MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain 7 Warga Negara Indonesia (WNI), ada satu penumpang Malaysia AirlinesĀ yang hilang berkebangsaan Belanda keturunan Indonesia. Penumpang malang itu bernama Surti Dahlia boru Simanjuntak (50). Saat ini keluarganya di Medan tengah harap-harap cemas menanti nasib wanita berdarah batak itu. Info yang dihimpun, Surti sudah 33 tahun pindah kewarganegaraan, karena menikah dengan pria asal Belanda. Pekan lalu Surti pulang ke Medan untuk bertemu dengan keluarganya.
Kakak kandung Surti, Masnur Simanjuntak mengatakan, Surti datang seorang diri. Dia rindu dengan keluarganya. Terakhir kali pulang, sekitar enam tahun silam.Ā āDia rindu bertemu dengan keluarga di sini, sekalian liburan,ā kata Masnur saat ditemui wartawan di rumahnya, Jl. Bajak II, Medan, Minggu (9/3).
Setelah sepekan di Medan, Jumat (7/3) sore keluarga mengantarkan Surti ke Bandara Kuala Namu untuk berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia. Keluarga mulai kawatir Surti ada masalah karena tidak kunjung memberi kabar.
Padahal biasanya langsung mengabari jika sudah sampai. Ternyata Surti termasuk salah seorang penumpang pesawat Malaysia Airlines yang hilang kontak itu. Namanya berada di nomor urut 130 dalam manifest yang dikeluarkan Malaysia Airlines. Mendapati situasi ini, keluarga Surti pun dilanda kecemasan. Mereka berharap pesawat dengan nomor penerbangan MH370 itu segera ditemukan, dan Surti serta seluruh penumpang lainnya dalam keadaan selamat.
Harapan senada juga dikatakan abang kandung Surti, Robinhot Simanjutak. Bahkan, pria 60 tahun itu tak hentinya menangis dan berdoa menunggu kabar adik tercintanya.
Saat kediamannya di Jl. Cangkir No. 44, Kecamatan Medan Petisah disambangi kru koran ini, Robinhot dan keluarganya juga berharap Surti selamat. “Aku anak pertama, kalau dia (korban) anak ke 5 dari 7 bersaudara. Sedih bercampur waswas menunggu kepastian keberadaannya,” lirih pria paruh baya itu seraya menyeka air matanya. “Cerita sama dia (istrinya-red) saja dulu yah, aku masih tak sanggup bercerita banyak,” tambahnya.
Menurut pengakuan istri Robinhot, Delfi boru Siagian (49), dua minggu sebelum kejadian mereka masih bertemu dengan Surti. Kala itu, Surti tak ada menunjukkan gelagat aneh. “Dia (korban) datang ke Medan tanggal 27 Februari dan berangkat tanggal 7 Maret. Saat kami sama di Medan jalan-jalan, tak ada firasat yang aneh yang kami rasakan.
Sekilas cuma dia mengatakan akan pensiun sekitar 18 tahun lagi dari tempat kerjaanya. Itu ia utarakan menjawab pertanyaan suami saya (abang korban-red),” kenang Delfi. Selain itu, selama pulang kampung, korban yang juga pernah mengecap pendidikan SMA Negeri 1 Medan itu mengaku sebelum pulang, ia akan jalan-jalan ke Bali dan ke Jakarta.
Tapi rencana itu batal. Surti malah berangkat ke Beijing. “Dia memilih jalan-jalan ke Beijing, ke Bali dan Jakarta dibatalkannya. Rencana dia di Beijing sampai hari ini (semalam-red),” tambahnya. Selama ini, di mata keluarga Surti dikenal sebagai sosok wanita baik dan periang. Hanya saja sejak menikah, Surti lebih banyak menghabiskan waktu di Belanda. “Orangnya baik dan pintar. Setelah menikah tahun 1981, dua minggu setelah pesta, dia langsung dibawa suaminya ke Belanda,” ucapnya seraya menambahkan kalau suami Surti sudah ditahbiskan menjadi Suku Batak bermarga Siahaan.
