JAKARTA- Pembagian daging kurban di Masjid Istiqlal sejak subuh berakhir ricuh. Ribuan warga yang mengantre tidak sabar untuk mendapatkan daging sehingga terjadi aksi saling dorong dan saling injak. Kericuhan tersebut menyebabkan 1 orang tewas dan puluhan lainnya terpaksa dirawat di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) karena pingsan.
Menurut Kapolsek Sawah Besar, Kompol Shinto Silitonga, nama korban yang meninggal adalah Sutiyo (74). Dalam keterangan Shinto, korban meninggal bukan karena antrean, namun karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan.
“Saat pintu antrean dibuka sekitar pukul 05.00 WIB, korban jalan sampai lima langkah terus langsung jatuh. Tekanan darah terakhirnya sampai 160,” kata Shinto kepada wartawan, Rabu (16/10).
Lebih lanjut, Shinto menerangkan korban yang meninggal memiliki catatan sakit stroke. Shinto yakin korban meninggal bukan karena antrean panjang. “Panjang antrean sekitar 100-200 meter dan lebar antrean lima meter. Sedangkan antrean untuk laki-laki dan perempuan dipisah,” ujar Shinto.
Kemarin siang, jenazah Kakek Sukiyo (74), dibawa ke rumah duka di Jalan Wahidin II RT 3/8, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Jenazah Sukiyo dibawa dari RSCM sekitar pukul 09.30 WIB dengan menggunakan mobil ambulans milik Masjid Istiqlal.
Menurut perwakilan keluarga, Kabul, Sukiyo sebenarnya sebelum berangkat ke Istiqlal sudah dalam kondisi sakit. Bahkan, anak-anaknya sudah melarang Sukiyo agar tidak ikut antre pembagian daging.
“Bapak kemarin baru kontrol memang ada riwayat sakit. Sudah dilarang itu dari sini. Kebawa sama teman-temannya mungkin. Anaknya melarang banget. Dia sakit asam urat, darah tinggi sudah setahun lebih,” kata Kabul di rumah duka, Rabu (16/10).
Jenazah Sukiyo dimakamkan di TPU Rawamangun. Sukiyo meninggalkan enam orang anak dan sepuluh orang cucu.
Sementara itu puluhan pria dan wanita juga pingsan akibat berdesak-desakan. Mereka sempat dilarikan ke RSCM untuk mendapatkan perawatan, namun tidak ada yang dirawat. Ribuan orang memang sudah mengantre sejak pukul 03.00 WIB. Padahal, daging kurban baru dibagikan sekitar pukul 05.00 WIB. Karena terlalu lama mengantre dan terjadi desak-desakan, warga yang sudah lanjut usia tak kuat dan langsung jatuh pingsan.
Kabag Ops Polres Jakarta Pusat, AKBP Apollo Sinambela, kericuhan terjadi karena mereka tidak sabar untuk mendapatkan daging sehingga sulit diatur. Menurut Apollo, puncak kericuhan terjadi sekitar pukul 05.30 WIB. Pihaknya terpaksa mengatur antrean perempuan lebih ketat agar tidak aksi saling dorong dan saling injak tidak terulang kembali. “Evaluasinya untuk tahun depan kalau diadakan di sini lagi, antrean harus benar-benar dipisah,” katanya.
Sementara itu, saat ini pembagian daging kurban telah ditutup. Namun masih banyak warga yang terlihat berada di luar gerbang sisi timur Masjid Istiqlal untuk menanti kemungkinan akan adanya pembagian daging lagi.
“5.240 daging sudah dibagi. Tapi antrean sudah ditutup karena dikhawatirkan membeludak lagi sementara sisa dagingnya tidak mencukupi,” pungkasnya.
Pembagian juga diwarnai dengan aksi kecurangan.
>>>Ditangkap Ketahuan Antre Dua Kali
Sebanyak 8 orang tertangkap mengantre daging untuk kedua kalinya. Padahal pihak pengelola Masjid Istiqlal hanya memberi kesempatan 1 kali pada warga.
“Iya saya ngambil 2 kali. Tadi waktu lagi ngantre, ketahuan panitia jari kelingking saya ada bekas tinta warna biru,” ujar Ratim (58), saat ditanyai polisi.
Tinta warna biru tersebut disiapkan panitia sebagai penanda bagi warga yang telah menerima pembagian daging. Ratim mengaku dirinya telah mengoleskan lotion anti nyamuk untuk membersihkan bekas tinta biru tersebut. Namun panitia masih dapat melihat bekas tinta itu.
“Saya takut sih. Tadi belum sempet ngambil lagi. Saya beli sendiri Autan buat bersihin jari,” ujar Ratim.
Lain halnya dengan pengakuan pria asal Jatinegara, Munawar (45). Ia beralasan bungkusan daging yang ia peroleh dirampas oleh orang tak dikenal. Maka, ia pun nekat mengantre kembali untuk yang kedua kalinya.
“Daging saya dibawa orang. Ada yang nawar mau beli, terus ditarik dibawa kabur. Emosi nggak dapat, jadi saya antre lagi,” ujar Munawar.
Munawar juga mengaku membersihkan jari kelingkingnya dengan lotion anti nyamuk. Ia terinspirasi menggunakan lotion tersebut saat melihat ada warga lain yang bertindak serupa. Berbeda lagi dengan pengakuan Aang (32) dan Yeni (30). Kedua perempuan ini menyangkal disebut antre 2 kali.
“Ini bekas tinta kemarin saya ngambil di Cut Nyak Dien. Saya kira di sini enggak pakai tinta,” sangkalnya.
Sementara Yeni mengaku warna biru di kelingkingnya karena menggunakan obat biru untuk sariawan anaknya. “Belum ngantre. Demi Allah. Ini obat biru. Belum ngambil daging,” cerocosnya saat digelandang oleh polisi.
Kedelapan orang itu kini dibawa ke Polsek Sawah Besar untuk dimintai keterangan. “Kita minta keterangan saja, kasih pengarahan. Masa ambil daging kita kasih pidana pencurian,” kata Kabag Operasi Polres Jakarta Pusat, AKBP Apollo Sinambella. (net/bbs)