26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pemain Anggap PSMS Bubar

MEDAN-PSMS PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) saat ini ibarat pepatah, ‘Hidup segan mati tak mau’. Pasalnya, jelang laga kontra Persipon, Rabu (21/8) mendatang, dalam lanjutan Divisi Utama LPIS, belum ada tanda-tanda aktivitas dalam tim besutan Edy Syahputra ini. Dengan kondisi tim yang bisa diindikasikan menuju bubar, tidak juga ada kepastian apapun dari manajemen.

Karena itu pemain pun sepakat menganggap tim bubar. Meski belum ada keputusan defenitif dari manajemen maupun pengurus. “Infonya nggak jelas. Katanya bubar. Tapi begitu mau ambil barang di Mess Kebun Bunga, katanya tunggu dulu. Nggak ngerti juga saya,” tutur Dony F Siregar.
Ia mengaku sudah muak dengan kondisi yang tak kunjung pasti. “Besok bilang bubar, besok lagi bilang ada harapan. Jadi kami pemain anggap sudah bubar. PSMS LPIS sudah berakhir,” katanya.

Bagaimana soal hak? Donny berharap setidaknya pemain mendapat kompensasi atas kerja keras. “Ya, harusnya ada kompensasi buat pemain kalaupun bubar. Karena pengurus dan ketuanya kan masih ada. Harusnya tanggung jawab mereka,” jelas eks gelandang PSIS ini.
Kapten Tim Saktiawan Sinaga, pun melontarkan hal senada. “Sudah bubarlah ini. Nggak sanggup pengurus meneruskannya. Mana mau pemain tidak digaji,” ungkap Saktiawan.

Menurutnya, pertemuan dengan Manajer Tim Syukri Wardi, dan perangkat
tim lainnya sepekan sebelum Lebaran dianggap pertemuan untuk pembubaran. “Iya. Walaupun mereka belum bilang. Tapi katanya tunggu 21 Agustus ini. Tanggal itu kan jadwal kami main,” ujarnya lagi.

Saktiawan mengatakan, kondisi sepak bola di Medan maupun Sumut memang dalam
kondisi mundur dalam lima tahun belakangan. “Anggap saja ini pengabdianku untuk Medan yang membesarkanku. Walaupun terzolimi,” kata mantan striker Mitra Kukar dan Persik ini mencoba bijak.

Sementara, Pelatih Kepala PSMS LPIS Edy Syahputra, juga tidak bisa memberi jawaban gamblang soal status timnya. “Saya pun bingung juga menjelaskannya. Ya, katanya menunggu kejelasan dari PSSI. Maksudnya soal bagaimana status klub-klub Divisi Utama, apakah diakui atau tidak? Karena sampai sekarang itu belum ada. Saya dengar Senin (19/8) atau Selasa (20/8) ada pertemuan. Manajer Syukri yang lebih tahu,” ungkapnya.

Sebelumnya Edy sempat yakin akan masa depan PSMS pasca pertemuan Syukri Wardi dengan PSSI. Ketika itu melalui informasi dari Syukri Wardi secara lisan, PSSI sudah menyetujui kuota dua tiket ke kompetisi musim depan dari LPIS. Namun kepastian itu hanya sekadar wacana. “Saya nggak mengerti juga kenapa bisa berubah. Karena yang memberatkan itu, ada dalam butir-butir keputusan Kongres Luar Biasa. PSMS dan Persis Solo masuk pengecualian. Makanya banyak tim-tim Divisi Utama yang membubarkan diri,” jelasnya.

Disebut Edy, beberapa tim Divisi Utama seperti  Persipon Pontianak, Persika Karawang, dan lainnya sudah membubarkan diri. Ini semakin menambah semrawutnya kompetisi kasta kedua LPIS itu. “Bahkan yang saya dengar Semen Padang juga sudah minta mundur dari IPL. Makanya ini semakin tidak jelas saja. Pertandingan melawan Persipon 21 Agustus ini pun sudah pasti batal,” beber mantan pemain Medan Jaya dan PSMS ini.
“Belum tau juga ini. Serba dilema. Kami bingung juga mau menuntut ke mana? Sejak CEO lari itu, ketua umum sudah bilang mundur. Sementara pengurus lain, tahu sendirilah bagaimana,” tambahnya.
Edy sendiri memang sudah hampir putus asa melihat kondisi yang terjadi. “Ya mau bagaimana lagi. LPIS juga tidak jelas. Makanya sekarang saya tidak lagi bersemangat mengikuti perkembangannya. Lebih bagus fokus saja mengurusi toko,” tandasnya. (don)

MEDAN-PSMS PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) saat ini ibarat pepatah, ‘Hidup segan mati tak mau’. Pasalnya, jelang laga kontra Persipon, Rabu (21/8) mendatang, dalam lanjutan Divisi Utama LPIS, belum ada tanda-tanda aktivitas dalam tim besutan Edy Syahputra ini. Dengan kondisi tim yang bisa diindikasikan menuju bubar, tidak juga ada kepastian apapun dari manajemen.

