26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rusia Caplok Markas AU Ukraina

Pasukan Russia di Crimea.
Pasukan Russia di Crimea.

BELBEK, SUMUTPOS.CO – Rusia mulai menegaskan status Crimea kepada Ukraina. Negeri Beruang Merah tersebut mengusir tentara Ukraina yang masih berada di Crimea. Mereka merasa bahwa Crimea sudah milik Rusia, bukan lagi wilayah otonomi khusus Ukraina. Karena alasan itulah, kemarin (23/3) tentara elite Rusia menyerang pangkalan udara di Crimea yang masih dihuni tentara Ukraina.

Tentara Rusia menyerang dengan menembakkan senjata ke udara dan melemparkan granat Sabtu lalu (22/3). Para tentara itu didukung armada tank yang berjajar. Sebelumnya, tentara Ukraina yang masih bertahan di pangkalan udara Belbek, Crimea, menerima surat peringatan untuk menyerah.

Serangan itu adalah unjuk kekuatan Rusia kali pertama sejak Crimea berada di pelukan mereka. Tiga minggu lalu, Moskow juga menurunkan ribuan tentara ke Crimea saat referendum menggeliat. Pengamanan dilakukan hingga hari H pemungutan suara. Namun, baru kali ini Rusia menyerang secara terbuka kepada tentara Ukraina. Beberapa tentara Ukraina dilaporkan luka-luka. Beruntung, tidak ada yang meninggal.

Serangan yang dilakukan Rusia memang bukan untuk membunuh tentara Ukraina yang tersisa. Namun, hanya mengusir tentara yang ada. Saat diserang, para tentara di pangkalan tersebut memilih tidak menyerang balik. Mereka mengaku tidak ada perintah dari pimpinannya untuk meninggalkan Crimea. Saat tembakan mereda, terdengar para tentara Ukraina itu menyanyikan lagu kebangsaan mereka.

Pro Kremlin di Crimea menyatakan bahwa mereka dan tentara Rusia telah menguasai lebih dari separo pangkalan Ukraina di semenanjung Laut Hitam. Jumat lalu (21/3) tentara Rusia juga sudah mengambil alih pangkalan laut satu-satunya milik Ukraina di Crimea.

Di Sevastopol, pria bersenjata yang diduga tentara Rusia juga telah mengambil alih Slavutich. Itu adalah kapal laut terakhir di Crimea yang masih menggunakan bendera Ukraina.

Tindakan Rusia itu terbilang berani. Sebab, saat ini negara-negara Eropa dan Amerika bersiap-siap menjatuhkan sanksi kepada negeri yang dipimpin Vladimir Putin tersebut. Rusia bahkan terancam didepak dari G8, yaitu perkumpulan negara-negara maju di dunia. Tindakan pasukan Rusia itu seakan menyatakan kepada para pemimpin dunia bahwa mereka tidak takut disanksi dan Crimea adalah milik Rusia.

Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa tentara mereka akhirnya meninggalkan pangkalan tersebut. Satu orang tentara dan satu orang jurnalis dilaporkan luka-luka. Di Kiev, kemarin warga berdemo menuntut agar warga Ukraina bersatu. Pada waktu yang sama, pemerintah Ukraina mengadakan rapat kabinet untuk menentukan langkah selanjutnya.

Meski kecaman datang bertubi-tubi, Rusia tidak menunjukkan ketakutan. Amerika dan Eropa telah menerapkan sanksi ekonomi dan larangan bepergian ke Rusia. Namun, itu sama sekali tidak berdampak pada perekonomian Rusia. Putin menyerang balik dengan melarang sembilan pegawai Amerika dan pengacara untuk memasuki Rusia. (AFP/BBC/sha/c6/dos)

Pasukan Russia di Crimea.
Pasukan Russia di Crimea.

BELBEK, SUMUTPOS.CO – Rusia mulai menegaskan status Crimea kepada Ukraina. Negeri Beruang Merah tersebut mengusir tentara Ukraina yang masih berada di Crimea. Mereka merasa bahwa Crimea sudah milik Rusia, bukan lagi wilayah otonomi khusus Ukraina. Karena alasan itulah, kemarin (23/3) tentara elite Rusia menyerang pangkalan udara di Crimea yang masih dihuni tentara Ukraina.

Tentara Rusia menyerang dengan menembakkan senjata ke udara dan melemparkan granat Sabtu lalu (22/3). Para tentara itu didukung armada tank yang berjajar. Sebelumnya, tentara Ukraina yang masih bertahan di pangkalan udara Belbek, Crimea, menerima surat peringatan untuk menyerah.

Serangan itu adalah unjuk kekuatan Rusia kali pertama sejak Crimea berada di pelukan mereka. Tiga minggu lalu, Moskow juga menurunkan ribuan tentara ke Crimea saat referendum menggeliat. Pengamanan dilakukan hingga hari H pemungutan suara. Namun, baru kali ini Rusia menyerang secara terbuka kepada tentara Ukraina. Beberapa tentara Ukraina dilaporkan luka-luka. Beruntung, tidak ada yang meninggal.

Serangan yang dilakukan Rusia memang bukan untuk membunuh tentara Ukraina yang tersisa. Namun, hanya mengusir tentara yang ada. Saat diserang, para tentara di pangkalan tersebut memilih tidak menyerang balik. Mereka mengaku tidak ada perintah dari pimpinannya untuk meninggalkan Crimea. Saat tembakan mereda, terdengar para tentara Ukraina itu menyanyikan lagu kebangsaan mereka.

Pro Kremlin di Crimea menyatakan bahwa mereka dan tentara Rusia telah menguasai lebih dari separo pangkalan Ukraina di semenanjung Laut Hitam. Jumat lalu (21/3) tentara Rusia juga sudah mengambil alih pangkalan laut satu-satunya milik Ukraina di Crimea.

Di Sevastopol, pria bersenjata yang diduga tentara Rusia juga telah mengambil alih Slavutich. Itu adalah kapal laut terakhir di Crimea yang masih menggunakan bendera Ukraina.

Tindakan Rusia itu terbilang berani. Sebab, saat ini negara-negara Eropa dan Amerika bersiap-siap menjatuhkan sanksi kepada negeri yang dipimpin Vladimir Putin tersebut. Rusia bahkan terancam didepak dari G8, yaitu perkumpulan negara-negara maju di dunia. Tindakan pasukan Rusia itu seakan menyatakan kepada para pemimpin dunia bahwa mereka tidak takut disanksi dan Crimea adalah milik Rusia.

Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan bahwa tentara mereka akhirnya meninggalkan pangkalan tersebut. Satu orang tentara dan satu orang jurnalis dilaporkan luka-luka. Di Kiev, kemarin warga berdemo menuntut agar warga Ukraina bersatu. Pada waktu yang sama, pemerintah Ukraina mengadakan rapat kabinet untuk menentukan langkah selanjutnya.

Meski kecaman datang bertubi-tubi, Rusia tidak menunjukkan ketakutan. Amerika dan Eropa telah menerapkan sanksi ekonomi dan larangan bepergian ke Rusia. Namun, itu sama sekali tidak berdampak pada perekonomian Rusia. Putin menyerang balik dengan melarang sembilan pegawai Amerika dan pengacara untuk memasuki Rusia. (AFP/BBC/sha/c6/dos)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/