29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Defisit APBN Bengkak Rp16 T

JAKARTA- Pemerintah memperkirakan defisit APBN tahun ini bakal bertambah Rp16 triliun. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, pembengkakan defisit tersebut disebabkan tingginya harga minyak, penurunan lifting (produksi siap jual) minyak, serta pembengkakan volume konsumsi BBM bersubsidi.
“Itu yang kurang lebih kita melihat bahwa itu risiko fiskal bisa mencapai Rp 16 triliun,” kata Menkeu di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, kemarin.

Agus mengatakan, pembengkakan defisit juga disebabkan penyesuaian anggaran pendidikan yang harus ditambah karena volume APBN yang meningkat.

Dalam APBN 2011, defisit APBN diperkirakan mencapai Rp124,7 triliun atau 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto. Menkeu optimistis masih banyak sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. “Alternatifnya kan cukup banyak, nanti kita akan selalu jaga likuiditasnnya,” kata Agus.

Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) di bulan April telah menyentuh level USD123,4 per barel. Dalam APBN, subsidi BBM dianggarkan Rp95,9 triliun.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, kebijakan subsidi harus terus diperbaiki agar tidak dinikmati orang yang tidak layak menerima. “Anggaran yang benar adalah anggaran yang tidak dihabiskan begitu saja oleh subsidi harga yang mengena semua orang. Kita jangan kasih sinyal yang salah, bahwa di Indonesia yang tidak berhak subsidi dikasih subsidi,” kata Bambang.

Pemerintah bakal mengubah sejumlah asumsi makro ekonomi 2011. Pertumbuhan ekonomi direvisi naik menjadi 6,5 persen, dari perkiraan semula 6,4 persen. Antara lain, rata-rata nilai tukar sepanjang 2011 diperkirakan sekitar Rp8.800-9.000 per USD, lebih kuat dibandingkan asumsi Rp9.250 per USD di APBN.

Inflasi diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula yang 5,3 persen menjadi 6,0 persen. Untuk SBI 3 bulan, tidak lagi menjadi dasar penentuan tingkat bunga obligasi negara karena Bank Indonesia tidak lagi melelang instrumen moneter tersebut secara reguler.

Sebagai pengganti, pemerintah menggunakan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan sebagai patokan, yang diperkirakan sepanjang 2011 berkisar 5,5 – 6,5 persen.

Kemudian untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada di kisaran 90 dolar AS-100 dolar AS per barel, atau lebih tinggi dari asumsi APBN 80 dolar AS per barel. Produksi siap jual (lifting) minyak diperkirakan hanya mencapai kisaran 945.000-970.000 bph.

Dalam APBN, lifting ditargetkan 970.000 bph. Lifting minyak masih terhambat masalah klasik seperti belum optimalnya sumur-sumur baru, terbatasnya investasi di sektor migas, keterbatasan peralatan dan teknologi, cuaca buruk dan perubahan iklim, serta dampak penerapan asas cabotage. (sof/kim/jpnn)

JAKARTA- Pemerintah memperkirakan defisit APBN tahun ini bakal bertambah Rp16 triliun. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, pembengkakan defisit tersebut disebabkan tingginya harga minyak, penurunan lifting (produksi siap jual) minyak, serta pembengkakan volume konsumsi BBM bersubsidi.
“Itu yang kurang lebih kita melihat bahwa itu risiko fiskal bisa mencapai Rp 16 triliun,” kata Menkeu di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, kemarin.

Agus mengatakan, pembengkakan defisit juga disebabkan penyesuaian anggaran pendidikan yang harus ditambah karena volume APBN yang meningkat.

Dalam APBN 2011, defisit APBN diperkirakan mencapai Rp124,7 triliun atau 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto. Menkeu optimistis masih banyak sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. “Alternatifnya kan cukup banyak, nanti kita akan selalu jaga likuiditasnnya,” kata Agus.

Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) di bulan April telah menyentuh level USD123,4 per barel. Dalam APBN, subsidi BBM dianggarkan Rp95,9 triliun.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, kebijakan subsidi harus terus diperbaiki agar tidak dinikmati orang yang tidak layak menerima. “Anggaran yang benar adalah anggaran yang tidak dihabiskan begitu saja oleh subsidi harga yang mengena semua orang. Kita jangan kasih sinyal yang salah, bahwa di Indonesia yang tidak berhak subsidi dikasih subsidi,” kata Bambang.

Pemerintah bakal mengubah sejumlah asumsi makro ekonomi 2011. Pertumbuhan ekonomi direvisi naik menjadi 6,5 persen, dari perkiraan semula 6,4 persen. Antara lain, rata-rata nilai tukar sepanjang 2011 diperkirakan sekitar Rp8.800-9.000 per USD, lebih kuat dibandingkan asumsi Rp9.250 per USD di APBN.

Inflasi diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan semula yang 5,3 persen menjadi 6,0 persen. Untuk SBI 3 bulan, tidak lagi menjadi dasar penentuan tingkat bunga obligasi negara karena Bank Indonesia tidak lagi melelang instrumen moneter tersebut secara reguler.

Sebagai pengganti, pemerintah menggunakan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan sebagai patokan, yang diperkirakan sepanjang 2011 berkisar 5,5 – 6,5 persen.

Kemudian untuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berada di kisaran 90 dolar AS-100 dolar AS per barel, atau lebih tinggi dari asumsi APBN 80 dolar AS per barel. Produksi siap jual (lifting) minyak diperkirakan hanya mencapai kisaran 945.000-970.000 bph.

Dalam APBN, lifting ditargetkan 970.000 bph. Lifting minyak masih terhambat masalah klasik seperti belum optimalnya sumur-sumur baru, terbatasnya investasi di sektor migas, keterbatasan peralatan dan teknologi, cuaca buruk dan perubahan iklim, serta dampak penerapan asas cabotage. (sof/kim/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/