26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rektor Seminari Roboh dan Meninggal Usai Lari 7 Km

Rektor meninggal usai marathon
Rektor meninggal usai marathon

SUMUTPOS.CO-Rektor Sekolah Tinggi Seminari Mertoyudan, Ignatius Sumarya (60) meninggal saat mengikuti Jakarta Marathon di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (27/10) pagi.

Pria asal Semarang itu roboh sebelum sampai finish dalam kategori lari 10 Km  memperebutkan hadiah uang sebesar USD 2.000 atau Rp20 Juta.

Kepala Bagian Medis Jakarta Marathon, Iwan Kurniawan menjelaskan, Sumarya terjatuh dan pingsan saat melintasi Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Kemudian ia dilarikan ke RS Jakarta namun nyawanya tak terselamatkan. “Terjatuh di sekitar Sarinah pukul 06.15 WIB, dilarikan ke RS Jakarta dan dinyatakan meninggal pukul 07.15 WIB,” ujar Iwan.

Sumarya sudah berlari sejauh 7 km dari jarak 10 km dalam kategori yang dipilihnya. “Sudah sekitar 7 Km, jadi kurang 3 Km dari finis,” sambung perwakilan Jakarta Marathon Gunawan Wibisono, saat ditemui di RS Saint Carolus, Salemba, Jakpus, Minggu (27/10).

Rencananya keluarga akan membawa jenazah rektor itu akan disemayamkan di Semarang besok (hari ini). “Besok diberangkatkan (ke Semarang) dari Kanisius Menteng,” kata keponakan Sumarya, Agustinus Mursid Prananto (38), di RS Saint Carolus.

Dalam papan pengumuman di ruang tempat jenasah Sumarya disemayamkan, disebutkan jenazah akan dibawa ke Kapel Kolese Kanisius Pukul 19.30 Wib lalu digelar Misa Requiem pukul 20.00 Wib.

Besok (28/10) pukul 11.00- 13.00 WIB digelar kembali Misa Requiem dan pukul 16.30 WIB jenasah diberangkatkan ke Girisonta (Semarang). Selasa (29/10) pukul 10.00 Wib Misa Requiem dilanjutkan pemakaman.

Pihak Jakarta Marathon sudah menyambangi RS Saint Carolus di Salemba, Jakpus tempat Ignatius Sumarya (60) peserta yang meninggal disemayamkan. Panitia datang untuk memberikan santunan kepada Sumarya.

“Kita dari pihak sponsor yakni Bank Mandiri akan memberikan santunan untuk Romo (Sumarya),” kata perwakilan penyelenggara Jakarta Marathon Gunawan Wibisono.

Menurutnya, untuk even internasional seperti Jakarta Marathon memang setiap peserta harus mengisi form asuransi. “Tapi Romo tidak mau mengisinya, jadi ini inisiatif kami saja,” ujarnya tanpa menjelaskan alasan Sumarya enggan mengisi.

Soal besaran santunan yang akan diberikan belum ditentukan, namun pihak sponsor akan menyalurkan itu kepada seminari Mertoyudan yaitu sekolah tinggi yang dipimpin oleh Sumarya.

“Kesepakatan dengan keluarga akan diserahkan ke seminari Mertoyudan,” ucapnya.

Gunawan menyatakan, sebelum mengikuti lari Jakarta Marathon Sumarya memang tak mengikuti tes kesehatan, karena tes itu hanya diberlakukan untuk pelari jarak 21 Km dan 42 Km. Sumaryo hanya ikut kategori 10 Km.

“Jadi kalau yang 5 Km dan 10 Km kan sifatnya fun run, jadi tidak ada tes kesehatan, kalau yang 21 Km dan 42 Km pasti ada tes kesehatannya,” kata Bambang.

 

Ignatius Sumarya mengikuti Jakarta Marathon kategori 10 Km untuk kegiatan amal bagi kampusnya. Hal itu disampaikan sahabat Ignatius, Romo Karolus Jande (55). Menurut Karolus, Ignatius Sumarya mengikuti kegiatan Jakarta Maraton dalam rangka penggalangan dana untuk seminari yang mereka pimpin.

“Karena siswa seminari banyak yang tidak mampu, jadi penggalangan dana untuk siswanya,” ucap Romo Karolus saat ditemui di RS Saint Calous, kemarin.

