26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lima Daftar Kekejaman Senior Dimas

Foto: Fahril/PM Foto Dimas semasa hidup.
Foto: Fahril/PM
Foto Dimas semasa hidup.

1. Sudah jatuh masih dipukuli

Awalnya, para pelaku hanya menceramahi ke tujuh korban, salah satunya Dimas. Kemudian secara bergiliran ke tujuh korban diminta memasuki satu ruangan yang cukup besar yang ada di rumah kos tersebut. “Di ruangan itu korban dipukuli di perut, dada dan ulu hati. Terus juga ditendang di perut, kakinya sama digampari pipinya,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Daddy Hartadi, di Mapolres Jakarta Utara, Sabtu (24/4).

Namun, sambung Daddy, korban Dimas yang saat itu dipukuli oleh pelaku Angga, Fachry, dan Adnan sudah mengerang kesakitan. “Tapi oleh tersangka Fach dan And tetap dipukuli, ditendang juga digampar sampai jatuh,” jelas Daddy. Tak kuat menerima penyiksaan, tubuh Dimas pun lunglai hingga tak sadarkan diri. Panik, para pelaku pun kemudian memberikan minyak angin di bagian lubang hidung Dimas agar siuman. “Wajah korban juga diciprat-cipratkan air dengan memakai gayung plastik namun korban tetap tak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia,” tandas Daddy.

 

2. Selalu pulang dengan muka lebam

Ibu angkat Dimas Dikita Handoko (19), Raidah (26) mengatakan, sebelum pergi keluar rumah, Dimas izin kepadanya untuk bertandang ke indekos para seniornya. Namun, Dimas tidak menyebutkan di mana lokasi indekos para seniornya. Raidah mengungkapkan, selama menimba ilmu 3 semester di STIP Marunda, dia sering melihat kondisi tubuh Dimas ketika anak angkatnya itu pulang ke rumah setiap Jumat.

“Kalau pas pulang dari kampus perut dan tangannya sering memar, lalu saya tanyakan kenapa. Dia berasalan akibat dipukul seniornya,” kata Raidah. Kepada Raidah, Dimas mengaku tidak berani melawan para seniornya. Sebab di wilayah kampus STIP, hal ini merupakan kejadian yang lumrah. “Saya bilang juga sebaiknya kamu laporin ke orangtua kandungmu di Medan. Tapi dia takut, soalnya di kampus memang sering diperlakukan begini,” ujar Raidah.

 

3.Jerawat saja jadi masalah

Ibu angkat Dimas, Raidah (26), mengungkapkan sejumlah kekerasan senior sekolah pelayaran tersebut. Bukan hanya dipukul, kata Raidah, jerawat yang timbul di wajah Dimas juga sering dipecahkan oleh para seniornya. Alasan seniornya tersebut karena gemas melihat wajah korban. “Dengan alasan geram melihat wajah Dimas,” kata Raidah saat dihubungi, Sabtu (26/4). Tindak kekerasan para senior di STIP tidak hanya dialami Dimas seorang. Enam taruna lainnya juga luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit akibat penganiayaan oleh senior.

 

4. Senior gila hormat

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes M. Iqbal menuturkan motif penganiayaan tersebut dilatar belakangi karena para pelaku menilai Dimas beserta enam rekannya ‘songong’ oleh senior saat di kampus. “Para pelaku merasa korban dan teman-temannya bersikap tak respek dan kurang kompak,” jelas Iqbal di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu (26/4). Tujuh pelaku yang ditangkap polisi yakni, ANG, FACH, AD, Satria, Widi, Dewa, dan Arif. ANG, FACH dan AD diketahui sebagai pelaku yang memukul korban hingga tewas.

Sedangkan untuk pelaku Satria, Widi, Dewa dan Arif turut serta menganiaya para korban. Peristiwa keji tersebut terjadi di sebuah rumah kos kawasan Cilincing, Jakarta Utara, pada 26 April 2014 sekitar pukul 00.30 WIB.

 

5. Dipukuli gara-gara mau temui ibu kandung

Teman-teman memberi informasi kepada keluarga bahwa mereka dipukuli senior-seniornya karena Dimas ingin menemui ibu kandungnya, Rukita Harnayanti, yang sedang berada di Jakarta. Ibu Dimas memang sedang berada di salah satu apartemen karena mendampingi ayahnya yang sedang bertugas di sana. Saat itu, ibunya membawakan rendang kesukaan Dimas, seperti permintaan putra sulungnya itu.

Namun, saat Dimas dan rekan-rekannya ingin keluar kampus untuk bertemu Rukita, seniornya tidak memberi izin. “Mereka malah menuduh Dimas sebagai provokator dan menganiayanya,” sebut Rina. Sebelumnya, alumni SMA Negeri 3 Medan ini sempat menelepon ibunya bahwa mereka akan datang ke apartemen Jumat (25/4) malam sekitar pukul 20.00-21.00 WIB. Namun, Dimas yang ditunggu tak kunjung datang. “Waktu ditelepon, HP-nya tidak aktif. Baru sekitar pukul 12 malam dapat kabar bahwa Dimas dirawat di rumah sakit, tapi jam 4 baru bisa ketemu jasadnya,” jelas Rina. (bbs/deo)

 

Foto: Fahril/PM Foto Dimas semasa hidup.
Foto: Fahril/PM
Foto Dimas semasa hidup.

