MALAYSIA, SUMUTPOS.CO – Spekulasi masih terus berkembang liar seputar hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang belum juga ditemukan. Salah satunya adalah dugaan terkait pemilik dua paspor palsu warga Eropa yang disinyalir warga separatis Uighur asal China.
Dugaan ini muncul karena peristiwa hilangnya pesawat Boeing 777-200 terjadi tidak lama setelah penusukan di Kunming, provinsi Yunnan, China, yang menewaskan 33 orang, 1 Maret lalu. Selain itu dalam rekaman CCTV diketahui bahwa pemegang paspor palsu tersebut berwajah Asia.
Pemerintah Malaysia sendiri tidak mengenyampingkan spekulasi ini. “Dugaan ini tidak dikesampingkan. Kami telah memulangkan warga Uighur yang menggunakan paspor palsu sebelumnya. Namun masih terlalu dini untuk melihat apakah ada kaitannya,” kata seorang pejabat pemerintah Malaysia, dilansir The Star Online, Senin (10/3).
Malaysia yang memiliki hubungan baik dengan China telah mendeportasi warga Uighur pada 2011 dan 2012. Tahun 2011, ada 11 warga Uighur yang dideportasi karena terlibat sindikat penyelundupan manusia. Tahun 2012, Malaysia menuai kecaman Human Right Watch karena mendeportasi enam warga Uighur pencari suaka. Menurut data HRW, keenam warga Uighur ini ditahan karena mencoba meninggalkan Malaysia dengan paspor palsu.
Militan Uighur yang terletak di Xinjiang, telah dicap teroris separatis oleh pemerintah China karena hendak membentuk negara baru bernama Uighuristan atau Turkistan Timur. Sumber di pemerintahan China seperti dilansir Reuters mengaku, belum ada konfirmasi apapun yang menunjukkan hubungan antara aktivitas militan Uighur dengan hilangnya pesawat MH370.
Hal ini diperkuat pernyataan Li Jiheng, gubernur Yunnan yang mengatakan bahwa tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa penyerangan di Kunming dan hilangnya pesawat terkait satu sama lain.
Direktur Operasi Malaysia Airlines, Hugh Dunleavy, mengatakan bahwa mereka memantau terus soal paspor palsu ini. “Sejauh yang kami ketahui, setiap orang di pesawat punya visa ke China. Bukan berarti mereka tidak memakai paspor palsu, tapi itu membuat kemungkinannya menipis,” kata Dunleavy.
China terkenal ketat dengan pemberian visa dan pemeriksaan di perbatasan. Namun paspor Eropa bisa sedikit longgar. Pasalnya, China memberlakukan bebas-visa selama 72 jam sesaat setelah tiba di Beijing bagi warga negara Barat, selama mereka memegang tiket terusan ke negara lain. Celah inilah yang mungkin digunakan para imigran gelap untuk menuju Eropa yang transit dari China.
Informasi lain menyebutkan, dari hasil rekaman CCTV Bandara Kuala Lumpur menunjukkan perawakan dua pengguna paspor curian bukanlah pria Asia. Identitas kedua pria ini langsung diselidiki oleh otoritas setempat.
Seperti yang dikutip dari straitstimes.com, Senin (10/3), Kepala Departemen Penerbangan Sipil Malaysia, Azharuddin Abdul Rahman memastikan sosok kedua pria itu bukan Asia berdasarkan CCTV bandara. Namun Rahman tak menjelaskan rinci ciri-ciri keduanya.
“Apakah Anda tahu pemain sepak bola dengan nama Balotelli?” ujar Rahman merujuk pada sosok penyerang klub AC Milan, saat menjawab pertanyaan para pekerja media itu.
Selain hal itu, Rahman tak menjelaskan lebih jauh kewarganegaraan dan detil lainnya. Hal ini, menurut Rahman, untuk proses penyelidikan otoritas setempat.
“Kami tidak bisa mengungkapkan kewarganegaraan mereka karena akan menghambat penyelidikan. Investigasi juga menunjukkan bahwa duo ini mungkin telah terlibat dalam sindikat paspor curian,” ujar Rahman.
Jenderal Inspektur Polisi Malaysia, Khalid Abu Bakar mengatakan salah satu dari dua tersangka penumpang gelap di pesawat Malaysia Airlines MH 370 berhasil diidentifikasi.
“Saya bisa pastikan dia bukan warga Malaysia. Tapi saya belum bisa sebutkan dia dari negara mana,” kata Khalid kemarin di markas polisi Kajang, seperti dilansir surat kabar the Star, Senin (10/3).
Ketika ditanya apakah kedua pria itu punya catatan imigrasi memasuki Malaysia, Khalid menjawab mereka sedang menyelidiki masalah itu. “Pria itu bukan berasal dari Xinjiang China. Kami tidak menerima pengakuan dari kelompok militan China atas hilangnya pesawat itu,” kata dia.
Khalid menambahkan pihaknya hingga kini belum memastikan jatuhnya pesawat itu ada kaitan dengan aksi terorisme. Dia meminta warga tidak berspekulasi atas kejadian ini. “Biarkan kami menyelidiki kasus ini sepenuhnya,” kata dia.
Sementara itu, upaya pencarian MH 370 terus dilakukan dengan memperluas wilayah sampai 100 mil laut dari titik terakhir pesawat Boeing 777-200 itu terdeteksi radar. Otoritas setempat juga memastikan sistem keamanan di Bandara Kuala Lumpur sangat ketat.
“Hal ini sejalan dengan mengintensifkan pencarian kami untuk pesawat,” katanya. (net/bbs)