28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Brigadir Susanto Emosi Karena Dimarahi Pakai Kaos

AKBP Pamudji dimakamkan.
AKBP Pamudji dimakamkan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kasus penembakan Kadenma Polda Metro Jaya, AKBP Pamudji masih menyisakan misteri. Sidik jari Brigadir Susanto tak ditemukan di pistol revolver yang ditemukan di jasad korban. Namun, tim identifikasi menemukan sisa mesiu di tangan polisi jago main musik itu. Penyidik pun sudah menetapkan Brigadir Susanto sebagai tersangka.

“Saudara S (Brigadir Susanto) melalui mekanisme gelar perkara ditetapkan sebagai tersangka,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Heru Pranoto kepada wartawan, Rabu (19/3).

Penyidik sudah melakukan olah tempat kejadian perkara, memerika saksi-saksi dan melakukan penelitian barang bukti. Hasilnya mengarah pada Susanto. “Berdasarkan barang-barang di TKP dan yang ada di saksi di TKP, dan ada 4 saksi di TKP,” jelas Heru.

Bukti kuatnya lagi yang tak terbantahkan ditemukan mesiu di tangan pelaku. “Hasil lab ditemukan di tangan saudara S bekas sisa mesiu dan ada darah korban ditemukan di badan si S,” urai Heru‎.‎

Susanto sudah ditahan dan terancam pidana 15 tahun penjara. “Dijerat pasal 338 KUHP,” kata Heru.

Motif penembakan diduga karena dimarahi saat Susanto dipergoki piket dengan pakaian preman. Penyidik juga sudah melakukan gelar perkara dan menemukan bukti kuat Susanto pelaku penembakan.

“Ada jejak mesiu dan darah korban di badan S,” imbuh Heru.

Tapi, ada misteri dalam kasus pembunuhan Kepala Denma Polda Metro AKBP Pamudji. Tak ada sidik jari tersangka pembunuhan Brigadir Susanto di revolver yang menewaskan Pamudji.

“Sidik jari belum,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto.

Muncul berbagai spekulasi soal ketiadaan sidik jari ini. Ada dugaan Susanto yang seorang polisi tentu tahu bagaimana menghapus jejak sidik jari pada pistol. Apalagi saat ditemukan sejumlah saksi, posisi korban rebah di lantai dengan senjata api di sebelahnya.

Susanto yang berada bersama korban, sesaat setelah dua kali letusan, terlihat sejumlah saksi lari keluar ruangan Yanma dan berteriak kalau atasannya itu bunuh diri.

Namun soal itu, Rikwanto menegaskan penyidik melakukan pengujian bukti dengan model scientific uji laboratorium. “Hasil pemeriksaan laboratoris di tangan Brigadir S ditemukan sisa jelaga atau mesiu, ini hasil scientific yang tidak bisa dipungkiri. Bisa juga diartikan yang bersangkutan memegang senjata tersebut dan ditembakkan,” imbuh Rikwanto.

Tambah lagi, pada tangan korban Pamudji tidak ditemukan sisa mesiu demikian juga di kepala korban. Karena kalau ditembakkan dari jarak dekat, sisa mesiu akan menempel di pelipis korban

Ditambahkan Direktur Reserse dan Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto mengatakan, ada bukti yang tidak terbantahkan bila Brigadir Susanto yang menembak AKBP Pamudji yakni ditemukannnya mesiu atau jelaga yang ada di tangannya.

“Hasil laboratorium ini ditemukan pada tangan S sisa mesiu itu yang menjadi dasar dan ada darah di tangan atau badan S,” kata Heru.

Sebuah senjata api revolver saat diletuskan tembakan maka mesiu yang ada dalam peluru akan terbakar untuk melontarkan anak peluru.

Biasanya jelaga atau bekas mesiu yang terbakar akan jatuh disektar tangan yang melesatkan tembakan. Sisa mesiu yang terbakar tersebut tidak akan bisa hilang dalam waktu sesaat meskipun sudah dibasuh.

Kabar AKBP Pamudji bunuh diri seperti yang diungkapkan Brigadir Susanto pun terbantahkan karena tangan dan kepala almarhum tidak ditemukan jelaga atau bekas mesiu yang terbakar.

“Hasil otopsi terhadap korban tidak ditemukan jelaga atau sisa mesiu yang terbakar baik di tangan korban atau kepala dan bagian lainnya. Sehingga indikasi korban bunuh diri kecil,” ujarnya.

Senjata api revolver yang ditemukan disamping jenazah AKBP Pamudji di lokasi kejadi merupakan senjata api milik Brigadir Susanto.

Dari senjata tersebut masih ada tiga peluru dalam keadaan utuh dan dua tinggal selongsongnya saja. Sementara bila terisi penuh, senjata api tersebut hanya memuat lima peluru.

