NAPOLI- Pasca serangan di kompleks perumahan Presiden Libya, Muamar Kadhafi di Tripoli. Persiden berpangkat Kolonel itu tak diketahui lagi keberadaannya. Bahkan, pasca dikebumikannya anak dan tiga cucunya itu Kadhafi tak muncul di muka publik.
North Atlantic Treaty Organization (NATO) menyebutkan, kompleks perumahan Kadhafi di Tripoli mendapat delapan misil.Jadi tak diketahui bagaimana kondisi Kadhafi saat ini. Tapi, pada prinsipnya NATO melakukan itu karena menganggap kawasan itu adalah target militer.
“Serangan kami 9 Mei lalu bukan untuk membunuh Kadhafi, tapi kami sekarang tidak tahu apakah Kadhafi masih hidup,” kata NATO diwakili, Brigadir Jenderal Claudio Gabellini seperti dilansir Daylimail, Rabu (11/5)
Dia menyebutkan, balasan serangan terakhir yang dilakukan NATO ditujukan pada pusat komando dan kendali yang digunakan Pemerintah Libya untuk menyerang warga sipil.
“Semua target NATO adalah target militer, berarti target-target yang pernah kami serang merupakan bunker komando dan kendali,” ujarnya.
Gabellini menambahkan, NATO tidak pernah membuat target pada individu. Namun ketika ditanya mengenai apakah Kadhafi masih hidup, Gabellini menjawab, “Kami tidak memiliki bukti apapun dan kami tidak mengetahui apa yang dilakukan Kadhafi saat ini.”
Gabellini mengatakan, NATO tidak tertarik mengetahui apa yang dilakukan Kadhafi, karena NATO hanya menjalankan mandat untuk melindungi warga sipil dari serangan atau ancaman serangan.
Kadhafi belum pernah muncul di depan publik sejak 30 April, ketika serangan udara mengenai sebuah rumah di Tripoli dan menewaskan putra bungsu serta tiga cucunya.
Hingga hari ini, perang terus berlanjut di Libya. Pihak oposisi mengklaim berhasil merebut bagian kecil dari Kota Misrat, yang dianggap penting kedua belah pihak. Pasukan oposisi mengaku pihaknya saat ini berhasil merebut Kota Zareek yang jaraknya hanya 25 Km dari Misrata.
Sementara itu, konflik di Libya terus menyisahkan banyak korban jiwa. Kali ini, dikabarkan sebanyak 600 migran Afrika dari Libya ke Eropa tewas saat kapal tersebut tenggelam tak jauh dari pelabuhan Tripoli. Beberapa organisasi internasional mengatakan, baru-baru ini sejumlah warga migran dipaksa dengan todongan senjata untuk menaiki kapal penuh muatan yang berbahaya. (bbs/jpnn)