26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Percetakan Uang Terancam E-Money

Percetakan Uang
Percetakan Uang

JAKARTA-Kampanye cashless society atau masyarakat tanpa uang tunai memantik kekhawatiran industri percetakan uang kertas. Tak hanya melanda Indonesia, pabrikan uang kertas di Asia Pasifik juga memberi perhatian khusus terhadap perubahan tren bertransaksi di masa depan.

“Untuk menghadapi perubahan ini, kami tengah menunggu roadmap cashless society oleh Bank Indonesia,” ungkap Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mahmuddin Yasin usai membuka konferensi ke-20 Percetakan Uang dan Bank Sentral di Wilayah Semenanjung Pasifik di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, kemarin (21/10).

Konferensi yang diadakan setiap dua tahun sekali itu dihadiri oleh 15 negara anggota. Antara lain AS, Australia, Brasil, Tiongkok, Kolombia, Chili, Thailand, Filipina, Meksiko, Korea, Jepang, India, Hongkong, Kanada, dan Indonesia sebagai tuan rumah. Dalam pertemuan kali ini, konferensi yang dilaksanakan di dua tempat, yakni di Jakarta dan Bali pada 20-26 Oktober. Mereka membahas desain uang kertas, metode produksi, peralatan, penelitian dan pengembangan, sistem distribusi, pencegahan pemalsuan, hingga pertukaran informasi tentang kemungkinan perkembangan percetakan uang, mengingat ambisi untuk cash lesh society.

Meski tantangan di depan mata, Presiden Direktur Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) Prasetio masih optimistis permintaan uang kertas tetap tinggi. Hal ini juga telah dibuktikan di beberapa negara yang menggenjot cashless society-nya. “Karena e-Money (electronic money) cenderung digunakan oleh kalangan menengah atas. Uang kertas saya kira masih dibutuhkan, apalagi jangkauan di Indonesia itu besar,” jelasnya di tempat yang sama.

Namun demikian, pihaknya masih menanti roadmap cashless society oleh BI, yang rencananya dipaparkan pada hari kedua konferensi. (jp/jpnn)

Percetakan Uang
Percetakan Uang

JAKARTA-Kampanye cashless society atau masyarakat tanpa uang tunai memantik kekhawatiran industri percetakan uang kertas. Tak hanya melanda Indonesia, pabrikan uang kertas di Asia Pasifik juga memberi perhatian khusus terhadap perubahan tren bertransaksi di masa depan.

“Untuk menghadapi perubahan ini, kami tengah menunggu roadmap cashless society oleh Bank Indonesia,” ungkap Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mahmuddin Yasin usai membuka konferensi ke-20 Percetakan Uang dan Bank Sentral di Wilayah Semenanjung Pasifik di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, kemarin (21/10).

Konferensi yang diadakan setiap dua tahun sekali itu dihadiri oleh 15 negara anggota. Antara lain AS, Australia, Brasil, Tiongkok, Kolombia, Chili, Thailand, Filipina, Meksiko, Korea, Jepang, India, Hongkong, Kanada, dan Indonesia sebagai tuan rumah. Dalam pertemuan kali ini, konferensi yang dilaksanakan di dua tempat, yakni di Jakarta dan Bali pada 20-26 Oktober. Mereka membahas desain uang kertas, metode produksi, peralatan, penelitian dan pengembangan, sistem distribusi, pencegahan pemalsuan, hingga pertukaran informasi tentang kemungkinan perkembangan percetakan uang, mengingat ambisi untuk cash lesh society.

Meski tantangan di depan mata, Presiden Direktur Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) Prasetio masih optimistis permintaan uang kertas tetap tinggi. Hal ini juga telah dibuktikan di beberapa negara yang menggenjot cashless society-nya. “Karena e-Money (electronic money) cenderung digunakan oleh kalangan menengah atas. Uang kertas saya kira masih dibutuhkan, apalagi jangkauan di Indonesia itu besar,” jelasnya di tempat yang sama.

Namun demikian, pihaknya masih menanti roadmap cashless society oleh BI, yang rencananya dipaparkan pada hari kedua konferensi. (jp/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/