“Senjata tersebut berisi lima peluru saat utuh. Tetapi yang masih utuh ada tiga, dua lagi tinggal selongsongnya. Berarti ada dua kali tembakan karena selongsong ada dua. Saat ini baru ditemukan satu anak peluru, satunya lagi masih dicari,” ungkapnya.

Brigadir Susanto memang sudah resmi menjadi tersangka penembakan AKBP Pamudji. Namun, saat diperiksa penyidik, bintara polisi yang bertugas di bagian pelayanan musik Polda Metro Jaya itu tetap membantah dirinya menembak Pamudji.

“Walaupun dia tidak mengakui atau merasa tidak melakukan, itu haknya tetapi scientific nyatakan demikian,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto.

Indikasinya, selain di pistol revolver milik Susanto itu tak ditemukan sidik jari pelaku. Susanto juga sempat keluar ruangan dan berteriak Pamudji bunuh diri. Dia mengklaim Pamudji telah lebih dulu meminta pistol miliknya, hingga kemudian terjadi suara tembakan. Pamudji meninggal dunia dengan luka tembak di kepala.

Rikwanto mengatakan AKBP Pamudji sempat memasukkan senjata milik Brigadir Susanto ke kantong kiri celananya. Tindakan itu sebagai bagian dari tegurannya pada Susanto yang tak berpakaian dinas. Hal itu terungkap dari adanya keterangan yang didapat dari saksi Aiptu D yang diperiksa oleh penyidik.

“Aiptu D memang melihat Brigadir S ditegur karena dia tidak berpakaian lengkap. Hanya bawahnya saja atasnya pakai kaos. Senjata Brigadir S sempat diambil oleh korban dan sempat di masukan kantong sebelah kiri,” ungkap Rikwanto.

Lantaran lepas dinas, Aiptu D lalu pergi meninggalkan lokasi. Dan setelah Aiptu D berjalan dengan jarak sekitar 30 meter dari lokasi terdengar dua letusan.

Dan Aiptu D kembali lalu melapor ke piket Provos memberitahu ada suara tembakan. Setelah itu berjalan ke lokasi kejadian dan bertemu Brigadir Susanto.

“Di TKP sudah ada Brigadir S menyatakan korban meninggal dunia karena bunuh diri,” tambah Rikwanto. (bbs/net)

AKBP Pamudji dimakamkan.
AKBP Pamudji dimakamkan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kasus penembakan Kadenma Polda Metro Jaya, AKBP Pamudji masih menyisakan misteri. Sidik jari Brigadir Susanto tak ditemukan di pistol revolver yang ditemukan di jasad korban. Namun, tim identifikasi menemukan sisa mesiu di tangan polisi jago main musik itu. Penyidik pun sudah menetapkan Brigadir Susanto sebagai tersangka.

“Saudara S (Brigadir Susanto) melalui mekanisme gelar perkara ditetapkan sebagai tersangka,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Heru Pranoto kepada wartawan, Rabu (19/3).

Penyidik sudah melakukan olah tempat kejadian perkara, memerika saksi-saksi dan melakukan penelitian barang bukti. Hasilnya mengarah pada Susanto. “Berdasarkan barang-barang di TKP dan yang ada di saksi di TKP, dan ada 4 saksi di TKP,” jelas Heru.

Bukti kuatnya lagi yang tak terbantahkan ditemukan mesiu di tangan pelaku. “Hasil lab ditemukan di tangan saudara S bekas sisa mesiu dan ada darah korban ditemukan di badan si S,” urai Heru‎.‎

Susanto sudah ditahan dan terancam pidana 15 tahun penjara. “Dijerat pasal 338 KUHP,” kata Heru.

Motif penembakan diduga karena dimarahi saat Susanto dipergoki piket dengan pakaian preman. Penyidik juga sudah melakukan gelar perkara dan menemukan bukti kuat Susanto pelaku penembakan.

“Ada jejak mesiu dan darah korban di badan S,” imbuh Heru.

Tapi, ada misteri dalam kasus pembunuhan Kepala Denma Polda Metro AKBP Pamudji. Tak ada sidik jari tersangka pembunuhan Brigadir Susanto di revolver yang menewaskan Pamudji.

“Sidik jari belum,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto.

Muncul berbagai spekulasi soal ketiadaan sidik jari ini. Ada dugaan Susanto yang seorang polisi tentu tahu bagaimana menghapus jejak sidik jari pada pistol. Apalagi saat ditemukan sejumlah saksi, posisi korban rebah di lantai dengan senjata api di sebelahnya.

