Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, dalam pilpres 2014 mendatang, pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Hatta Rajasa lebih kuat ketimbang Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Karena, saat ini Prabowo masih kalah pamor
dari Jokowi.
“JOKOWI adalah pengumpul suara rakyat yang paling kuat. Tren elektabilitas Jokowi pun terus naik. Jokowi dipasangkan dengan siapa pun, sebagai calon presiden mau pun calon wakil presiden, maka pasangan yang dipasangkan dengan Jokowi akan berpeluang besar keluar sebagai pemenang,” ujar Adjie di Jakarta, Senin (22/7).
Jokowi-Megawati, lanjut Adjie, peluang menangnya tidak jauh beda dengan Jokowi-Aburizal Bakrie (Ical). Karena penentu kemenangannya adalah Jokowi. Jadi siapa pun pasangannya, tidak ada masalah.
Di lain pihak, PAN membenarkan pertemuan antara Joko Widodo dan Hatta Rajasa, beberapa pekan lalu. Dalam pertemuan itu, PAN menyatakan Jokowi dan Hatta membahas Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Wakil Ketua Umum PAN Dradjad Wibowo menjelaskan, Jokowi dan Hatta sebenarnya membahas pembangunan perekonomian Jakarta. Ini terkait jabatan Hatta sebagai menteri koordinator perekonomian dan Jokowi selaku gubernur DKI Jakarta.
Jokowi yang baru beberapa bulan menjabat sebagai gubernur DKI bercerita tentang tahapan awal pembangunan monorel kepada Hatta. “Tapi, karena kedua-duanya sama-sama tokoh politik, pembicaraan juga membahas kondisi politik terkini, termasuk pemilu,” ujar Dradjad, kemarin.
Pertemuan yang digelar di kediaman Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, itu berlangsung santai. Megawati mengetahui pertemuan itu, namun Megawati tidak mengikuti jalannya pertemuan hingga usai.
Pertemuan lebih banyak dilakukan dengan pembicaraan panjang antara Jokowi dan Hatta. “Mereka bahas banyak hal, tapi bukan tentang pencapresan,” kata Dradjad. Meski belum membahas pencapresan, Dradjad mengatakan, DPP PAN tidak menutup kemungkinan bila duet Jokowi dan Hatta bisa direalisasikan. Sebagai partai politik, PAN terus menjajaki kemungkinan koalisi dengan siapa saja.
Ketua DPP PAN Bima Arya mengatakan, pihaknya tidak hanya melakukan penjajakan ke Jokowi, tapi juga Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. “Karena, berdasarkan hasil survei sampai sejauh ini, kedua figur itu menempati polling tertinggi,” kata dia.
Hatta dan Prabowo juga sudah melakukan komunikasi politik untuk Pilpres 2014. Ada peluang keduanya bergandengan dengan Prabowo sebagai capresnya dan Hatta sebagai wapres. Pada sisi lain, Prabowo pun melakukan pertemuan-pertemuan dengan Jokowi membahas berbagai persoalan, terutama Pilpres 2014. PAN, sesuai dengan keputusan Rakernas PAN 2011, telah menetapkan Hatta Rajasa sebagai calon presiden 2014. Figur Prabowo dan Jokowi tak bisa dimungkiri memiliki kekuatan yang laik diperhitungkan dalam bursa pencapresan. Hampir semua lembaga survei menempatkan Jokowi sebagai capres dengan elektabilitas tertinggi. Pada pekan lalu, lembaga survei Pusat Data Bersatu menempatkan nama Joko Widodo sebagai calon presiden yang paling disukai (77,90 persen), disusul Jusuf Kalla (59,29 persen), dan Prabowo Subianto (58,75 persen).
Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan, koalisi tokoh PDI Perjuangan dengan partai lain sangat mungkin terjadi. Tetapi, sesuai amanat Kongres PDI Perjuangan di Bali pada 2010, Megawati yang akan menentukan siapa yang akan diusung sebagai capres. “Bisa Ibu Mega, bisa Jokowi. Tapi, kalau sekarang, belum tepat waktunya,” ujar dia. Bila terjadi manuver politik antartokoh partai lain, seperti Hatta Rajasa dan Jokowi, menurutnya, itu wajar saja. Karena, dalam aktivitas politik, pertemuan dengan siapa saja bisa dilakukan.
PDI Perjuangan tidak ingin mengumbar janji untuk menciptakan keragu-raguan di antara pemilihnya. Maruarar menegaskan, PDI Perjuangan akan menunggu Megawati mengambil keputusan, termasuk kepastian duet dengan tokoh dari partai lain. “Kami partai yang form, pada saatnya pasti diumumkan,” ujarnya. (bbs/jpnn)