28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

CEO Minta PSMS PT LI Mengalah Lawan Persih Tembilahan

MEDAN-Di tengah ketidakpastian pembayaran gaji skuad PSMS versi PT Liga Indonesia (LI), fakta mengejutkan terkuak. Sempat ada upaya pengaturan skor atau menjual pertandingan sebelum kompetisi berakhir. Meskipun upaya memalukan itu ditepis pemain dan pelatih.
Hal itu terjadi pada laga kontra Persih Tembilahan (9/5) dan Persisko (16/5) lalu. Instruksi pemain mengalah dari CEO PSMS Heru Prawono  pada waktu itu adalah jika pemain mengalah, maka mereka akan menerima gaji. “Katanya kalau kalah kami bakal gajian. Kalau menang pinjaman. Tapi kami punya harga diri. Semua sepakat untuk tetap berjuang meraih kemenangan di lapangan,” ujar kapten tim, Hardiantono.
Hasilnya Hardiantono dkk menampik tawaran itu dan meraih kemenangan atas Persih 2-0. Tak cukup sampai disitu usaha untuk menjual pertandingan masih coba dilakukan di laga berikutnya kontra Persisko. Namun tim yang kembali ditangani Suharto AD lagi menampik tegas tawaran itu.
Sementara itu pelatih kepala, Suharto AD juga tak membantah adanya kabar tersebut. “Di tengah technical meeting Heru mau bicara. Lalu dia bilang itu jika kalah baru gajian. Saya langsung ambil alih dan bilang ke pemain untuk bertarung meraih kemenangan. Untuk apa kami datang kalau untuk kalah,” ujar Suharto.
Menurut Suharto, saat dirinya tidak berada di Medan untuk mendampingi tim kontra Persih, ia sudah mendengar hal itu. “Makanya saya langsung sms asisten pelatih Coly Misrun dan seluruh pemain untuk mereka tetap berjuang dan tidak usah pedulikan hal itu. Ini harga diri PSMS. Untuk apa gajian kalau dengan cara seperti itu,” jelasnya.
Sebelumnya pada pertemuan dengan Indra Sakti Harahap di KONI Medan, Sekretaris tim, Fityan Hamdi juga sempat mengungkapkan hal tersebut. Kabarnya per laga di tur Riau dan Jambi, PSMS bakal dibayar 400-450 juta oleh seorang pengusaha. “Katanya 400 juta diberikan kalau kami kalah oleh seorang cukong ,” beber Fityan ketika itu.
Iming-iming dari CEO PSMS, Heru Prawono yang baru ditunjuk di putaran kedua sempat menjanjikan kelancaran gaji di putaran kedua. Janji itu juga sempat dilontarkan manajer tim, Sarwono sehingga pemain mau kembali berlatih. Namun janji itu buyar setelah penolakan itu.
Heru tak lagi terlihat di mess Kebun Bunga pasca tur tersebut. Seiring dengan itu kelancaran gaji tinggal wacana. Manajer Sarwono yang memilih mendampingi tim turut menghilang tanpa kabar pasca laga kandang kontra PSAP.
Pasca itu kelanjutan kisah tragis pemain dan pelatih pun berlanjut. Dapur yang sempat kembali mengepul di awal putaran kedua kembali tak beraktivitas. Pemain pun kembali makan nasi bungkus dari kocek pribadi manajemen ataupun pelatih. Tim tertatih untuk menjalani laga kandang di PSAP hingga kegagalan berangkat ke Bengkulu. Meski akhirnya menuntaskan laga penutup kontra PS Bangka.
Di sela-sela kesusahan itu Suharto dan asisten pelatih dan manajemen tersisa justru mendapat sms gelap yang berisi sindiran atas kondisi PSMS saat ini. “Isinya dia bilang itulah akibat tidak mau nurut. Sudah kalian gagal ke 12 besar. Tidak usah cari lagi manajer karena sudah ke Jawa,” beber Suharto menunjukkan isi sms tersebut.
Heru yang coba dikonfirmasi terkait kemungkinan dirinya terlibat rencana pengaturan skor gagal didapatkan keterangannya karena nomor hpnya tidak aktif.  Namun, sang ayah, Saryono yang juga merupakan kakak kandung Sarwono mengatakan ketidakterlibatan adiknya di PSMS lagi karena instruksinya. Penyebabnya karena dia mengaku tidak menyukai beberapa pihak di PSMS sehingga memerintahkan adiknya untuk berhenti mengurusi tim PSMS.
Di sisi lain hingga saat ini para pemain PSMS masih berupaya menuntut haknya. 11 pemain PSMS LI masih menggelandang di Jakarta dalam upaya menemui PT Liga Indonesia, PSSI dan Menpora. Bahkan mereka harus bermalam di taman Monas. Sedangkan siang hari mereka istriahat di Mesjid. “Darimana uang kami untuk nginap di hotel. Gaji aja belum dibayar 7 bulan. Ini kami masih menunggu pertemuan dengan pak Djohar,” ujar Irwin Ramadhana, kiper PSMS LI. (don)