Susanto yang berada bersama korban, sesaat setelah dua kali letusan, terlihat sejumlah saksi lari keluar ruangan Yanma dan berteriak kalau atasannya itu bunuh diri.

Namun soal itu, Rikwanto menegaskan penyidik melakukan pengujian bukti dengan model scientific uji laboratorium. “Hasil pemeriksaan laboratoris di tangan Brigadir S ditemukan sisa jelaga atau mesiu, ini hasil scientific yang tidak bisa dipungkiri. Bisa juga diartikan yang bersangkutan memegang senjata tersebut dan ditembakkan,” imbuh Rikwanto.

Tambah lagi, pada tangan korban Pamudji tidak ditemukan sisa mesiu demikian juga di kepala korban. Karena kalau ditembakkan dari jarak dekat, sisa mesiu akan menempel di pelipis korban

Ditambahkan Direktur Reserse dan Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto mengatakan, ada bukti yang tidak terbantahkan bila Brigadir Susanto yang menembak AKBP Pamudji yakni ditemukannnya mesiu atau jelaga yang ada di tangannya.

“Hasil laboratorium ini ditemukan pada tangan S sisa mesiu itu yang menjadi dasar dan ada darah di tangan atau badan S,” kata Heru.

Sebuah senjata api revolver saat diletuskan tembakan maka mesiu yang ada dalam peluru akan terbakar untuk melontarkan anak peluru.

Biasanya jelaga atau bekas mesiu yang terbakar akan jatuh disektar tangan yang melesatkan tembakan. Sisa mesiu yang terbakar tersebut tidak akan bisa hilang dalam waktu sesaat meskipun sudah dibasuh.

Kabar AKBP Pamudji bunuh diri seperti yang diungkapkan Brigadir Susanto pun terbantahkan karena tangan dan kepala almarhum tidak ditemukan jelaga atau bekas mesiu yang terbakar.

“Hasil otopsi terhadap korban tidak ditemukan jelaga atau sisa mesiu yang terbakar baik di tangan korban atau kepala dan bagian lainnya. Sehingga indikasi korban bunuh diri kecil,” ujarnya.

Senjata api revolver yang ditemukan disamping jenazah AKBP Pamudji di lokasi kejadi merupakan senjata api milik Brigadir Susanto.

Dari senjata tersebut masih ada tiga peluru dalam keadaan utuh dan dua tinggal selongsongnya saja. Sementara bila terisi penuh, senjata api tersebut hanya memuat lima peluru.

“Senjata tersebut berisi lima peluru saat utuh. Tetapi yang masih utuh ada tiga, dua lagi tinggal selongsongnya. Berarti ada dua kali tembakan karena selongsong ada dua. Saat ini baru ditemukan satu anak peluru, satunya lagi masih dicari,” ungkapnya.

Brigadir Susanto memang sudah resmi menjadi tersangka penembakan AKBP Pamudji. Namun, saat diperiksa penyidik, bintara polisi yang bertugas di bagian pelayanan musik Polda Metro Jaya itu tetap membantah dirinya menembak Pamudji.

“Walaupun dia tidak mengakui atau merasa tidak melakukan, itu haknya tetapi scientific nyatakan demikian,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto.

Indikasinya, selain di pistol revolver milik Susanto itu tak ditemukan sidik jari pelaku. Susanto juga sempat keluar ruangan dan berteriak Pamudji bunuh diri. Dia mengklaim Pamudji telah lebih dulu meminta pistol miliknya, hingga kemudian terjadi suara tembakan. Pamudji meninggal dunia dengan luka tembak di kepala.

Rikwanto mengatakan AKBP Pamudji sempat memasukkan senjata milik Brigadir Susanto ke kantong kiri celananya. Tindakan itu sebagai bagian dari tegurannya pada Susanto yang tak berpakaian dinas. Hal itu terungkap dari adanya keterangan yang didapat dari saksi Aiptu D yang diperiksa oleh penyidik.

“Aiptu D memang melihat Brigadir S ditegur karena dia tidak berpakaian lengkap. Hanya bawahnya saja atasnya pakai kaos. Senjata Brigadir S sempat diambil oleh korban dan sempat di masukan kantong sebelah kiri,” ungkap Rikwanto.

Lantaran lepas dinas, Aiptu D lalu pergi meninggalkan lokasi. Dan setelah Aiptu D berjalan dengan jarak sekitar 30 meter dari lokasi terdengar dua letusan.

Dan Aiptu D kembali lalu melapor ke piket Provos memberitahu ada suara tembakan. Setelah itu berjalan ke lokasi kejadian dan bertemu Brigadir Susanto.

“Di TKP sudah ada Brigadir S menyatakan korban meninggal dunia karena bunuh diri,” tambah Rikwanto. (bbs/net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/