26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Setelah Dikepung 43 Jiwa Dibantai di Meikhtila

Setelah Dikepung 43 Jiwa Dibantai di Meikhtila
Setelah Dikepung 43 Jiwa Dibantai di Meikhtila

KISAH tentang pembantaian yang terjadi terhadap Muslim Myanmar, pada Maret, dikuak oleh Associated Press. Pengepungan warga Muslim Myanmar oleh warga Myanmar, di Meikhtila menjadi awal dari pembantaian yang menewaskan 43 jiwa itu.
Seperti yang sudah dipaparkan Associated Press sebelumnya, Madrasah Mingalar Zayone di Meikhtila menjadi incaran dari massa di Myanmar menjelang kerusuhan terjadi. Beberapa siswa yang berada di dalamnya sempat berusaha melarikan diri di lapangan rumput Wat Hlan Taw, sejak 20 Maret hingga 21 Maret pagi hari, di saat kerusuhan terjadi.
Associated Press, Rabu (10/7) yang mendapatkan keterangan dari korban selamat dalam serangan itu, menggambarkan situasi yang terjadi. Melalui pengakuan dari korban yang bernama Thida, kantor berita Amerika Serikat (AS) itu memperoleh informasi apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut Thida ketika mereka bersembunyi di Wat Hlan Taw, puluhan massa sudah mengejar di belakang mereka. Seorang guru bernama Shafee sempat putus ketika dalam persembunyiaannya mengingat dirinya menderita rasa sakit di perut.
Tidak butuh waktu lama, massa yang anti-Muslim itu menyisir Wat Hlan Taw dengan dipersenjatai senter. Beberapa dari mereka bahkan melemparkan batu ke dalam semak dengan menggunakan ketapel.
“Keluar kalian, Kalars!” teriak massa, seperti ditirukan Thida. Istilah Kalars itu diaggap sebagai sebuah ucapan yang ditujukan untuk melecehkan Muslim Myanmar.
Thida menceritakan bagaimana seorang siswa bernama Koko bersimbah darah karena terkena sabetan parang dari massa yang mengamuk. Saat itu Koko merasa, mereka terperangkap seperti binatang dan dirinya tidak bisa berbuat apapun.
Selang beberapa lama kemudian, seorang biksu dan empat orang anggota polisi menawarkan untuk mengawal warga Muslim yang terkepung itu ke kendaraan polisi yang jaraknya jauh dari ladang Wat Hlan Taw. “Kami akan melindungi kalian. Tetapi siswa itu harus berhenti berdoa. Mereka harus menurunkan senjata,” ujar seorang polisi kepada siswa madrasah yang ingin melindungi diri.
Siswa-siswa Muslim Myanmar ini akhir dibawa ke mobil polisi dengan tangan di kepala seperti kriminal. Tetapi, selama dalam perjalanan mereka menuju mobil itu, masih ada warga Myanmar yang menyerang dan membunuh mereka termasuk pula melukai polisi yang tengah melindungi.
Mereka pun akhirnya di bawa ke sebuah biara untuk diberikan perlindungan. Total sekira 120 siswa berhasil diselamatkan, tetapi 36 lainnya tewas dibantai oleh warga Myanmar. Sementara jumlah keseluruhan korban tewas di Meikhtila mencapai 43 jiwa. (net/jpnn)

Setelah Dikepung 43 Jiwa Dibantai di Meikhtila
Setelah Dikepung 43 Jiwa Dibantai di Meikhtila

KISAH tentang pembantaian yang terjadi terhadap Muslim Myanmar, pada Maret, dikuak oleh Associated Press. Pengepungan warga Muslim Myanmar oleh warga Myanmar, di Meikhtila menjadi awal dari pembantaian yang menewaskan 43 jiwa itu.
Seperti yang sudah dipaparkan Associated Press sebelumnya, Madrasah Mingalar Zayone di Meikhtila menjadi incaran dari massa di Myanmar menjelang kerusuhan terjadi. Beberapa siswa yang berada di dalamnya sempat berusaha melarikan diri di lapangan rumput Wat Hlan Taw, sejak 20 Maret hingga 21 Maret pagi hari, di saat kerusuhan terjadi.
Associated Press, Rabu (10/7) yang mendapatkan keterangan dari korban selamat dalam serangan itu, menggambarkan situasi yang terjadi. Melalui pengakuan dari korban yang bernama Thida, kantor berita Amerika Serikat (AS) itu memperoleh informasi apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut Thida ketika mereka bersembunyi di Wat Hlan Taw, puluhan massa sudah mengejar di belakang mereka. Seorang guru bernama Shafee sempat putus ketika dalam persembunyiaannya mengingat dirinya menderita rasa sakit di perut.
Tidak butuh waktu lama, massa yang anti-Muslim itu menyisir Wat Hlan Taw dengan dipersenjatai senter. Beberapa dari mereka bahkan melemparkan batu ke dalam semak dengan menggunakan ketapel.
“Keluar kalian, Kalars!” teriak massa, seperti ditirukan Thida. Istilah Kalars itu diaggap sebagai sebuah ucapan yang ditujukan untuk melecehkan Muslim Myanmar.
Thida menceritakan bagaimana seorang siswa bernama Koko bersimbah darah karena terkena sabetan parang dari massa yang mengamuk. Saat itu Koko merasa, mereka terperangkap seperti binatang dan dirinya tidak bisa berbuat apapun.
Selang beberapa lama kemudian, seorang biksu dan empat orang anggota polisi menawarkan untuk mengawal warga Muslim yang terkepung itu ke kendaraan polisi yang jaraknya jauh dari ladang Wat Hlan Taw. “Kami akan melindungi kalian. Tetapi siswa itu harus berhenti berdoa. Mereka harus menurunkan senjata,” ujar seorang polisi kepada siswa madrasah yang ingin melindungi diri.
Siswa-siswa Muslim Myanmar ini akhir dibawa ke mobil polisi dengan tangan di kepala seperti kriminal. Tetapi, selama dalam perjalanan mereka menuju mobil itu, masih ada warga Myanmar yang menyerang dan membunuh mereka termasuk pula melukai polisi yang tengah melindungi.
Mereka pun akhirnya di bawa ke sebuah biara untuk diberikan perlindungan. Total sekira 120 siswa berhasil diselamatkan, tetapi 36 lainnya tewas dibantai oleh warga Myanmar. Sementara jumlah keseluruhan korban tewas di Meikhtila mencapai 43 jiwa. (net/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/