BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Wanita berusia 38 tahun, Dedeh Uum Fatimah membuat heboh petugas jaga di Polsek Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dedeh sengaja mendatangi kantor polisi sesaat setelah membunuh anaknya di rumahnya, Selasa (11/3) dinihari. Masya Allah!
“Saat itu juga kami mintai keterangan. Dia mengaku membunuh dua anaknya. Kami cek juga ke lokasi. Tersangka kami amankan di Polsek Padalarang,”ujar Kepala Polsek Padalarang, Kopol Rendra.
Kepada polisi, Rendra menuturkan Dedeh mengaku membunuh dua anaknya paling kecil, laki-laki dan perempuan. Namun, setelah dicek di lokasi kejadian di Kampung Cijeungjing RT 05 RW 22, Desa Kertarmulya, Padalarang, hanya satu dari dua korban yang tewas. Aisyah Funny (2 tahun 6 bulan) yang tewas karena tenggelam dalam tangki berisi air.
“Satu lagi anak laki-laki yang sudah lebih besar berhasil menyelamatkan diri,” kata Rendra. Dedeh juga mengaku dia membopong dua anaknya yang tengah tidur secara bergiliran dan dimasukkan ke dalam tangki yang terisi air separuh dinihari itu.
“Saat itu anaknya lagi tidur. Pelaku menggendong dan memasukannya ke tangki air. Lalu ditutup. Anaknya dibenamkan selama satu jam,” sambung Kasatreskrim Polres Cimahi, AKP Suparma.
Sang kakak Muhammad Fahrul Robani (10), juga hampir tewas tenggelam. Beruntung,
Arul, panggilan akrab Muhammad Fahrul Robani, tinggi sehingga masih bisa selamat saat dimasukkan ke dalam tangki air berkapasitas 1.500 liter itu.
“Sebenarnya pelaku memasukkan dua anaknya ke tangki air. Anak paling besar berhasil lolos karena bertubuh tinggi, jadi kepalanya tidak terbenam air. Nyawanya terselamatkan,” kata Suparma.
Suparma mengatakan pelaku saat ini sudah diamankan dan menjalani pemeriksaan. Jasad Aisah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). “Jenazah diotopsi untuk mengetahui penyebab meninggalnya,” ucap Suparma.
Informasi yang dihimpun, kejadian itu terungkap setelah anaknya, Fahrul berhasil menyelamatkan diri ke rumah Rostika, kakak kandung sekaligus tetangga Dedeh.
Bocah berkulit putih itu ditemukan penduduk tenggelam dalam tangki air yang setengah penuh di lantai dua rumahnya. Setelah menenggelamkan kedua anaknya, Dedeh langsung kabur. Sedangkan suami Dede sedang tak ada di rumah.
“Tapi subuh kami sibuk menyelamatkan anak-anak, tak sempat mencari Dedeh. Tapi setelah hari terang, ada polisi dari Polsek Padalarang datang mengabari bahwa Dedeh menyerahkan diri,” kata Rostika. Polisi langsung mengolah kejadian perkara dan meminta keterangan para saksi, termasuk Fahrul. Polisi kemudian membawa jasad Funny ke rumah sakit pukul enam pagi.
SAYA MENYESAL 2 ANAK LAGI NGGAK IKUT TEWAS…
Dedeh Uum Fatimah (38) terus mendekap kresek kuning berisi pakaian yang dipakai terakhir kali oleh Aisyah Fany, saat ia tenggelamkan anak bungsunya itu di tangki air di rumahnya.
“Ini buat mengenang anak saya,” ucap Dedeh, sambil mencium kresek tersebut, saat ditemui di ruang penyidik Mapolres Cimahi, Selasa (11/3).
Menyesal? “Enggak menyesal. Justru nyesal dua anak lagi enggak ikut meninggal. Kalau meninggal ’kan masuk surga,” ujar ibu tiga anak ini dengan santai. Selama diwawancara, wajah Dedeh datar. Sesekali ia tersenyum.
Dede mengaku punya masalah keluarga dan ekonomi. Dia juga menyinggung soal punya utang. Namun ia tak menyebut nominal jumlah utang. Apa alasannya tega membunuh anak kandung? “Saya enggak mau membebani anak,” tuturnya.
Dedeh sudah tahu konsekuensi akibat ulah keji yang diperbuatnya. “Kalau enggak masuk penjara, paling saya masuk rumah sakit jiwa. Saya siap diperiksa kejiwaan,” katanya sambil tersenyum.
Dedeh dikaruniai tiga anak masing-masing Muhamad Rizaldi (15), Muhamad Fahrul Robani (10) dan Aisah Fany (2,5). Pelaku tak membantah menenggelamkan Aisah. Bahkan Dedeh bertindak serupa kepada Fahrul. Namun Fahrul berontak dan selamat.