Karolus menyatakan, Ignatius Sumarya yang mendapat nomor 8.260 sebagai peserta itu, berasal dari Semarang. Soal penyebab kematian, Karolus belum mengetahui pasti termasuk dugaan sakit jantung yang sebelumnya disampaikan bagian medis Jakarta Marathon.

 

>>>Nyetir Sendiri Dari Semarang

Meski sudah berusia 60 tahun, Ignatius Sumarya masih semangat mengikuti lomba lari Jakarta Marathon. Bahkan, untuk sampai ke arena perlombaan, dia menyetir sendiri dari rumahnya di Semarang, Jateng. Keponakan Sumarya, Agustinus Mursid Prananto (38) mengatakan, Sumaryo memang memiliki hobi menyetir. Sejak dulu, dia tak pernah mau menggunakan sopir.

“Romo memang hobinya nyetir mobil sendiri, dari dulu nggak mau pakai sopir. Beliau kalau ke mana-mana pasti nyetir sendiri,” kata Mursid di RS Carolus.

Saat berangkat, Mursid melihat kondisi pamannya itu dalam kondisi bugar dan sehat. Tidak ada firasat atau kabar yang menunjukkan penurunan kondisi rektor Sekolah Tinggi Seminari Mertoyudan itu.

“Sama sekali tidak, bahkan semalam Romo masih telepon, suaranya begitu bersemangat untuk mengikuti Jakarta Marathon,” jelasnya.

Apakah beliau lari sendiri? “Oh tidak, jadi kan di Jakarta ini ada ratusan alumni Seminari Mertoyudan, jadi beliau lari bersama mantan-mantan muridnya,” sambung Mursid.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu mengaku akan mencari tahu detail peristiwa meninggalnya Sumaryo. Ia pun meminta ke depannya para peserta marathon dalam kondisi prima.

“Yang meninggal, saya lihat dulu kejadiannya seperti apa? Harusnya kan yang ikut marathon itu harus dalam kondisi yang prima. Kita harus pelajari nanti persyaratannya seperti apa,” ujar Marie. (net/bbs/fal)

Rektor meninggal usai marathon
Rektor meninggal usai marathon

SUMUTPOS.CO-Rektor Sekolah Tinggi Seminari Mertoyudan, Ignatius Sumarya (60) meninggal saat mengikuti Jakarta Marathon di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (27/10) pagi.

Pria asal Semarang itu roboh sebelum sampai finish dalam kategori lari 10 Km  memperebutkan hadiah uang sebesar USD 2.000 atau Rp20 Juta.

Kepala Bagian Medis Jakarta Marathon, Iwan Kurniawan menjelaskan, Sumarya terjatuh dan pingsan saat melintasi Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat. Kemudian ia dilarikan ke RS Jakarta namun nyawanya tak terselamatkan. “Terjatuh di sekitar Sarinah pukul 06.15 WIB, dilarikan ke RS Jakarta dan dinyatakan meninggal pukul 07.15 WIB,” ujar Iwan.

Sumarya sudah berlari sejauh 7 km dari jarak 10 km dalam kategori yang dipilihnya. “Sudah sekitar 7 Km, jadi kurang 3 Km dari finis,” sambung perwakilan Jakarta Marathon Gunawan Wibisono, saat ditemui di RS Saint Carolus, Salemba, Jakpus, Minggu (27/10).

Rencananya keluarga akan membawa jenazah rektor itu akan disemayamkan di Semarang besok (hari ini). “Besok diberangkatkan (ke Semarang) dari Kanisius Menteng,” kata keponakan Sumarya, Agustinus Mursid Prananto (38), di RS Saint Carolus.

Dalam papan pengumuman di ruang tempat jenasah Sumarya disemayamkan, disebutkan jenazah akan dibawa ke Kapel Kolese Kanisius Pukul 19.30 Wib lalu digelar Misa Requiem pukul 20.00 Wib.

Besok (28/10) pukul 11.00- 13.00 WIB digelar kembali Misa Requiem dan pukul 16.30 WIB jenasah diberangkatkan ke Girisonta (Semarang). Selasa (29/10) pukul 10.00 Wib Misa Requiem dilanjutkan pemakaman.

