26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Negeri Perlis Damai di Ujung Malaysia

Jangan harap bisa menemukan gemerlap dunia malam. Jangan berharap bisa mandi di lokasi wisata di pantai. Apalagi berharap menginap di hotel berbintang. Karena di sini di ujung utara Malaysia ini, negeri yang damai tapi ikut perkembangan masa.

Rumah Raja: Istana Arau saat malam hari, tempat tinggal raja muda Perlis//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos
Rumah Raja: Istana Arau saat malam hari, tempat tinggal raja muda Perlis//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos

Kerajaan Perlis di kawasan paling ujung Malaysia ini berbatasan langsung dengan wilayah Selatan Thailand. Selain melalui Thailand, untuk mencapai wilayah ini, Anda bisa melewati Penang (Pulau Pinang). Setelah itu, menempuh perjalanan darat selama 2 jam untuk berada di negeri yang dipimpin Raja Syed Sirajuddin.

Dalam perjalanan Anda dipastikan tidak akan merasa bosan. Selain bebas macet, Anda dapat melihat berbagai bangunan yang tumbuh di Penang, Anda juga akan melewati jembatan yang menghubungkan pulau pinang dengan daratan. Ya, jembatan sepanjang lebih dari 10 km ini menjadi saksi, betapa berkembangnya Malaysia saat ini.

Setelah melewati kawasan industri, akan tersaji panorama alam saat menuju negeri Perlis. Nah, untuk mengetahui apakah sudah berada di negeri ini, perhatikan saja sekeliling. Bila terlihat kebun tebu yang sangat luas, jalan mulus dan lengang, dipastikan bahwa itu sudah mencapai negeri yang masih dalam tahap pembangunan ini.

Ya, kebun tebu di kawasan ini paling luas di Malaysia. Bahkan, negeri inilah pensuplai gula di seluruh negeri Malaysia. Kalau untuk saat ini, kebun tebu sudah mulai berkurang bila dibandingkan dengan era 1990an. Itu terjadi setelah raja sebagai pemilik tanah mengeluarkan kebijakan mengubah sebagian kebun tebu dengan karet karena harga jual getahnya lebih mahal.

Nah, tebu di negeri ini berbeda bila dibandingkan dengan tebu di Medan, yang umumnya tinggi dan daunnya panjang. Kalau di negeri ini, tebunya pendek, dan daunnya tidak terlalu panjang.

Selain kebun tebu, sebelum mencapai Kangar (daerah perkotaan dan ibukota dari Perlis) Anda juga akan melihat kawasan persawahan yang masih luas. Yang pada umumnya masih dikelola masyarakat tempatan di lahan yang kebanyakan masih milik raja.

Padang Besar

Bagi pecinta shooping atau wisata belanja, jangan berharap menemukan mall yang menjual produk-produk internasional di Perlis. Selayaknya kawasan yang berkembang, daerah perdagangan di kawasan ini masih berbentuk ruko berderetan dengan tinggi bangunan rata-rata 3-4 meter.

Walaupun begitu, bukan berarti tidak dapat barang membeli barang branded. Silahkan kunjungin pasar Padang Besar. Produk di pasar yang cukup luas ini, merupakan produk Thailand, seperti yang sering ditemukan di berbagai butik di kota Medan.

Bagi pecinta olahraga, di pasar pedagang yang umumnya orang Siam banyak menjual jersey klub bola intenasional. Seperti Manchester United, Liverpool, Barcelona, Real Madrid, Arsenal, dan lainnya. Rata-rata kualitas kw dijual mulai dari RM16 hingga RM35, atau sekitar Rp50 ribuan hingga Rp113 ribu. Kualitas barang tidak perlu ditakutkan, karena rata-rata kualitasnya super.

Bagi pecinta fashion jangan berkecil hati. Di sini juga banyak menjual pakaian yang trendy sesuai selera dengan harga yang murah. Misalkan baju gamis dengan motif dari arab, hanya sekitar Rp150 ribuan. Lebih murah dibandingkan harga di Indonesia yang mencapai Rp250 ribuan. Selain itu, pakaian trendy bagi wanita juga cukup murah di kawasan pasar ini.