Sewaktu diperiksa polisi, Dedeh mengaku tak menyesal. “Tadi sewaktu saya tanya, pelaku (Dedeh) mengaku tidak menyesali perbuatannya,” ucap Kasatreskrim Polresta Cimahi, AKP Suparma. “Secara fisik, kondisi pelaku sehat. Kalau jiwanya labil,” kata Suparma.
Menurut Suparma, dugaan sementara motif pembunuhan tersebut lantaran pelaku frustrasi dan depresi gara-gara impitan ekonomi serta utang. Namun begitu, polisi masih mendalami pengakuan Dedeh.
JARANG NGOMONG KARENA SUKA MARAH-MARAH
Keluarga besar Dedeh Uum Fatimah mengaku, ibu pembunuh anaknya itu tidak melihat kejanggalan dalam diri Dedeh setiap hari. Mereka juga menyatakan tidak pernah mendengar Dedeh berkeluh kesah tentang anak-anak ataupun suaminya, Sito, panggilan akrab Kasito.
“Nggak ada yang aneh, dia biasa-biasa saja. Kemarin siang juga masih ngobrol sama saya. Biasalah kalau ibu-ibu mengobrolnya kan soal anak-anak, soal ekonomi keluarga,” ujar Rostika, kakak kandung sekaligus tetangga Dedeh.
Rostika mengatakan hubungan Dedeh dengan suaminya berjalan baik. Pasangan yang memiliki tiga anak itu tidak permah terlihat bertengkar hebat. “Nggak ada pertengkaran serius. Biasa-biasa saja. Sama anak-anaknya juga nggak pernah kasar,” ujar perempuan 48 tahun itu.
Ateng, ayah Dedeh, menuturkan anak kedelapan dari sebelas anaknya ini juga tidak menemukan keanehan dalam perilaku Dedeh selama ini. “Ini musibah sudah takdir Allah. Allahu akbar,”ujar pria 78 tahun ini dengan mata menerawang.
“Tadi saya sempat menemani Dedeh (di Markas Polsek Padalarang). Saya bilang dia harus pasrah saja kepada hukum dan Allah,” ujar Ateng.
Dedeh, yang mengenakan baju kuning dan celana jeans biru, sempat mengamuk di Markas Polsek Padalarang. Dedeh mengamuk ketika polisi hendak meneruskan pemeriksaan dan saat beberapa wartawan media televisi datang meliput.
Suaminya, Kasito (38) mengaku, punya utang ke bank. Namun menurutnya pembayaran utang ke bank selama ini lancar.
“Ada pinjaman uang ke satu bank dan satu BPR, sekitar Rp20 juta lagi sisanya. BRI sudah empat bulan (proses pinjam), kalau BPR sudah setahun (proses pinjam). Tapi selama ini saya bayar tiap bulan, enggak pernah jatuh tempo. Lancar,” ujar Kasito.
Sehari-hari menurut Kasito istrinya berjualan ayam krispi. Sementara ia bekerja di perusahaan farmasi di Bogor. Ia pulang dua minggu sekali. “Mungkin istri jadi pikirian berlebihan. Padahal kan saya tutupi selama ini pembayaran pinjaman, istri tahu,” katanya.
Kasito mengakui istrinya memang kerap marah-marah. Namun ia tak mengetahui penyebabnya. Kasito (38) mengaku meski istrinya sering memarahi anak-anak, namun tak pernah sampai memukul.
“(Istri) suka marah-marah kalau lagi kecapaian. Marah kalau anak nakal. Tapi enggak pernah sampai memukul,” tambah Kasito.
Kasito mengaku istrinya keras dan tertutup. Ia jarang mengobrol dengan istrinya. Kasito sudah 13 tahun bekerja di perusahaan farmasi di Bogor. Ia pulang dua minggu sekali ke rumahnya di Padalarang.
“Saya jarang mengobrol dengan istri, paling kalau saya di Bogor telepon tanya kabar anak,” katanya.
Ditanya soal istrinya yang kini harus menghadapi proses hukum, Kasito hanya mengatakan apa yang menimpanya kini merupakan cobaan. “Saya menganggap ini merupakan cobaan. Saya berusaha menghadapinya dengan sabar,” ujarnya.
AISYAH PALING LUCU DAN PINTAR
Kasito (38) begitu terpukul kehilangan anak bungsunya, Aisyah Fany yang tewas di tangan istrinya Dedeh Uum Fatimah.
“Saya sangat kehilangan. Dia yang paling lucu, pintar, daya ingatnya cepat. Makanya saya suka kangen Aisyah,” ujarnya berlinang air mata, saat ditemui di Kamar Jenazah RSHS Bandung.
Ia mengaku beberapa hari terakhir ini tidak enak makan. “Enggak seperti biasanya,” ucap Kasito.
Selama ini, Kasito tinggal di mes perusahaan di Bogor. Ia bekerja di perusahaan farmasi. Setiap dua minggu sekali ia pulang ke rumahnya di Padalarang. Ia sudah bekerja 13 tahun. (net/bbs)