MEDAN-Di tengah ketidakpastian pembayaran gaji skuad PSMS versi PT Liga Indonesia (LI), fakta mengejutkan terkuak. Sempat ada upaya pengaturan skor atau menjual pertandingan sebelum kompetisi berakhir. Meskipun upaya memalukan itu ditepis pemain dan pelatih.
Hal itu terjadi pada laga kontra Persih Tembilahan (9/5) dan Persisko (16/5) lalu. Instruksi pemain mengalah dari CEO PSMS Heru Prawono  pada waktu itu adalah jika pemain mengalah, maka mereka akan menerima gaji. “Katanya kalau kalah kami bakal gajian. Kalau menang pinjaman. Tapi kami punya harga diri. Semua sepakat untuk tetap berjuang meraih kemenangan di lapangan,” ujar kapten tim, Hardiantono.
Hasilnya Hardiantono dkk menampik tawaran itu dan meraih kemenangan atas Persih 2-0. Tak cukup sampai disitu usaha untuk menjual pertandingan masih coba dilakukan di laga berikutnya kontra Persisko. Namun tim yang kembali ditangani Suharto AD lagi menampik tegas tawaran itu.
Sementara itu pelatih kepala, Suharto AD juga tak membantah adanya kabar tersebut. “Di tengah technical meeting Heru mau bicara. Lalu dia bilang itu jika kalah baru gajian. Saya langsung ambil alih dan bilang ke pemain untuk bertarung meraih kemenangan. Untuk apa kami datang kalau untuk kalah,” ujar Suharto.
Menurut Suharto, saat dirinya tidak berada di Medan untuk mendampingi tim kontra Persih, ia sudah mendengar hal itu. “Makanya saya langsung sms asisten pelatih Coly Misrun dan seluruh pemain untuk mereka tetap berjuang dan tidak usah pedulikan hal itu. Ini harga diri PSMS. Untuk apa gajian kalau dengan cara seperti itu,” jelasnya.
Sebelumnya pada pertemuan dengan Indra Sakti Harahap di KONI Medan, Sekretaris tim, Fityan Hamdi juga sempat mengungkapkan hal tersebut. Kabarnya per laga di tur Riau dan Jambi, PSMS bakal dibayar 400-450 juta oleh seorang pengusaha. “Katanya 400 juta diberikan kalau kami kalah oleh seorang cukong ,” beber Fityan ketika itu.
Iming-iming dari CEO PSMS, Heru Prawono yang baru ditunjuk di putaran kedua sempat menjanjikan kelancaran gaji di putaran kedua. Janji itu juga sempat dilontarkan manajer tim, Sarwono sehingga pemain mau kembali berlatih. Namun janji itu buyar setelah penolakan itu.
Heru tak lagi terlihat di mess Kebun Bunga pasca tur tersebut. Seiring dengan itu kelancaran gaji tinggal wacana. Manajer Sarwono yang memilih mendampingi tim turut menghilang tanpa kabar pasca laga kandang kontra PSAP.
Pasca itu kelanjutan kisah tragis pemain dan pelatih pun berlanjut. Dapur yang sempat kembali mengepul di awal putaran kedua kembali tak beraktivitas. Pemain pun kembali makan nasi bungkus dari kocek pribadi manajemen ataupun pelatih. Tim tertatih untuk menjalani laga kandang di PSAP hingga kegagalan berangkat ke Bengkulu. Meski akhirnya menuntaskan laga penutup kontra PS Bangka.
Di sela-sela kesusahan itu Suharto dan asisten pelatih dan manajemen tersisa justru mendapat sms gelap yang berisi sindiran atas kondisi PSMS saat ini. “Isinya dia bilang itulah akibat tidak mau nurut. Sudah kalian gagal ke 12 besar. Tidak usah cari lagi manajer karena sudah ke Jawa,” beber Suharto menunjukkan isi sms tersebut.
Heru yang coba dikonfirmasi terkait kemungkinan dirinya terlibat rencana pengaturan skor gagal didapatkan keterangannya karena nomor hpnya tidak aktif.  Namun, sang ayah, Saryono yang juga merupakan kakak kandung Sarwono mengatakan ketidakterlibatan adiknya di PSMS lagi karena instruksinya. Penyebabnya karena dia mengaku tidak menyukai beberapa pihak di PSMS sehingga memerintahkan adiknya untuk berhenti mengurusi tim PSMS.
Di sisi lain hingga saat ini para pemain PSMS masih berupaya menuntut haknya. 11 pemain PSMS LI masih menggelandang di Jakarta dalam upaya menemui PT Liga Indonesia, PSSI dan Menpora. Bahkan mereka harus bermalam di taman Monas. Sedangkan siang hari mereka istriahat di Mesjid. “Darimana uang kami untuk nginap di hotel. Gaji aja belum dibayar 7 bulan. Ini kami masih menunggu pertemuan dengan pak Djohar,” ujar Irwin Ramadhana, kiper PSMS LI. (don)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/