26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Produksi Rokok Tembus 341,9 Miliar Batang

Rokok kretek di Indonesia. Lebih dari separuh penduduk laki-laki di Indonesia merokok setiap hari.
Rokok kretek di Indonesia. Lebih dari separuh penduduk laki-laki di Indonesia merokok setiap hari.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tahun lalu, ketika sebagian pos penerimaan perpajakan gagal mencapai target, penerimaan cukai justru moncer dan melampaui target. Rupanya, ini karena adanya lonjakan produksi rokok sepanjang akhir tahun 2013 lalu.

Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Susiwijono Moegiarso mengatakan, hingga akhir November 2013, Ditjen Bea Cukai masih memproyeksi produksi rokok Indonesia akan ada di kisaran 336,5 miliar batang. ‘Tapi, hasil kompilasi data pada awal Januari ini, realisasi produksinya ternyata mencapai 341,9 miliar batang,’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (14/1).

Menurut Susiwijono, realisasi tersebut merupakan volume produksi rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret putih mesin (SPM). Jika dibandingkan dengan volume produksi rokok 2012 yang sebesar 326,8 miliar, berarti volume produksi 2013 mencatat kenaikan hingga 15,1 miliar batang atau 4,1 persen. ‘Kenaikan volume produksi rokok ini sejalan dengan ekspansi perusahaan-perusahaan rokok,’ katanya.

Berdasar laporan yang dihimpun Ditjen Bea Cukai, raksasa-raksasa produsen rokok Indonesia memang melakukan ekspansi besar pada 2013 lalu. Misalnya, Misalnya, Wismilak yang mengoperasikan mesin baru dengan kapasitas produksi sekitar 1,5 miliar batang rokok per tahun. Adapun PT Gudang Garam mengembangkan pabrik bari di Pasuruan dan Gresik.

Selain itu, Djarum Kudus juga menambah dua line produksi rokok dan merencanakan sistem kerja shift 24 jam dengan tujuan menaikkan kapasitas produksi SKM menjadi 15 ribu batang per menit. Lalu, PT HM Sampoerna yang mengembangkan pabrik baru di Purwokerto, Pasuruan, Madiun serta Panarukan. ‘Jadi ada perluasan pabrik, penambahan mesin, dan optimalisasi shift atau jam kerja karyawan,’ jelasnya.

Susiwijono mengakui, kenaikan produksi rokok itulah yang menjadi faktor utama terlampauinya target penerimaan cukai. Ditjen Bea Cukai mencatat, realisasi penerimaan cukai pada 2013 lalu mencapai Rp 108,45 triliun atau 103,55 persen dari target yang dipatok dalam APBN-Perubahan 2013 sebesar Rp 104,72 triliun. Dibanding penerimaan cukai 2012 yang sebesar Rp 95,02 triliun, realisasi tahun 2013 berarti naik 14,14 persen.

Menurut Susiwijono, dari tiga komoditas kena cukai, rokok memang memberi konstribusi signifikan. Dari total penerimaan Rp 108,45 triliun, kontribusi cukai rokok mencapai Rp 103,02 triliun, lalu cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) Rp 4,68 triliun, dan etil alkohol (EA) Rp 160 miliar.

Susiwijono menyebut, realisasi penerimaan cukai 2013 lalu juga tertolong oleh kenaikan tarif cukai sebesar rata-rata 8,5 persen yang berlaku mulai 25 Desember 2012. Selain itu, penerapan tarif cukai full spesifik atau rupiah per batang juga menjadi bagian dari intensifikasi yang mendorong penerimaan cukai. ‘Tahun ini, tarif cukai rokok tidak naik, tapi kami proyeksi volume produksi rokok akan kembali naik,’ ucapnya. (owi)

 

Produksi Rokok dan Realisasi Cukai

Tahun           Miliar Batang           Rp Triliun

2012            326,8                   95,02

2013            341,9                   108,45

Sumber: Ditjen Bea Cukai

Rokok kretek di Indonesia. Lebih dari separuh penduduk laki-laki di Indonesia merokok setiap hari.
Rokok kretek di Indonesia. Lebih dari separuh penduduk laki-laki di Indonesia merokok setiap hari.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tahun lalu, ketika sebagian pos penerimaan perpajakan gagal mencapai target, penerimaan cukai justru moncer dan melampaui target. Rupanya, ini karena adanya lonjakan produksi rokok sepanjang akhir tahun 2013 lalu.

Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Susiwijono Moegiarso mengatakan, hingga akhir November 2013, Ditjen Bea Cukai masih memproyeksi produksi rokok Indonesia akan ada di kisaran 336,5 miliar batang. ‘Tapi, hasil kompilasi data pada awal Januari ini, realisasi produksinya ternyata mencapai 341,9 miliar batang,’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (14/1).

Menurut Susiwijono, realisasi tersebut merupakan volume produksi rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret putih mesin (SPM). Jika dibandingkan dengan volume produksi rokok 2012 yang sebesar 326,8 miliar, berarti volume produksi 2013 mencatat kenaikan hingga 15,1 miliar batang atau 4,1 persen. ‘Kenaikan volume produksi rokok ini sejalan dengan ekspansi perusahaan-perusahaan rokok,’ katanya.

Berdasar laporan yang dihimpun Ditjen Bea Cukai, raksasa-raksasa produsen rokok Indonesia memang melakukan ekspansi besar pada 2013 lalu. Misalnya, Misalnya, Wismilak yang mengoperasikan mesin baru dengan kapasitas produksi sekitar 1,5 miliar batang rokok per tahun. Adapun PT Gudang Garam mengembangkan pabrik bari di Pasuruan dan Gresik.

Selain itu, Djarum Kudus juga menambah dua line produksi rokok dan merencanakan sistem kerja shift 24 jam dengan tujuan menaikkan kapasitas produksi SKM menjadi 15 ribu batang per menit. Lalu, PT HM Sampoerna yang mengembangkan pabrik baru di Purwokerto, Pasuruan, Madiun serta Panarukan. ‘Jadi ada perluasan pabrik, penambahan mesin, dan optimalisasi shift atau jam kerja karyawan,’ jelasnya.

Susiwijono mengakui, kenaikan produksi rokok itulah yang menjadi faktor utama terlampauinya target penerimaan cukai. Ditjen Bea Cukai mencatat, realisasi penerimaan cukai pada 2013 lalu mencapai Rp 108,45 triliun atau 103,55 persen dari target yang dipatok dalam APBN-Perubahan 2013 sebesar Rp 104,72 triliun. Dibanding penerimaan cukai 2012 yang sebesar Rp 95,02 triliun, realisasi tahun 2013 berarti naik 14,14 persen.

Menurut Susiwijono, dari tiga komoditas kena cukai, rokok memang memberi konstribusi signifikan. Dari total penerimaan Rp 108,45 triliun, kontribusi cukai rokok mencapai Rp 103,02 triliun, lalu cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) Rp 4,68 triliun, dan etil alkohol (EA) Rp 160 miliar.

Susiwijono menyebut, realisasi penerimaan cukai 2013 lalu juga tertolong oleh kenaikan tarif cukai sebesar rata-rata 8,5 persen yang berlaku mulai 25 Desember 2012. Selain itu, penerapan tarif cukai full spesifik atau rupiah per batang juga menjadi bagian dari intensifikasi yang mendorong penerimaan cukai. ‘Tahun ini, tarif cukai rokok tidak naik, tapi kami proyeksi volume produksi rokok akan kembali naik,’ ucapnya. (owi)

 

Produksi Rokok dan Realisasi Cukai

Tahun           Miliar Batang           Rp Triliun

2012            326,8                   95,02

2013            341,9                   108,45

Sumber: Ditjen Bea Cukai

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/