Karena itu pemain pun sepakat menganggap tim bubar. Meski belum ada keputusan defenitif dari manajemen maupun pengurus. “Infonya nggak jelas. Katanya bubar. Tapi begitu mau ambil barang di Mess Kebun Bunga, katanya tunggu dulu. Nggak ngerti juga saya,” tutur Dony F Siregar.
Ia mengaku sudah muak dengan kondisi yang tak kunjung pasti. “Besok bilang bubar, besok lagi bilang ada harapan. Jadi kami pemain anggap sudah bubar. PSMS LPIS sudah berakhir,” katanya.

Bagaimana soal hak? Donny berharap setidaknya pemain mendapat kompensasi atas kerja keras. “Ya, harusnya ada kompensasi buat pemain kalaupun bubar. Karena pengurus dan ketuanya kan masih ada. Harusnya tanggung jawab mereka,” jelas eks gelandang PSIS ini.
Kapten Tim Saktiawan Sinaga, pun melontarkan hal senada. “Sudah bubarlah ini. Nggak sanggup pengurus meneruskannya. Mana mau pemain tidak digaji,” ungkap Saktiawan.

Menurutnya, pertemuan dengan Manajer Tim Syukri Wardi, dan perangkat
tim lainnya sepekan sebelum Lebaran dianggap pertemuan untuk pembubaran. “Iya. Walaupun mereka belum bilang. Tapi katanya tunggu 21 Agustus ini. Tanggal itu kan jadwal kami main,” ujarnya lagi.

Saktiawan mengatakan, kondisi sepak bola di Medan maupun Sumut memang dalam
kondisi mundur dalam lima tahun belakangan. “Anggap saja ini pengabdianku untuk Medan yang membesarkanku. Walaupun terzolimi,” kata mantan striker Mitra Kukar dan Persik ini mencoba bijak.

Sementara, Pelatih Kepala PSMS LPIS Edy Syahputra, juga tidak bisa memberi jawaban gamblang soal status timnya. “Saya pun bingung juga menjelaskannya. Ya, katanya menunggu kejelasan dari PSSI. Maksudnya soal bagaimana status klub-klub Divisi Utama, apakah diakui atau tidak? Karena sampai sekarang itu belum ada. Saya dengar Senin (19/8) atau Selasa (20/8) ada pertemuan. Manajer Syukri yang lebih tahu,” ungkapnya.

Sebelumnya Edy sempat yakin akan masa depan PSMS pasca pertemuan Syukri Wardi dengan PSSI. Ketika itu melalui informasi dari Syukri Wardi secara lisan, PSSI sudah menyetujui kuota dua tiket ke kompetisi musim depan dari LPIS. Namun kepastian itu hanya sekadar wacana. “Saya nggak mengerti juga kenapa bisa berubah. Karena yang memberatkan itu, ada dalam butir-butir keputusan Kongres Luar Biasa. PSMS dan Persis Solo masuk pengecualian. Makanya banyak tim-tim Divisi Utama yang membubarkan diri,” jelasnya.

Disebut Edy, beberapa tim Divisi Utama seperti  Persipon Pontianak, Persika Karawang, dan lainnya sudah membubarkan diri. Ini semakin menambah semrawutnya kompetisi kasta kedua LPIS itu. “Bahkan yang saya dengar Semen Padang juga sudah minta mundur dari IPL. Makanya ini semakin tidak jelas saja. Pertandingan melawan Persipon 21 Agustus ini pun sudah pasti batal,” beber mantan pemain Medan Jaya dan PSMS ini.
“Belum tau juga ini. Serba dilema. Kami bingung juga mau menuntut ke mana? Sejak CEO lari itu, ketua umum sudah bilang mundur. Sementara pengurus lain, tahu sendirilah bagaimana,” tambahnya.
Edy sendiri memang sudah hampir putus asa melihat kondisi yang terjadi. “Ya mau bagaimana lagi. LPIS juga tidak jelas. Makanya sekarang saya tidak lagi bersemangat mengikuti perkembangannya. Lebih bagus fokus saja mengurusi toko,” tandasnya. (don)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/