26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Syria Tetap Siaga

DAMASKUS-Militer Syria tetap waspada meski Amerika Serikat menunda rencana penyerangan setelah Presiden Barack Obama memutuskan untuk meminta persetujuan Kongres. Damaskus memperingatkan Washington bahwa menyerang Syria hanya akan membantu Al Qaeda memperluas pengaruhnya.

LUBANG: Tentara Syria memanfaatkan lubang akibat serangan pesawat tempur sebagai lokasi membidik  Kafr Naboudeh  Hama, kemarin.
LUBANG: Tentara Syria memanfaatkan lubang akibat serangan pesawat tempur sebagai lokasi membidik di Kafr Naboudeh di Hama, kemarin.

“Agresi Amerika terhadap Syria, kalau benar terjadi, adalah bentuk dukungan terhadap terorisme. Tentara tetap waspada dan akan seperti itu sampai terorisme benar-benar dilenyapkan,” ujar seorang pejabat Syria yang tidak ingin diketahui identitasnya kepada AFP.

Obama membuat keputusan mengejutkan pada Sabtu (31/8) setelah memilih mengurungkan rencana serangan ke Syria dalam waktu dekat. Dia akan meminta persetujuan Kongres pada 9 September mendatang. Padahal, sebelumnya Washington menegaskan telah mengantongi bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan rezim Syria dan segera melancarkan serangan terbatas untuk menghukum Bashar Al Assad.

Analis Keamanan Nasional CNN Peter Bergen menyatakan, sikap plinplan Obama tersebut tidak mengagetkan. Baru tiga bulan lalu, dalam pidatonya di Universitas Pertahanan Nasional, Washington, presiden AS ke-44 itu menyerukan diakhirinya perang terhadap terorisme yang tak berbatas. Perang tersebut berlangsung sejak 11 September 2001.

Saat itu, Obama memfokuskan pidatonya pada Persetujuan Penggunaan Kekuatan Militer yang diketok Kongres beberapa hari pascatragedi 9/11 (serangan terhadap menara kembar World Trade Center). Produk hukum itulah yang dipakai Presiden George W. Bush, saat itu, untuk menabuh genderang perang di Afghanistan.

Tak satu pun anggota Kongres yang menyangka bahwa akhirnya kebijakan tersebut melahirkan perang terlama yang melibatkan Amerika Serikat. Mereka juga tak sadar telah memberikan cek kosong kepada presiden AS untuk melancarkan perang terselubung di Pakistan dan Yaman. Menurut data New America Foundation, ribuan orang sudah tewas karena pesawat pembom tanpa awak milik CIA. Serangan itu pun lahir tanpa masukan Kongres. Dalam pidatonya, Obama menyerukan kepada semua pihak untuk membantunya mencabut Persetujuan Penggunaan Kekuatan Militer yang melahirkan perang tanpa akhir sejak 2001 tersebut.

Tampaknya, konteks yang sama akan terjadi dalam keputusan Obama yang akan meminta persetujuan Kongres untuk menyerang Syria. Masa jabatan Obama akan berakhir pada 2016 dan presiden berikutnya akan mewarisi kebijakan perang tanpa mampu berbuat banyak untuk menghentikannya.

Dampak perang Syria sudah terlampau parah. PBB menyebut, jumlah pengungsi telah mencapai tujuh juta jiwa. Jumlah itu hampir sepertiga di antara seluruh populasi penduduk Syria. PBB juga memaparkan, jumlah korban tewas telah melebihi angka 100 ribu orang. (afp/cnn/ap/cak/c17/dos/jpnn)

DAMASKUS-Militer Syria tetap waspada meski Amerika Serikat menunda rencana penyerangan setelah Presiden Barack Obama memutuskan untuk meminta persetujuan Kongres. Damaskus memperingatkan Washington bahwa menyerang Syria hanya akan membantu Al Qaeda memperluas pengaruhnya.

LUBANG: Tentara Syria memanfaatkan lubang akibat serangan pesawat tempur sebagai lokasi membidik  Kafr Naboudeh  Hama, kemarin.
LUBANG: Tentara Syria memanfaatkan lubang akibat serangan pesawat tempur sebagai lokasi membidik di Kafr Naboudeh di Hama, kemarin.

“Agresi Amerika terhadap Syria, kalau benar terjadi, adalah bentuk dukungan terhadap terorisme. Tentara tetap waspada dan akan seperti itu sampai terorisme benar-benar dilenyapkan,” ujar seorang pejabat Syria yang tidak ingin diketahui identitasnya kepada AFP.

Obama membuat keputusan mengejutkan pada Sabtu (31/8) setelah memilih mengurungkan rencana serangan ke Syria dalam waktu dekat. Dia akan meminta persetujuan Kongres pada 9 September mendatang. Padahal, sebelumnya Washington menegaskan telah mengantongi bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan rezim Syria dan segera melancarkan serangan terbatas untuk menghukum Bashar Al Assad.

Analis Keamanan Nasional CNN Peter Bergen menyatakan, sikap plinplan Obama tersebut tidak mengagetkan. Baru tiga bulan lalu, dalam pidatonya di Universitas Pertahanan Nasional, Washington, presiden AS ke-44 itu menyerukan diakhirinya perang terhadap terorisme yang tak berbatas. Perang tersebut berlangsung sejak 11 September 2001.

Saat itu, Obama memfokuskan pidatonya pada Persetujuan Penggunaan Kekuatan Militer yang diketok Kongres beberapa hari pascatragedi 9/11 (serangan terhadap menara kembar World Trade Center). Produk hukum itulah yang dipakai Presiden George W. Bush, saat itu, untuk menabuh genderang perang di Afghanistan.

Tak satu pun anggota Kongres yang menyangka bahwa akhirnya kebijakan tersebut melahirkan perang terlama yang melibatkan Amerika Serikat. Mereka juga tak sadar telah memberikan cek kosong kepada presiden AS untuk melancarkan perang terselubung di Pakistan dan Yaman. Menurut data New America Foundation, ribuan orang sudah tewas karena pesawat pembom tanpa awak milik CIA. Serangan itu pun lahir tanpa masukan Kongres. Dalam pidatonya, Obama menyerukan kepada semua pihak untuk membantunya mencabut Persetujuan Penggunaan Kekuatan Militer yang melahirkan perang tanpa akhir sejak 2001 tersebut.

Tampaknya, konteks yang sama akan terjadi dalam keputusan Obama yang akan meminta persetujuan Kongres untuk menyerang Syria. Masa jabatan Obama akan berakhir pada 2016 dan presiden berikutnya akan mewarisi kebijakan perang tanpa mampu berbuat banyak untuk menghentikannya.

Dampak perang Syria sudah terlampau parah. PBB menyebut, jumlah pengungsi telah mencapai tujuh juta jiwa. Jumlah itu hampir sepertiga di antara seluruh populasi penduduk Syria. PBB juga memaparkan, jumlah korban tewas telah melebihi angka 100 ribu orang. (afp/cnn/ap/cak/c17/dos/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/