Atas kejadian tersebut, hingga saat ini pihak keluarga masih was-was dan bersedih atas menghilangnya pesawat tersebut. Mereka hanya bisa pasrah dan berdoa menanti mujizat Tuhan. “Bagaimana mau dibuat lagi, kita hanya menanti mukjizat Tuhan, meskipun harapanya sudah sikit,” ujar Robinhot.
Sementara hingga berita ini diturunkan, pihak keluarga mengaku belum mendapat kabar terbaru soal hilangnya pesawat naas itu. Dan mereka masih tetap menanti perkembangan. “Sampai sekarang belum ada kabar kalau mereka sudah ditemukan. Makanya kami selalu menunggu perkembangannya dari pemberitaan media massa,” tandas pasutri itu.
NIAT MELIHAT GREAT WALL DI CHINA
Terpisah, keluarga besar pasutri Sugianto Lo (49) dan Vinny Chynthya Tio (47) yang turut hilang bersama penumpang lain di pesawat Malaysia Airlines juga dilanda perasaan was-was. Hal tersebut terlihat saat kru koran ini menyambangi kediaman keluarganya di Jl. Bilal, Gang Idris Medan, Minggu (9/3) malam.
“Kami belum berani memberikan komentar, dan sekarang keluarga masih sembayang. Udah dulu yah, besok saja,” ujar Agus, salah seorang keluarga pasutri itu. Sementara itu, beberapa tetangga korban mengatakan, pasutri itu berangkat ke Beijing untuk jalan-jalan. “Kabarnya untuk jalan-jalan saja,” ujar Sutono alias Ationg (44) seraya menambahkan, pasutri itu hanya berangkat berdua karena ketiga anaknya mau mengikuti Ujian Nasional.
Saat ditanya bagaimana sosok kepribadian pasutri itu, Sutono menjawab baik-baik saja. “Kalau keduanya baik dan tidak sombong. Begitu juga dengan anak-anaknya, selalu menyapa kalau bertemu entah dimana saja,” tambahnya. “Setau saya anaknya ada tiga, anak pertama cowok duduk di kelas 3 SMA. SMP juga ada cowo tapi aku tidak tau kelas berapa. Sementara anak terakhir perempuan masih duduk di bangku sekolah dasar (SD),” ucapnya.
Selama ini, pasutri itu membuka uasaha di daerah Titi Papan yang bergerak di bagian instalasi listrik. “Mereka buka usaha di sana,Ā bagian instalasi listrik gitu. Makanya teman-teman wartawan yang datang ke sana mendapati rumah kosong, karena di sana hanya gudang saja. Tapi pasportnya mungkin mereka buat beralamat di sana,” tandasnya.
Alamat pasutri ini memang sempat simpang siur. Ada yang menyebut dia tinggal di Tandem, Hamparan Perak. Bahkan petugas Disaster Victim Identification (DVI) Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumut baru tiba di rumah itu, Minggu (9/3) petang. Di sana mereka mengambil sampel data ante mortem dari keluarga Sugianto Lo dan istrinya Vinny Chynthya Tio. Pasutri itu memiliki dua putra, Antonio Nugroho (17), Candra Sulistyo Nugroho (15), dan seorang putri Ayu Sulistia (12). Dua putranya masih duduk di bangku kelas 1 dan kelas 2 SMA, sedangkan putrinya masih kelas 1 SMP.
Sugianto Lo dan Vinny Chynthya Tio berangkat dari Bandara Kualanamu Deli Serdang, Jumat (7/3) siang. Mereka terbang ke China dengan pesawat Malaysia Airlines yang transit di Kuala Lumpur. “Mereka ke China mau jalan-jalan karena belum pernah ke sana. Mereka ingin lihat Great Wall dan Lapangan Tianamen,” kata Jhony Taslim, sahabat Sugianto yang batal pergi bersama pasangan itu karena cuaca di China masih dingin. Belakangan, pesawat jet Boeing 777-222 yang membawa keduanya hilang setelah terbang dari Kuala Lumpur, Sabtu (8/3) dinihari. Hingga kini keberadaan pesawat itu belum jelas. (tun/deo)