Bagi yang menyukai barang bermerk dengan harga tanpa pajak, silahkan anda berkunjung ke The Zone. Di toko ini juga menyediakan minuman beralkohol bebas pajak. Selain itu, juga jam tangan atau arloji dengan predikat original (asli) tersedia dengan merk Tag Heuer, Casio, Espritt, dan lainnya. Tentu saja, harganya termasuk murah.

The Zone ini terletak di kawasan netral. Atau di tengah imigrasi Thailand dan Malaysia. Jadi, jangan heran bila perbatasan ini sering terlihat lalu lintas manusia, bahkan yang menggunkan sepeda motor. Untuk membedakan antara kawasan Malaysia dan Thailand hanya dipisah dengan tembok tinggi yang diatasnya kawat.

Museum Kota Kayang

Awalnya, Perlis sangat identik dengan kebudayaan Budha. Karena itu, pada awal berdirinya sekitar 1890an, Negeri Perlis namanya Negeri Perlis Indra Kayangan. Tetapi, karena ingin mengidetikkan ke Melayu dan menghilangkan nuansa Budha, beberapa tahun terakhir namanya berubah menjadi negeri Perlis.

Sebelum mendapatkan kemerdekannya, negeri yang kaya dengan biji timah ini banyak didatangin masyarakat dari belahan dunia Timur lain. Mulai dari China, Arab, hingga Siam. Tetapi, yang paling banyak menikmati kekayaan alam di negeri ini adalah Siam.

Kabarnya, kerajaan Siam ini selalu mengontrol apapun yang masuk dan keluar dari negeri ini. Sejarah lain dari negeri dapat ditemukan di museum kota Kayang. Seperti alat-alat penunjang kehidupan tradisional hingga perjalanan pendidikan di negeri ini.  Dari petunjuknya diketahui, Makam almarhum Kayang Pertama, Sultan Dhiauddin Al-Mukarram Syah (1661-1687). Sultan ke-15 yg membangunkan Kota Indera Kayangan sebagai pusat pemerintah Negeri Kedah.(Juli Ramadhani Rambe)

Jangan harap bisa menemukan gemerlap dunia malam. Jangan berharap bisa mandi di lokasi wisata di pantai. Apalagi berharap menginap di hotel berbintang. Karena di sini di ujung utara Malaysia ini, negeri yang damai tapi ikut perkembangan masa.

Rumah Raja: Istana Arau saat malam hari, tempat tinggal raja muda Perlis//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos
Rumah Raja: Istana Arau saat malam hari, tempat tinggal raja muda Perlis//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos

Kerajaan Perlis di kawasan paling ujung Malaysia ini berbatasan langsung dengan wilayah Selatan Thailand. Selain melalui Thailand, untuk mencapai wilayah ini, Anda bisa melewati Penang (Pulau Pinang). Setelah itu, menempuh perjalanan darat selama 2 jam untuk berada di negeri yang dipimpin Raja Syed Sirajuddin.

Dalam perjalanan Anda dipastikan tidak akan merasa bosan. Selain bebas macet, Anda dapat melihat berbagai bangunan yang tumbuh di Penang, Anda juga akan melewati jembatan yang menghubungkan pulau pinang dengan daratan. Ya, jembatan sepanjang lebih dari 10 km ini menjadi saksi, betapa berkembangnya Malaysia saat ini.

Setelah melewati kawasan industri, akan tersaji panorama alam saat menuju negeri Perlis. Nah, untuk mengetahui apakah sudah berada di negeri ini, perhatikan saja sekeliling. Bila terlihat kebun tebu yang sangat luas, jalan mulus dan lengang, dipastikan bahwa itu sudah mencapai negeri yang masih dalam tahap pembangunan ini.

Ya, kebun tebu di kawasan ini paling luas di Malaysia. Bahkan, negeri inilah pensuplai gula di seluruh negeri Malaysia. Kalau untuk saat ini, kebun tebu sudah mulai berkurang bila dibandingkan dengan era 1990an. Itu terjadi setelah raja sebagai pemilik tanah mengeluarkan kebijakan mengubah sebagian kebun tebu dengan karet karena harga jual getahnya lebih mahal.

