MEDAN-Terkuaknya upaya pengaturan skor atau menjual pertandingan menambah masalah di tubuh PSMS PT Liga Indonesia (LI). Kini suasana memanas seiring dengan pengungkapan fakta itu lewat pelatih dan pemain. Meskipun CEO PSMS Heru Prawono, yang disebut-sebut menjadi aktor di balik hal itu tak mau berkomentar lebih jauh.
“No comment sajalah. Aku tidak mau komentari berita itu. Bagiku itu berita sudah basi. Dikeluarkan sekarang karena melampiaskan kekesalan gaji yang tak kunjung datang,” tutur Heru lewat Blackberry Messenger (BBM), Kamis (13/6).
Heru malah menuntut Pelatih Kepala Suharto AD, untuk membayar utang sebesar Rp5 juta. Heru juga tak menjelaskan secara rinci mengapa tak merealisasikan janji kelancaran gaji di putaran kedua yang diiming-imingkan kepada pemain di awal penunjukannya. “Sampaikan sama Suharto, bayar saja utang Rp5 juta itu. Kalau nggak bisa bayar utang, jangan komentar macam-macam. Bicara meng-cover gaji, siapa lagi yang mau? Kami yang punya uang, kenapa dia yang mau ngatur,” katanya.
Sementara itu, Pelatih Kepala Suharto AD, saat disinggung soal utang Rp5 juta justru membeberkan fakta lain. “Ya, dia (Heru, red) pada 30 Mei lalu memang SMS saya minta saya bayar utang itu. Tapi saya pikir itu aneh. Rp5 juta itu saya pinjam di awal putaran kedua dengan perjanjian dipotong dari gaji yang dijanjikan. Tapi mana gajinya? Tidak dibayar. Jika dihitung Rp20 juta per bulan maka Rp55 juta harusnya dia berutang selama tiga bulan,” beber Suharto.
Menurut Suharto, Heru tak perlu mengalihkan dengan tuntutan utang. Apalagi ia tahu betul kronologis upaya kotor menjual pertandingan tersebut. “Dari awal sebelum berangkat ke Tembilahan, saya sudah tahu. Saya diajak menjumpai sponsor yang ternyata cukong itu, di Hotel Danau Toba sehari sebelum berangkat, sekira pukul 03.00 dini hari. Alur cerita saya ikuti, ternyata bicara soal kalah menang. Jika kalah akan dapat uang besar. Kalau menang dapat juga tapi sedikit. Saya langsung tepis di situ dan saya bilang tim ini akan menang,” jelasnya.
Suharto melanjutkan, dirinya tidak mengada-ngada karena seluruh awak tim baik pemain yang ikut, asisten pelatih Coly Misrun, sekretaris tim Fityan Hamdy, dan dokter tim Rorywansyah Pane menjadi saksi. “Semua yang hadir di Jambi menjadi saksi si Heru minta pemain kalah supaya gajian. Saya bilang ke pemain, hujan-panas latihan keras mau kalian kalah di sini? Semua tidak setuju dan Alhamdulillah kami menang,” jelasnya.
Didukung lagi dengan SMS dari Heru ke Suharto yang berisi sindiran atas penolakan tersebut. “Memang betul. Tapi, kenapa kalian nggak mau nurut? Dan Indra (ketua umum, red) juga sudah tahu semuanya. Mohon kerja samanya karena nggak mungkin anak-anakku juga ikut bayar utang coach,” tutur Heru dalam SMS yang ditunjukkan Suharto.
Asisten pelatih Coly Misrun pun angkat bicara soal upaya pengaturan skor itu. “Di Tembilahan si Heru juga sudah bilang ke saya. Ke anak-anak juga. Selain bang Harto yang mengirim SMS kepada saya untuk tidak menyetujui itu, saya juga sudah tekankan ke anak-anak. Mau kalian kasih makan uang haram ke keluarga kalian? Ini prinsip dan harga diri. Dalam kondisi sesulit apapun saya nggak akan mau jadi pengkhianat,” ujarnya dengan nada bergetar.
Coly bercerita lirih soal kesulitan hidupnya, seiring belum sepeserpun pembayaran haknya masuk ke dompetnya sejak bekerja di tim pada 14 September 2012 lalu. “Kereta (sepeda motor, red) belum dibayar. Anak wisuda TK pun terpaksa mengutang. Baru inilah kondisi paling parah yang saya alami selama terjun ke dunia sepak bola. Tapi itupun kami tidak mau berkhianat,” tegasnya.
Pelatih Kiper Mardianto, tak kalah heran dengan tindakan tersebut. Apalagi pascakejadian, Heru tak lagi tampak di Mess Kebun Bunga. “Katanya mau bayar kelancaran gaji. Tapi mana dia? Setelah kami tolak untuk mengalah mereka tidak mau bayar lagi. Apa gaji yang mereka janjikan itu, jika kami mau disuap?” tegas Mardiantono. (don)