26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Akui Lawan Lebih Baik

PALEMBANG-Antiklimaks di partai puncak ditunjukkan tim Indonesia U-23 dalam final sepak bola Islamic Solidarity Games (ISG) III, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tadi malam (29/9). Sempat unggul 1-0, mereka harus takluk dari Maroko dengan skor 1-2.

 

Antiklimaks di partai puncak ditunjukkan tim Indonesia U-23 dalam final sepak bola Islamic Solidarity Games (ISG) III, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tadi malam (29/9). Sempat unggul 1-0, mereka harus takluk dari Maroko dengan skor 1-2.
Antiklimaks di partai puncak ditunjukkan tim Indonesia U-23 dalam final sepak bola Islamic Solidarity Games (ISG) III, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tadi malam (29/9). Sempat unggul 1-0, mereka harus takluk dari Maroko dengan skor 1-2.

Kegagalan Indonesia di partai puncak ISG ini seakan mengulang memori Indonesia di even-even besar. Berhasil mengalahkan lawan di kualifikasi grup, justru saat kembali bertemu di final, Indonesia malah kalah.

Gol Indonesia dalam pertandingan final tadi malam dicetak oleh Alfin Tuasalamony melalui titik penalti pada menit ke-8. Sementara, gol Maroko dicetak oleh El Hassony Aymane pada menit ke-70 dan El Karti Walid pada menit ke-81.

Permainan Indonesia di laga final tadi malam sejatinya tidak kalah. Menggunakan formasi tak berbeda jauh dengan semifinal saat melawan Turki. Bermain dengan 4-1-4-1, Indonesia terlihat lebih bertahan dan menunggu Maroko keluar menyerang.

Memegang kendali permainan, Maroko mencoba terus menekan pertahanan Indonesia dengan ball possession yang mereka peragakan. Namun, gol justru datang bagi Indonesia setelah pemain belakang lawan melakukan kesalahan.

Alfin berhasil mengeksekusi tendangan Penalti pada menit ke-8. Hadiah diberikan kepada Indonesia setelah Bayu Gatra dilanggar oleh penjaga gawang, Maroko, Benachour Badreddin. Indonesia unggul 1-0 sampai turun minum.

Memasuki babak kedua, Indonesia mempertahankan permainan. Sementara, Maroko mulai melakukan perubahan strategi. Pada menit ke-55 Essaidy Yosef nyaris menjebol gawang Kurnia Meiga, tapi tiang masih menyelamatkan gawan Indonesia.

Belum maksimal, Maroko memasukkan El Hassony Aymane. Masuknya El Hassony, membuat permainan Maroko lebih hidup.” Dan, petaka bagi Indonesia pun datang pada menit ke-70, berawal dari tendangan bebas, antisipasi yang tidak sempurna dari pemain belakang Indonesia membuat bola jatuh ke kaki El Hassony. Sekali sepak, gol pun tercipta untuk Maroko. 1-1.

Daya tahan fisik Indonesia memang terlihat cukup menurun dibanding Maroko yang bermaterikan pemain-pemain U-20. Pada menit ke-81, kekhawatiran pelatih Rahmad Darmawan pun terbukti.

Karena konstrasi yang menurun, El Karti Walid berhasil mengecoh Manahati Lestussen yang kurang ketat menjaganya. Sekali gocek, pemain bernomor punggu 18 itu berhasil menjebol gawang Kurnia Meiga. 1-2 untuk Maroko.

Tertinggal, Indonesia sebenarnya memiliki dua kali kesempatan dari kaki Andik Vermansah. Sayang, sepakan pemain asli Persebaya Surabaya itu dua kali membentur tiang. Sampai peluti panjang dibunyikan, skor 1-2 bertahan untuk kemenangan Maroko.

Kegagalan Indonesia ini, cukup menyesakkan. Mengingat, permainan apik di semifinal menurun pada laga final ini. Yang layak disorot adalah bagaimana konsntrasi pemain Indonesia pada menit-menit akhir.

Meski sebelumnya Rahmad sudah mengantisipasi karena gol-gol yang diciptakan oleh pemain Maroko rata-rata terjadi di menit-menit akhir permainan, ternyata pemain Indonesia kecolongan juga.

“Saya akui Maroko mendominasi banyak sekali kesempatan dan variasi serangan. Tapi, strategi ini yang kami siapkan. Baru ini yang bisa kami lakukan untuk tim ini,” katanya dalam sesi jumpa pers tadi malam.

Rahmad menjelaskan bahwa timnya tidak bermain terlalu buruk. Sebab, dengan compact defense dan counter attack yang diperagakan, ada beberapa peluang yang belum bisa dimaksimalkan.

“Ada gol, ada beberapa kali terburu-buru final pass terhadap pemain lain. Tapi, ini memang belum paten. Di ISG ini saya hanya ingin melihat potensi pemain. Karena ini belum persiapan, kami masih mencoba membangun tim ini,” ujarnya.

Setelah tampil di Islamic Solidarity Games (ISG ) ini, Timnas selanjutnya akan diliburkan selama lima hari. Selanjutnya mereka akan mengikuti pemusatan latihan di Jogjakarta untuk persiapan menuju SEA Games mulai 6 Oktober mendatang. Nantinya, bakal ada 35 nama yang akan dipanggil oleh Rahmad dari 38 nama yang didaftarkan.

Sementara itu, pelatih Maroko Banabicha Hassan menyebut timnya lebih mampu melakukan organiasi permainan dan taktik yang lebih baik. “Kami datang kesini untuk menang. Kami memulai dengan kelelahan, tapi kami mengakhiri dengan keberhasilan. Kami unggul dan lebih terorganisasi di taktik, karena itu kami menang,” tegasnya.(aam/ko)

PALEMBANG-Antiklimaks di partai puncak ditunjukkan tim Indonesia U-23 dalam final sepak bola Islamic Solidarity Games (ISG) III, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tadi malam (29/9). Sempat unggul 1-0, mereka harus takluk dari Maroko dengan skor 1-2.

