26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pejabat Lapas Tanjunggusta Diperiksa Poldasu

MEDAN-Seorang pejabat di Lempbaga Pemasyarakatan (Lapas) Tanjunggusta telah diperiksa Poldasu. Kepala Seksi (Kasi) Kegiatan Kerja di Lapas yang bernama Jupinus diperiksa karena diduga terlibat dengan penemuan narkoba saat razia usia pemindahan 118 narapidana, belum lama ini.

“Iya, memang ada yang diperiksa. Sampai saat ini yang saya tahu baru satu orang namanya Jupinus selaku Kepala Seksi Kegiatan Kerja di Lapas. Kalau terbukti terlibat, bisa dipecatlah dari jabatannya. Perkaranya diproses di kepolisian,” ujar Kepala Kanwil Kemenkumham Sumut, Budi Sulaksana, Selasa (6/8).

Saat di singgung mengenai beberapa sipir yang diduga menerima fee Rp200 juta untuk memuluskan pembuatan sabu di dalam Lapas Klas I Tanjunggusta Medan, Budi mengatakan tidak mengetahuinya. “Wah itu nggak ngerti saya. Nggak tahu saya itu,” kata Budi.

Pihaknya pun sepenuhnya menyerahkan penyelidikan perkara itu ke kepolisian. “Itukan udah ranah hukum ya. Kalau ranah hukum, kita serahkan saja ke polisi. Kalau administrasi baru kita. Kalau administrasi itu pelanggaran disiplin. Kalau pelanggaran disiplin baru bisa kita kenakan sanksi. Kita nggak bisa mencampuri ranah hukum, itu urusan polisi,” ucapnya.

Menurutnya, setelah ditemukan narkoba di dalam Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan, pihaknya terus melakukan penyisiran yang berkoordinasi dengan BNN. “Kita lakukan sidak terus menerus kok, kerja sama dengan BNN. Kita nggak mau kejadian yang sama terulang lagi,” ujarnya.

Lantas, bagaimana bisa obat-obatan terlarang dengan mudahnya lolos kedalam Lapas? Bahkan dalam penyisiran yang dilakukan kepolisian juga diamankan beberapa alat yang digunakan untuk memproduksi sabu-sabu. Bukan itu saja, ruangan fitnes di dalam Lapas juga diduga berubah fungsi menjadi ‘pabrik narkoba’. “Nggak tahulah saya itu,” kata Budi.Dia menambahkan, banyaknya narkoba yang ditemukan kepolisian dari dalam Lapas bisa saja dibawa oleh pengunjung. “Itu kan bisa aja dari pengunjung, dari keluarga narapidana. Bukan mesti dari sipir,” tegasnya.

Mengenai tudingan narapidana yang menyebutkan bahwa ada home industry pembuatan narkoba di dalam Lapas, Budi mengelak. Akan tetapi, dia tidak memungkiri beberapa narapidana masih menggunakan narkoba di dalam Lapas. “Kalau pembuatan sabu nggak ada. Nggak bener itu. Kapolda kan udah bilang itu nggak ada. Tapi kalau pemakaian narkoba ada. Orang mereka (narapidana) udah biasa menggunakan itu,” jelasnya.

Budi menyatakan terkadang sipir kewalahan dengan ramainya pengunjung di Lapas. Apalagi jumlah sipir begitu terbatas, tidak sebanding dengan banyaknya narapidana. Budi tetap yakin, sipir tidak terlibat dalam banyaknya narkoba yang ditemukan di dalam Lapas.

“Kalau pengunjungnya masuk ribuan begitu, periksanya gimana? Belum tentu ada sipir terlibat. Karena petugas kan terbatas. Sementara pengunjung yang masuk banyak, bagaimana menggeledah pengunjung satu-persatu, X ray kan nggak ada. Jadi karena sipir kami terbatas juga,” terangnya.
Apakah pengunjung yang masuk ke dalam Lapas tidak diperiksa terlebih dahulu? “Memang diperiksa, tapi karena jumlah pengunjung banyak banget, jadinya memeriksanya nggak teliti betul. Jadi kita jangan terlalu mengkhayal,” terangnya lagi. (far)

MEDAN-Seorang pejabat di Lempbaga Pemasyarakatan (Lapas) Tanjunggusta telah diperiksa Poldasu. Kepala Seksi (Kasi) Kegiatan Kerja di Lapas yang bernama Jupinus diperiksa karena diduga terlibat dengan penemuan narkoba saat razia usia pemindahan 118 narapidana, belum lama ini.