Nah, tebu di negeri ini berbeda bila dibandingkan dengan tebu di Medan, yang umumnya tinggi dan daunnya panjang. Kalau di negeri ini, tebunya pendek, dan daunnya tidak terlalu panjang.

Selain kebun tebu, sebelum mencapai Kangar (daerah perkotaan dan ibukota dari Perlis) Anda juga akan melihat kawasan persawahan yang masih luas. Yang pada umumnya masih dikelola masyarakat tempatan di lahan yang kebanyakan masih milik raja.

Padang Besar

Bagi pecinta shooping atau wisata belanja, jangan berharap menemukan mall yang menjual produk-produk internasional di Perlis. Selayaknya kawasan yang berkembang, daerah perdagangan di kawasan ini masih berbentuk ruko berderetan dengan tinggi bangunan rata-rata 3-4 meter.

Walaupun begitu, bukan berarti tidak dapat barang membeli barang branded. Silahkan kunjungin pasar Padang Besar. Produk di pasar yang cukup luas ini, merupakan produk Thailand, seperti yang sering ditemukan di berbagai butik di kota Medan.

Bagi pecinta olahraga, di pasar pedagang yang umumnya orang Siam banyak menjual jersey klub bola intenasional. Seperti Manchester United, Liverpool, Barcelona, Real Madrid, Arsenal, dan lainnya. Rata-rata kualitas kw dijual mulai dari RM16 hingga RM35, atau sekitar Rp50 ribuan hingga Rp113 ribu. Kualitas barang tidak perlu ditakutkan, karena rata-rata kualitasnya super.

Bagi pecinta fashion jangan berkecil hati. Di sini juga banyak menjual pakaian yang trendy sesuai selera dengan harga yang murah. Misalkan baju gamis dengan motif dari arab, hanya sekitar Rp150 ribuan. Lebih murah dibandingkan harga di Indonesia yang mencapai Rp250 ribuan. Selain itu, pakaian trendy bagi wanita juga cukup murah di kawasan pasar ini.

Bagi yang menyukai barang bermerk dengan harga tanpa pajak, silahkan anda berkunjung ke The Zone. Di toko ini juga menyediakan minuman beralkohol bebas pajak. Selain itu, juga jam tangan atau arloji dengan predikat original (asli) tersedia dengan merk Tag Heuer, Casio, Espritt, dan lainnya. Tentu saja, harganya termasuk murah.

The Zone ini terletak di kawasan netral. Atau di tengah imigrasi Thailand dan Malaysia. Jadi, jangan heran bila perbatasan ini sering terlihat lalu lintas manusia, bahkan yang menggunkan sepeda motor. Untuk membedakan antara kawasan Malaysia dan Thailand hanya dipisah dengan tembok tinggi yang diatasnya kawat.

Museum Kota Kayang

Awalnya, Perlis sangat identik dengan kebudayaan Budha. Karena itu, pada awal berdirinya sekitar 1890an, Negeri Perlis namanya Negeri Perlis Indra Kayangan. Tetapi, karena ingin mengidetikkan ke Melayu dan menghilangkan nuansa Budha, beberapa tahun terakhir namanya berubah menjadi negeri Perlis.

Sebelum mendapatkan kemerdekannya, negeri yang kaya dengan biji timah ini banyak didatangin masyarakat dari belahan dunia Timur lain. Mulai dari China, Arab, hingga Siam. Tetapi, yang paling banyak menikmati kekayaan alam di negeri ini adalah Siam.

Kabarnya, kerajaan Siam ini selalu mengontrol apapun yang masuk dan keluar dari negeri ini. Sejarah lain dari negeri dapat ditemukan di museum kota Kayang. Seperti alat-alat penunjang kehidupan tradisional hingga perjalanan pendidikan di negeri ini.  Dari petunjuknya diketahui, Makam almarhum Kayang Pertama, Sultan Dhiauddin Al-Mukarram Syah (1661-1687). Sultan ke-15 yg membangunkan Kota Indera Kayangan sebagai pusat pemerintah Negeri Kedah.(Juli Ramadhani Rambe)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/