AMERICO Barbosa masih ragu-ragu untuk menyentuh tuas derek yang ada di di depannya. Pekerja kontruksi berusia 26 tahun itu hanya melihat derek itu sembari sesekali menatap ke atas. Bersama 1.350 rekannya, Barbosa telah kembali bekerja di Arena do Sao Paulo kemarin pagi waktu setempat (2/12).
Sejak kecelakaan yang menghilangkan nyawa dua pekerja di Arena Do Sao Paulo Rabu lalu (25/11), aktivitas kerja memang sempat diliburkan oleh perusahaan konstruksi Oderbecht. Dua pekerja yang menjadi korban reruntuhan atap berbobot sekitar 500 ton itu adalah Fabio Luis Pereira (42 tahun) dan Ronaldo Olivieira dos Santos (44 tahun).
Atap itu runtuh karena dihantam derek seberat 1.500 ton yang tiba-tiba lepas kontrol. Ketika atap tersebut runtuh, Pereira tengah berada di sebuah truk, sedangkan Santos tengah duduk-duduk beristirahat di area yang tak jauh dari truk.
Penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan pihak berwajib. Tapi, meski telah memberi lampu hijau pengerjaan kontruksi di Arena do Sao Paulo, kementerian tenaga kerja Brasil melarang pengoperasi sembilan derek sampai Oderbecht memberikan garansi aman.
“Semua pekerja masih diliputi kesedihan sekaligus ketakutan mengenai apa yang bisa menimpa saat kembali bekerja,” kata Barbosa seperti dikutip CTV News.
“Tapi, kami adalah orang Brasil dan orang Brasil tidak gampang putus asa. Kami akan menuntaskan pekerjaan sehingga pertandingan pertama Piala Dunia bisa digelar di stadion ini,” imbuh pria yang pulang-pergi bekerja dengan naik sepeda tersebut.
Ya, selain akan mengawali kickoff Piala Dunia 2014, Arena do Sao Paulo juga menggelar tiga laga fase grup serta masing-masing satu laga 16 besar dan semifinal. Tapi, menyusul kecelakaan Rabu lalu, stadion milik klub yang dibela Alexandre Pato, Corinthians, itu diragukan bakal siap sesuai deadline FIFA akhir tahun ini (31/12).
“Penyelesaian stadion sepertinya akan tertunda dua bulan atau baru selesai Februari. Itu pun kami masih beruntung. Jika Rabu lalu derek yang jatuh itu melenceng sekitar 20 derajat lagi, maka struktur utama penyangga stadion bakal rusak sehingga mustahil stadion selesai saat Piala Dunia,” beber Jorg Spangenberg, teknisi struktural Arena do Sao Paulo, kepada Bloomberg.
Bersama Arena das Dunas di Natal, Arena do Sao Paulo merupakan dua stadion yang sebenarnya diharapkan sudah siap pakai akhir tahun ini. Sampai awal Desember, tercatat masih ada enam stadion yang masih dalam pengerjaan. Sedangkan enam lainnya sudah siap dan telah digunakan sebagai venue Piala Konfederasi pada 15-30 Juni lalu.
Meski separo venue belum siap, Ketua LOC (panpel lokal) Piala Dunia 2014 Ricardo Trade menyatakan tidak khawatir. Trade menjanjikan negerinya akan mengusung filosofi Hercules dalam menuntaskan pengerjaan stadion. “Kami akan bekerja sangat-sangat keras karena kami meyakini semua venue siap saat hari H. FIFA juga telah menyatakan tak ada Plan B,” kata Trade kepada TV Globo.
Jika dicermati, Brasil memang menghadapi masalah kompleks dalam memenuhi deadline 12 stadion Piala Dunia 2014 pada 31 Desember nanti. Selain biaya yang terus membengkak, konflik antarpihak yang melibatkan pemegang saham stadion, konstruktor, pemerintah, sampai FIFA.
Belum lagi kritik dan demo yang tak pernah surut di Brasil. Publik negeri Samba memang merasa negerinya terlalu fokus dengan olahraga dan bangga dengan status sebagai host Piala Dunia 2014 plus Olimpiade 2016 sehingga menganaktirikan urusan lainnya seperti pendidikan dan kesejahteraan rakyat. (dns)