SUMUTPOS.CO – Sejumlah pengguna media sosial mengutarakan kemarahan mereka terkait tewasnya seekor kuda di tengah lomba pacuan kuda akbar Melbourne Cup di Melbourne, Australia, Selasa (05/11/2013) kemarin.
Verema, kuda berusia lima tahun, mengalami cidera tulang kaki sekitar 1.200 meter setelah mulai berlari dari garis awal.
Beberapa media memuat foto kain berwarna hijau yang menutupi kuda yang terpaksa dimatikan tersebut.
Banyak pengguna media sosial seperti Twitter, Facebook dan bagian komentar pembaca di berita online yang mengkritisi kematian kuda tersebut dan juga kurangnya pemberitaan tentang peristiwa ini.
“Inilah efek samping buruk pacuan kuda, rest in peace #Verema,” demikian salah satu kicauan pengguna Twitter @joshnappa.
“Singkatnya, inilah alasan mengapa saya tidak mendukung pacuan kuda. Mungkin bila lebih banyak orang yang mengetahui berapa banyak kuda yang mati demi para pejudi, keadaan akan menjadi berbeda,” komentar seorang pengguna Facebook James Stevens.
“Saya tidak akan menyebut ratusan kuda yang dikirim ke rumah jagal karena mereka lamban, tidak bisa dikendalikan, menyusahkan atau hanya karena biasa-biasa saja. Setidaknya mulai ada perubahan dalam perlombaan anjing, tapi tidak untuk kuda,” tambahnya. (NET)
SUMUTPOS.CO – Sejumlah pengguna media sosial mengutarakan kemarahan mereka terkait tewasnya seekor kuda di tengah lomba pacuan kuda akbar Melbourne Cup di Melbourne, Australia, Selasa (05/11/2013) kemarin.
Verema, kuda berusia lima tahun, mengalami cidera tulang kaki sekitar 1.200 meter setelah mulai berlari dari garis awal.
Beberapa media memuat foto kain berwarna hijau yang menutupi kuda yang terpaksa dimatikan tersebut.
Banyak pengguna media sosial seperti Twitter, Facebook dan bagian komentar pembaca di berita online yang mengkritisi kematian kuda tersebut dan juga kurangnya pemberitaan tentang peristiwa ini.
“Inilah efek samping buruk pacuan kuda, rest in peace #Verema,” demikian salah satu kicauan pengguna Twitter @joshnappa.
“Singkatnya, inilah alasan mengapa saya tidak mendukung pacuan kuda. Mungkin bila lebih banyak orang yang mengetahui berapa banyak kuda yang mati demi para pejudi, keadaan akan menjadi berbeda,” komentar seorang pengguna Facebook James Stevens.
“Saya tidak akan menyebut ratusan kuda yang dikirim ke rumah jagal karena mereka lamban, tidak bisa dikendalikan, menyusahkan atau hanya karena biasa-biasa saja. Setidaknya mulai ada perubahan dalam perlombaan anjing, tapi tidak untuk kuda,” tambahnya. (NET)