1. Sudah jatuh masih dipukuli

Awalnya, para pelaku hanya menceramahi ke tujuh korban, salah satunya Dimas. Kemudian secara bergiliran ke tujuh korban diminta memasuki satu ruangan yang cukup besar yang ada di rumah kos tersebut. “Di ruangan itu korban dipukuli di perut, dada dan ulu hati. Terus juga ditendang di perut, kakinya sama digampari pipinya,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Daddy Hartadi, di Mapolres Jakarta Utara, Sabtu (24/4).

Namun, sambung Daddy, korban Dimas yang saat itu dipukuli oleh pelaku Angga, Fachry, dan Adnan sudah mengerang kesakitan. “Tapi oleh tersangka Fach dan And tetap dipukuli, ditendang juga digampar sampai jatuh,” jelas Daddy. Tak kuat menerima penyiksaan, tubuh Dimas pun lunglai hingga tak sadarkan diri. Panik, para pelaku pun kemudian memberikan minyak angin di bagian lubang hidung Dimas agar siuman. “Wajah korban juga diciprat-cipratkan air dengan memakai gayung plastik namun korban tetap tak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia,” tandas Daddy.

 

2. Selalu pulang dengan muka lebam

Ibu angkat Dimas Dikita Handoko (19), Raidah (26) mengatakan, sebelum pergi keluar rumah, Dimas izin kepadanya untuk bertandang ke indekos para seniornya. Namun, Dimas tidak menyebutkan di mana lokasi indekos para seniornya. Raidah mengungkapkan, selama menimba ilmu 3 semester di STIP Marunda, dia sering melihat kondisi tubuh Dimas ketika anak angkatnya itu pulang ke rumah setiap Jumat.

“Kalau pas pulang dari kampus perut dan tangannya sering memar, lalu saya tanyakan kenapa. Dia berasalan akibat dipukul seniornya,” kata Raidah. Kepada Raidah, Dimas mengaku tidak berani melawan para seniornya. Sebab di wilayah kampus STIP, hal ini merupakan kejadian yang lumrah. “Saya bilang juga sebaiknya kamu laporin ke orangtua kandungmu di Medan. Tapi dia takut, soalnya di kampus memang sering diperlakukan begini,” ujar Raidah.

 

3.Jerawat saja jadi masalah

Ibu angkat Dimas, Raidah (26), mengungkapkan sejumlah kekerasan senior sekolah pelayaran tersebut. Bukan hanya dipukul, kata Raidah, jerawat yang timbul di wajah Dimas juga sering dipecahkan oleh para seniornya. Alasan seniornya tersebut karena gemas melihat wajah korban. “Dengan alasan geram melihat wajah Dimas,” kata Raidah saat dihubungi, Sabtu (26/4). Tindak kekerasan para senior di STIP tidak hanya dialami Dimas seorang. Enam taruna lainnya juga luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit akibat penganiayaan oleh senior.

 

4. Senior gila hormat

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes M. Iqbal menuturkan motif penganiayaan tersebut dilatar belakangi karena para pelaku menilai Dimas beserta enam rekannya ‘songong’ oleh senior saat di kampus. “Para pelaku merasa korban dan teman-temannya bersikap tak respek dan kurang kompak,” jelas Iqbal di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu (26/4). Tujuh pelaku yang ditangkap polisi yakni, ANG, FACH, AD, Satria, Widi, Dewa, dan Arif. ANG, FACH dan AD diketahui sebagai pelaku yang memukul korban hingga tewas.

Sedangkan untuk pelaku Satria, Widi, Dewa dan Arif turut serta menganiaya para korban. Peristiwa keji tersebut terjadi di sebuah rumah kos kawasan Cilincing, Jakarta Utara, pada 26 April 2014 sekitar pukul 00.30 WIB.

 

5. Dipukuli gara-gara mau temui ibu kandung

Teman-teman memberi informasi kepada keluarga bahwa mereka dipukuli senior-seniornya karena Dimas ingin menemui ibu kandungnya, Rukita Harnayanti, yang sedang berada di Jakarta. Ibu Dimas memang sedang berada di salah satu apartemen karena mendampingi ayahnya yang sedang bertugas di sana. Saat itu, ibunya membawakan rendang kesukaan Dimas, seperti permintaan putra sulungnya itu.

Namun, saat Dimas dan rekan-rekannya ingin keluar kampus untuk bertemu Rukita, seniornya tidak memberi izin. “Mereka malah menuduh Dimas sebagai provokator dan menganiayanya,” sebut Rina. Sebelumnya, alumni SMA Negeri 3 Medan ini sempat menelepon ibunya bahwa mereka akan datang ke apartemen Jumat (25/4) malam sekitar pukul 20.00-21.00 WIB. Namun, Dimas yang ditunggu tak kunjung datang. “Waktu ditelepon, HP-nya tidak aktif. Baru sekitar pukul 12 malam dapat kabar bahwa Dimas dirawat di rumah sakit, tapi jam 4 baru bisa ketemu jasadnya,” jelas Rina. (bbs/deo)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/