MUSCAT – Aksi demonstrasi anti pemerintah di Oman berlanjut, memasuki hari ketiga enam orang dilaporkan tewas dalam bentrokan yang terjadi di Kota Sohar, 200 kilometer barat laut Ibu Kota Muscat.
Aparat keamanan memblokade jalanan utama menuju Sohar untuk mencegah berkumpulnya massa. Menurut kantor berita Reuters, demonstran juga beraksi di Kota Salalah. Aksi demonstrasi dalam skala kecil terjadi, pekan lalu di Ibu Kota Muscat dengan melibatkan sekitar 300 massa. Mereka menuntut demokrasi dan lapangan pekerjaan.
Omar al-Abri, seorang sumber dari kantor berita Oman menyatakan, satu orang tewas dalam bentrokan yang terjadi, Minggu (27/2) saat polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa.
“Kami telah menerima total enam korban tewas kemarin dari aksi protes di Sohar,” ujar seorang dokter di rumah sakit pemerintah di Sohar seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (28/2).
Sejumlah saksi menyatakan sebuah supermarket menjadi sasaran pembakaran demonstran, yang sebagian besar adalah remaja. Mereka berkumpul di bundaran persimpangan utama kota, menuntut pergantian sejumlah menteri, penanganan serius terhadap pengangguran, dan kenaikan standar gaji.
Para demonstran memprotes korupsi yang merajalela dan buruknya kondisi perekonomian di kesultanan itu.
Kantor berita Oman melaporkan, massa yang beringas merusak fasilitas umum dan properti milik swasta.
“Polisi anti huru-hara menindak massa yang beringas untuk menjaga keamanan masyarakat dan hak milik mereka,” tulis kantor berita yang dikontrol pemerintah itu.
Seorang sumber resmi yang enggan disebutkan identitasnya, kepada AFP menyatakan, dua orang tewas setelah ditembak peluru karet, saat massa mencoba merusak sebuah kantor polisi.
Oman, diperintah sebuah dinasti keluarga. Demonstrasi yang terjadi, mempunyai bentuk sama dengan beberapa gerakan sosial di dunia Arab lainnya. Diprediksi, aksi serupa akan terus meluas, setelah ada rencana aksi di Kuwait dan Arab Saudi, pekan depan.
Oman berbagi kontrol atas Selat Hormuz di bibir Teluk. Perairan tersebut merupakan jalur lalu-lintas untuk sekitar 40 persen kapal tanker minyak dunia. Oman memegang peran penting sebagai mediator antara Iran dan dunia barat, karena kedekatan hubungannya dengan Teheran serta Washington.
Demonstrasi jarang terjadi di negara Teluk tersebut. Namun penguasa Oman, Sultan Qaboos bin Said, bergerak cepat dalam merespons tuntutan demonstran. Dia berjanji untuk menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan kebebasan berekspresi.
Demonstran anti pemerintah di Bahrain berupaya menguasai fasilitas strategis. Ratusan massa memblokade akses menuju gedung parlemen. Mereka juga memaksa anggotanya membatalkan pertemuan dengan perwakilan yang ditunjuk oleh pemerintah.
Aksi tersebut menunjukkan bahwa massa ingin menghelat demonstrasi di lokasi sensitif, di ibu kota Manama. Tujuannya untuk memperkuat tekanan terhadap monarki setelah mereka menggelar aksi selama dua pekan terakhir.
Parlemen menjadi target pendudukan untuk membatalkan pertemuan yang melibatkan 40 anggota majelis tinggi, yang ditunjuk oleh pemerintah Bahrain.
Pertemuan tersebut akan mem bahas situasi terakhir keamanan dan mencari solusi damai atas konflik yang terjadi dengan pihak oposisi. Pertemuan tersebut akhirnya dibatalkan setelah demonstran membentuk pagar hidup untuk memblokade pintu masuk ke dalam parlemen.
Presiden AS Barack Obama menyampaikan dukungannya terhadap dialog nasional yang dihelat pemerintah Bahrain. Dia berharap, dialog tersebut bersifat terbuka, non sektarian, dan responsif.
Pernyataan Obama tersebut muncul selang sehari setelah Raja Hamad bin Issa al-Khalifa merombak kabinetnya dan mempersilakan seorang pemimpin oposisi yang tinggal di pengasingan untuk kembali.
“Amerika Serikat mendukung inisiatif dialog nasional yang digagas oleh Pangeran Salman bin Hamad al-Khalifa dan mendorong agar proses tersebut bisa menghasilkan keputusan penting,” ujar Obama seperti dilansir AFP. (cak/dos/jpnn)