“Iya, memang ada yang diperiksa. Sampai saat ini yang saya tahu baru satu orang namanya Jupinus selaku Kepala Seksi Kegiatan Kerja di Lapas. Kalau terbukti terlibat, bisa dipecatlah dari jabatannya. Perkaranya diproses di kepolisian,” ujar Kepala Kanwil Kemenkumham Sumut, Budi Sulaksana, Selasa (6/8).

Saat di singgung mengenai beberapa sipir yang diduga menerima fee Rp200 juta untuk memuluskan pembuatan sabu di dalam Lapas Klas I Tanjunggusta Medan, Budi mengatakan tidak mengetahuinya. “Wah itu nggak ngerti saya. Nggak tahu saya itu,” kata Budi.

Pihaknya pun sepenuhnya menyerahkan penyelidikan perkara itu ke kepolisian. “Itukan udah ranah hukum ya. Kalau ranah hukum, kita serahkan saja ke polisi. Kalau administrasi baru kita. Kalau administrasi itu pelanggaran disiplin. Kalau pelanggaran disiplin baru bisa kita kenakan sanksi. Kita nggak bisa mencampuri ranah hukum, itu urusan polisi,” ucapnya.

Menurutnya, setelah ditemukan narkoba di dalam Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan, pihaknya terus melakukan penyisiran yang berkoordinasi dengan BNN. “Kita lakukan sidak terus menerus kok, kerja sama dengan BNN. Kita nggak mau kejadian yang sama terulang lagi,” ujarnya.

Lantas, bagaimana bisa obat-obatan terlarang dengan mudahnya lolos kedalam Lapas? Bahkan dalam penyisiran yang dilakukan kepolisian juga diamankan beberapa alat yang digunakan untuk memproduksi sabu-sabu. Bukan itu saja, ruangan fitnes di dalam Lapas juga diduga berubah fungsi menjadi ‘pabrik narkoba’. “Nggak tahulah saya itu,” kata Budi.Dia menambahkan, banyaknya narkoba yang ditemukan kepolisian dari dalam Lapas bisa saja dibawa oleh pengunjung. “Itu kan bisa aja dari pengunjung, dari keluarga narapidana. Bukan mesti dari sipir,” tegasnya.

Mengenai tudingan narapidana yang menyebutkan bahwa ada home industry pembuatan narkoba di dalam Lapas, Budi mengelak. Akan tetapi, dia tidak memungkiri beberapa narapidana masih menggunakan narkoba di dalam Lapas. “Kalau pembuatan sabu nggak ada. Nggak bener itu. Kapolda kan udah bilang itu nggak ada. Tapi kalau pemakaian narkoba ada. Orang mereka (narapidana) udah biasa menggunakan itu,” jelasnya.

Budi menyatakan terkadang sipir kewalahan dengan ramainya pengunjung di Lapas. Apalagi jumlah sipir begitu terbatas, tidak sebanding dengan banyaknya narapidana. Budi tetap yakin, sipir tidak terlibat dalam banyaknya narkoba yang ditemukan di dalam Lapas.

“Kalau pengunjungnya masuk ribuan begitu, periksanya gimana? Belum tentu ada sipir terlibat. Karena petugas kan terbatas. Sementara pengunjung yang masuk banyak, bagaimana menggeledah pengunjung satu-persatu, X ray kan nggak ada. Jadi karena sipir kami terbatas juga,” terangnya.
Apakah pengunjung yang masuk ke dalam Lapas tidak diperiksa terlebih dahulu? “Memang diperiksa, tapi karena jumlah pengunjung banyak banget, jadinya memeriksanya nggak teliti betul. Jadi kita jangan terlalu mengkhayal,” terangnya lagi. (far)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/