer.
Untuk ke Taman Eden 100, wisatawan dari Medan tak perlu kesulitan mencari sarana transportasi. Banyak kendaraan umum yang melewati daerah tersebut. Sumut Pos akhir pekan lalu memilih naik bus Bintang Tapanuli plat BB 1180 BC bermuatan 16 orang, dengan tarif ongkos Rp40 ribu per orang. Tarif itu sampai ke tempat tujuan.
Bus berangkat pukul 5 sore. Sepanjang perjalanan menuju ke Taman Eden 100, bus Bintang Tapanuli melaju kencang tanpa berhenti sampai di Pasar Bengkel, Serdang Bedagai. Di sana, mobil L 300 itu berhenti sejenak untuk beristirahat. Penumpang diberi kesempatan membeli bekal atau oleh-oleh yang banyak dipajang di Pasar Bengkel.
Hanya istirahat 20 menit, mobil kembali bergerak. Saat perjalanan, hegemoni gedung-gedung Kota Medan berganti dengan hamparan sawah-sawah yang tampak menguning di daerah Serdang Bedagai. Pukul 20.15 WIB mobil ini sampai di Rumah Makan Pintu Batu, Pematangsiantar. Bagi wisatawan yang ingin makan malam, tempat ini sangat cocok untuk makan. Karena, setelah ini mobil tak berhenti lagi.
Waktu makan malam dibatasi hanya 30 menit. Setelah itu, bus kembali bergerak. Di kawasan Pematangsiantar, hujan turun deras, membuat suasana suhu dingin meningkat. Kaca-kaca mobil pun ditutup rapat-rapat.
Sekitar pukul 21.00 WIB, penumpang mulai melihat hamparan kelap-kelip lampu yang menyelimuti pinggiran Danau Toba. Indah. Bus terus bergerak… dan tak terasa, sampailah di daerah Lumban Julu, artinya sudah dekat ke taman Eden 100.
Sekitar pukul 23.00 WIB, penulis sampai ke Taman Eden 100. Karena sudah larut malam, suasana gelap di areal tugu putih berukuran tinggi 4 meter bertuliskan Taman Eden 100, terkesan menyeramkan. Senter dan headlamp pun mulai dinyalakan.
Melewati tugu, Sumut Pos bersama beberapa rekan berjalan menanjak di atas aspal hitam. Tak butuh lama, rumah bercat hijau terlihat dari jalanan. Rumah itu milik keluarga Leas Sirait, pemilik sekaligus pengelola Taman Eden 100.
Untuk menikmati pemandangan di taman itu, pengunjung harus mendaftar dahulu. Karena sudah tiba larut malam, penulis terpaksa menggedor pintu rumah. Berselang beberapa menit, muncullah Maikhel dari rumah. Menurutnya, pengunjung yang menginap dikenakan biaya Rp17 ribu per malam, dan yang tidak menginap dikenakan tarif Rp3 ribu-5 ribu per hari. Tapi jika pandai menawar, harga bisa berkurang.
Setelah mendaftar, Maikhel menyarankan penulis agar berkemah di bukit yang tak jauh dari rumahnya. Selain bisa dipantau, kata dia, persediaan air banyak di areal itu. Ya, memang di tempat ini tak menyediakan tempat penginapan atau resort. Jadi, wisatawan yang ingin menginap dianjurkan membawa peralatan perkemahan, bekal makanan, dan alat masak sebanyak yang dibutuhkan.
Karena dingin mulai menusuk ke tulang, Sumut Pos dan beberapa rekan langsung mendirikan tenda. Air minum direbus untuk menghangatkan tubuh, sembari ngemil makanan ringan.
Bagi yang suka petualangan survival, Taman Eden 100 ini juga menyediakan lokasi, seperti gua kelelawar, Taman Tarzan, lokasi hewan buas seperti harimau, beruang, babi hutan dan lainnya.mirip susasana Hutan Amazon.
Bukan itu saja, kenikmatan yang di dapat pun bertambah dengan deretan pohon buah-buahan yang ada di tempat ini, yang bebas dimakan dan yang ingin merasakan air terjun dua tinggkat atau tujuh tingkat yang airnya seperti es batu nan segar ini terhampar di tempat ini.
Yang ingin mendaki (hiking) hamparan Gunung Pangulubao yang ketinggian mencapai sekitar 2.150,7 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini siap menghantarkan Anda melihat pemandangan Danau Toba dan suasana kota Porsea dan lainnya sebagian wilayah Tobasa lainnya dari puncak.(bersambung)