Pihak Jakarta Marathon sudah menyambangi RS Saint Carolus di Salemba, Jakpus tempat Ignatius Sumarya (60) peserta yang meninggal disemayamkan. Panitia datang untuk memberikan santunan kepada Sumarya.

“Kita dari pihak sponsor yakni Bank Mandiri akan memberikan santunan untuk Romo (Sumarya),” kata perwakilan penyelenggara Jakarta Marathon Gunawan Wibisono.

Menurutnya, untuk even internasional seperti Jakarta Marathon memang setiap peserta harus mengisi form asuransi. “Tapi Romo tidak mau mengisinya, jadi ini inisiatif kami saja,” ujarnya tanpa menjelaskan alasan Sumarya enggan mengisi.

Soal besaran santunan yang akan diberikan belum ditentukan, namun pihak sponsor akan menyalurkan itu kepada seminari Mertoyudan yaitu sekolah tinggi yang dipimpin oleh Sumarya.

“Kesepakatan dengan keluarga akan diserahkan ke seminari Mertoyudan,” ucapnya.

Gunawan menyatakan, sebelum mengikuti lari Jakarta Marathon Sumarya memang tak mengikuti tes kesehatan, karena tes itu hanya diberlakukan untuk pelari jarak 21 Km dan 42 Km. Sumaryo hanya ikut kategori 10 Km.

“Jadi kalau yang 5 Km dan 10 Km kan sifatnya fun run, jadi tidak ada tes kesehatan, kalau yang 21 Km dan 42 Km pasti ada tes kesehatannya,” kata Bambang.

 

Ignatius Sumarya mengikuti Jakarta Marathon kategori 10 Km untuk kegiatan amal bagi kampusnya. Hal itu disampaikan sahabat Ignatius, Romo Karolus Jande (55). Menurut Karolus, Ignatius Sumarya mengikuti kegiatan Jakarta Maraton dalam rangka penggalangan dana untuk seminari yang mereka pimpin.

“Karena siswa seminari banyak yang tidak mampu, jadi penggalangan dana untuk siswanya,” ucap Romo Karolus saat ditemui di RS Saint Calous, kemarin.

Karolus menyatakan, Ignatius Sumarya yang mendapat nomor 8.260 sebagai peserta itu, berasal dari Semarang. Soal penyebab kematian, Karolus belum mengetahui pasti termasuk dugaan sakit jantung yang sebelumnya disampaikan bagian medis Jakarta Marathon.

 

>>>Nyetir Sendiri Dari Semarang

Meski sudah berusia 60 tahun, Ignatius Sumarya masih semangat mengikuti lomba lari Jakarta Marathon. Bahkan, untuk sampai ke arena perlombaan, dia menyetir sendiri dari rumahnya di Semarang, Jateng. Keponakan Sumarya, Agustinus Mursid Prananto (38) mengatakan, Sumaryo memang memiliki hobi menyetir. Sejak dulu, dia tak pernah mau menggunakan sopir.

“Romo memang hobinya nyetir mobil sendiri, dari dulu nggak mau pakai sopir. Beliau kalau ke mana-mana pasti nyetir sendiri,” kata Mursid di RS Carolus.

Saat berangkat, Mursid melihat kondisi pamannya itu dalam kondisi bugar dan sehat. Tidak ada firasat atau kabar yang menunjukkan penurunan kondisi rektor Sekolah Tinggi Seminari Mertoyudan itu.

“Sama sekali tidak, bahkan semalam Romo masih telepon, suaranya begitu bersemangat untuk mengikuti Jakarta Marathon,” jelasnya.

Apakah beliau lari sendiri? “Oh tidak, jadi kan di Jakarta ini ada ratusan alumni Seminari Mertoyudan, jadi beliau lari bersama mantan-mantan muridnya,” sambung Mursid.

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu mengaku akan mencari tahu detail peristiwa meninggalnya Sumaryo. Ia pun meminta ke depannya para peserta marathon dalam kondisi prima.

“Yang meninggal, saya lihat dulu kejadiannya seperti apa? Harusnya kan yang ikut marathon itu harus dalam kondisi yang prima. Kita harus pelajari nanti persyaratannya seperti apa,” ujar Marie. (net/bbs/fal)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/