30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Investor Korsel Lirik Limbah Kelapa Sawit Sumut

Foto: Rasyid/Sumut Pos Buah kelapa sawit di Sumut. Limbah sawit asal Sumut diminati Korsel.
Foto: Rasyid/Sumut Pos
Buah kelapa sawit di Sumut. Limbah sawit asal Sumut diminati Korsel.

 

MEDAN– Investor Korea Selatan mulai melirik potensi limbah kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara untuk dijadikan bahan baku energy biomasa. Untuk memperoleh suplai yang cukup investor negeri ginseng itu sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Sumatera Utara.

Tingginya potensi Sumatera Utara menyediakan bahan baku energi biomassa ini, ditindaklanjuti Manager Biomass Departement Kyung Dong Corporation Yoon Hyoyoung. Yoon Hyoyoung telah melakukan koordinasi terkait riset pasar ke Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara untuk melihat potensi bahan baku (row material) yang berasal dari limbah tanaman.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Aspan Sofyan, dalam pertemuan dengan Yoon Hyoyoung mengatakan, Kyung Dong Corporation melaksanakan ekspansi  bisnis ke bidang energy biomasa. Produk mereka nantinya berbentuk pellet biomassa yang bisa digunakan sebagai sumber energy panas dan telah punya pasar di Jepang.

Untuk menghasilkan pellet biomassa secara berkesinambungan, pabrik biomassa Kyung Dong Corpration  memerlukan bahan baku sebanyak 200.000 metrik ton per tahun. Saat ini  sebagian bahan baku berasal dari PT Sinar Mas Group di Samarinda. Sebagian lagi direncanakan dari bahan baku (row material) yang berasal dari limbah tanaman perkebunan khususnya limbah yang berasal dari tanaman kelapa sawit (pelepah sawit), kayu kelapa,  karet  dan kakao di Provinsi Sumatera Utara.”Untuk pemenuhan bahan baku energy biomasa tersebutlah mereka datang,” kata Aspan.

Kepada perusahan Korsel tersebut, Aspan memberikan informasi bahwa  bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera seluas 1.118.733,26 hektar, karet seluas 581.677,11 hektar, kelapa seluas 112.952,42 hektar dan kakao seluas 79.728,54 hektar dan sisanya tanaman tidak menghasilkan (TTM).”Dari keempat komoditi  seluas 75.815,94 hektar tersebut  sangat potensial untuk mendukung pengembangan energy biomassa,” ujarnya. (bbs)

Foto: Rasyid/Sumut Pos Buah kelapa sawit di Sumut. Limbah sawit asal Sumut diminati Korsel.
Foto: Rasyid/Sumut Pos
Buah kelapa sawit di Sumut. Limbah sawit asal Sumut diminati Korsel.

 

MEDAN– Investor Korea Selatan mulai melirik potensi limbah kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara untuk dijadikan bahan baku energy biomasa. Untuk memperoleh suplai yang cukup investor negeri ginseng itu sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Sumatera Utara.

Tingginya potensi Sumatera Utara menyediakan bahan baku energi biomassa ini, ditindaklanjuti Manager Biomass Departement Kyung Dong Corporation Yoon Hyoyoung. Yoon Hyoyoung telah melakukan koordinasi terkait riset pasar ke Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara untuk melihat potensi bahan baku (row material) yang berasal dari limbah tanaman.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Aspan Sofyan, dalam pertemuan dengan Yoon Hyoyoung mengatakan, Kyung Dong Corporation melaksanakan ekspansi  bisnis ke bidang energy biomasa. Produk mereka nantinya berbentuk pellet biomassa yang bisa digunakan sebagai sumber energy panas dan telah punya pasar di Jepang.

Untuk menghasilkan pellet biomassa secara berkesinambungan, pabrik biomassa Kyung Dong Corpration  memerlukan bahan baku sebanyak 200.000 metrik ton per tahun. Saat ini  sebagian bahan baku berasal dari PT Sinar Mas Group di Samarinda. Sebagian lagi direncanakan dari bahan baku (row material) yang berasal dari limbah tanaman perkebunan khususnya limbah yang berasal dari tanaman kelapa sawit (pelepah sawit), kayu kelapa,  karet  dan kakao di Provinsi Sumatera Utara.”Untuk pemenuhan bahan baku energy biomasa tersebutlah mereka datang,” kata Aspan.

Kepada perusahan Korsel tersebut, Aspan memberikan informasi bahwa  bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera seluas 1.118.733,26 hektar, karet seluas 581.677,11 hektar, kelapa seluas 112.952,42 hektar dan kakao seluas 79.728,54 hektar dan sisanya tanaman tidak menghasilkan (TTM).”Dari keempat komoditi  seluas 75.815,94 hektar tersebut  sangat potensial untuk mendukung pengembangan energy biomassa,” ujarnya. (bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/