 

Antiklimaks di partai puncak ditunjukkan tim Indonesia U-23 dalam final sepak bola Islamic Solidarity Games (ISG) III, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tadi malam (29/9). Sempat unggul 1-0, mereka harus takluk dari Maroko dengan skor 1-2.
Antiklimaks di partai puncak ditunjukkan tim Indonesia U-23 dalam final sepak bola Islamic Solidarity Games (ISG) III, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, tadi malam (29/9). Sempat unggul 1-0, mereka harus takluk dari Maroko dengan skor 1-2.

Kegagalan Indonesia di partai puncak ISG ini seakan mengulang memori Indonesia di even-even besar. Berhasil mengalahkan lawan di kualifikasi grup, justru saat kembali bertemu di final, Indonesia malah kalah.

Gol Indonesia dalam pertandingan final tadi malam dicetak oleh Alfin Tuasalamony melalui titik penalti pada menit ke-8. Sementara, gol Maroko dicetak oleh El Hassony Aymane pada menit ke-70 dan El Karti Walid pada menit ke-81.

Permainan Indonesia di laga final tadi malam sejatinya tidak kalah. Menggunakan formasi tak berbeda jauh dengan semifinal saat melawan Turki. Bermain dengan 4-1-4-1, Indonesia terlihat lebih bertahan dan menunggu Maroko keluar menyerang.

Memegang kendali permainan, Maroko mencoba terus menekan pertahanan Indonesia dengan ball possession yang mereka peragakan. Namun, gol justru datang bagi Indonesia setelah pemain belakang lawan melakukan kesalahan.

Alfin berhasil mengeksekusi tendangan Penalti pada menit ke-8. Hadiah diberikan kepada Indonesia setelah Bayu Gatra dilanggar oleh penjaga gawang, Maroko, Benachour Badreddin. Indonesia unggul 1-0 sampai turun minum.

Memasuki babak kedua, Indonesia mempertahankan permainan. Sementara, Maroko mulai melakukan perubahan strategi. Pada menit ke-55 Essaidy Yosef nyaris menjebol gawang Kurnia Meiga, tapi tiang masih menyelamatkan gawan Indonesia.

Belum maksimal, Maroko memasukkan El Hassony Aymane. Masuknya El Hassony, membuat permainan Maroko lebih hidup.” Dan, petaka bagi Indonesia pun datang pada menit ke-70, berawal dari tendangan bebas, antisipasi yang tidak sempurna dari pemain belakang Indonesia membuat bola jatuh ke kaki El Hassony. Sekali sepak, gol pun tercipta untuk Maroko. 1-1.

Daya tahan fisik Indonesia memang terlihat cukup menurun dibanding Maroko yang bermaterikan pemain-pemain U-20. Pada menit ke-81, kekhawatiran pelatih Rahmad Darmawan pun terbukti.

Karena konstrasi yang menurun, El Karti Walid berhasil mengecoh Manahati Lestussen yang kurang ketat menjaganya. Sekali gocek, pemain bernomor punggu 18 itu berhasil menjebol gawang Kurnia Meiga. 1-2 untuk Maroko.

Tertinggal, Indonesia sebenarnya memiliki dua kali kesempatan dari kaki Andik Vermansah. Sayang, sepakan pemain asli Persebaya Surabaya itu dua kali membentur tiang. Sampai peluti panjang dibunyikan, skor 1-2 bertahan untuk kemenangan Maroko.

Kegagalan Indonesia ini, cukup menyesakkan. Mengingat, permainan apik di semifinal menurun pada laga final ini. Yang layak disorot adalah bagaimana konsntrasi pemain Indonesia pada menit-menit akhir.

Meski sebelumnya Rahmad sudah mengantisipasi karena gol-gol yang diciptakan oleh pemain Maroko rata-rata terjadi di menit-menit akhir permainan, ternyata pemain Indonesia kecolongan juga.

“Saya akui Maroko mendominasi banyak sekali kesempatan dan variasi serangan. Tapi, strategi ini yang kami siapkan. Baru ini yang bisa kami lakukan untuk tim ini,” katanya dalam sesi jumpa pers tadi malam.

Rahmad menjelaskan bahwa timnya tidak bermain terlalu buruk. Sebab, dengan compact defense dan counter attack yang diperagakan, ada beberapa peluang yang belum bisa dimaksimalkan.

“Ada gol, ada beberapa kali terburu-buru final pass terhadap pemain lain. Tapi, ini memang belum paten. Di ISG ini saya hanya ingin melihat potensi pemain. Karena ini belum persiapan, kami masih mencoba membangun tim ini,” ujarnya.

Setelah tampil di Islamic Solidarity Games (ISG ) ini, Timnas selanjutnya akan diliburkan selama lima hari. Selanjutnya mereka akan mengikuti pemusatan latihan di Jogjakarta untuk persiapan menuju SEA Games mulai 6 Oktober mendatang. Nantinya, bakal ada 35 nama yang akan dipanggil oleh Rahmad dari 38 nama yang didaftarkan.

Sementara itu, pelatih Maroko Banabicha Hassan menyebut timnya lebih mampu melakukan organiasi permainan dan taktik yang lebih baik. “Kami datang kesini untuk menang. Kami memulai dengan kelelahan, tapi kami mengakhiri dengan keberhasilan. Kami unggul dan lebih terorganisasi di taktik, karena itu kami menang,” tegasnya.(aam/ko)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/