JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua kandidat capres yang sudah hampir pasti akan maju pada Pilpres 9 Juli nanti, Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, sama-sama belum memastikan kandidat cawapres yang akan mendampinginya. Survei Founding Fathers House (FFH) terbaru mengungkap, kalau Dahlan Iskan dan Mahfud MD merupakan dua kandidat cawapres paling potensial jika dipasangkan dengan capres PDIP maupun capres Gerindra tersebut.
Ketika disimulasikan pilpres mendatang ada empat pasangan capres-cawapres yang akan bertarung, duet Jokowi-Dahlan Iskan yang mendapat dukungan paling banyak dari publik. Yaitu, sebesar 41,83 persen. Tingkat elektabilitas tersebut mengungguli kemungkinan duet Jokowi dengan sejumlah kandidat lainnya.
Di bawah Jokowi-Dahlan, Jokowi-Jusuf Kalla dan Jokowi-Mahfud MD masing-masing mendapat dukungan sebesar 40,73 persen dan 40,55 persen. Baru kemudian berturut-turut menyusul, Jokowi-Hidayat Nur Wahid (37.43 persen), Jokowi-Hatta Rajasa (35.04 persen), Jokowi-Pramono Edhie Wibowo (31.92 persen), Jokowi-Suryadharma Alie (31.83 persen), dan Jokowi-Ryamizard Ryacudu (30.09 persen).
“Melihat komposisi itu, Jokowi harus pintar dan benar saat memilih wakilnya. Kemungkinan kalah masih bisa terbuka,” ingat peneliti senior FFH Dian Permata saat memaparkan hasil survei lembaganya di kantor FFH, Jl. Prapanca Raya, Jakarta, kemarin (15/5). Kekalahan, lanjut dia, sangat terbuka ketika di satu sisi Jokowi salah memilih wakilnya, dan di sisi lain, lawannya justru tepat dan benar memilih wakilnya.
Kemudian, saat Prabowo disimulasikan dengan didampingi sejumlah nama tokoh, nama Dahlan dan Mahfud MD juga tetap berada di papan atas. Namun, kali ini, Mahfud MD yang giliran memimpin. Mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu saat saat disandingkan dengan Prabowo mendapat dukungan sebesar 30.18 persen.
Menempel di posisi berikutnya, Prabowo-Dahlan Iskan dengan 29.81 persen. Kemudian berturut-turut Prabowo-JK (28.07 persen), Prabowo-Hidayat Nur Wahid (25.68 persen), Prabowo-Hatta Rajasa (23.11 persen), Prabowo-Pramono Edhie Wibowo (21.00 persen), dan terakhir Prabowo-Suryadharma Alie (18.99 persen).
“Dahlan, Mahfud, dan JK sangat tinggi jika disimulasikan dengan keempat capres, baik saat disandingkan ARB (Aburizal Bakrie, Red), Jokowi, Prabowo, maupun Pramono Edhie,” kata Dian. Ketiganya, tambah dia, juga saling mengalahkan jika dipasangkan dengan simulasi terhadap keempat capres yang ada.
Simulasi untuk pendamping capres Partai Golkar ARB, Mahfud MD kembali tampil teratas. Urutannya adalah ARB-Mahfud MD (18.44 persen), ARB-Dahlan Iskan (16.78 persen), ARB-Hidayat Nur Wahid (14.58 persen), ARB-Hatta Rajasa (12.29 persen), dan ARB-Suryadharma Alie (10.27 persen).
Simulasi terakhir, adalah terkait kemungkinan majunya ipar Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo sebagai capres poros koalisi keempat. Pramono Edhie -JK di tempat teratas dengan 14,77 persen. Kemudian disusul Pramono Edhie-Mahfud MD (13.11 persen), Pramono Edhie-Suryadharma Alie (8.16 persen), Pramono Edhie-Hatta Rajasa (7.52 persen), dan terakhir Pramono Edhie -Hidayat Nur Wahid (6.97 persen).
“Fakta ini harus diperhatikan dan jadi pertimbangan para capres,” tandas Dian kembali.
Survei FFH tersebut dilaksanakan 11 April hingga 14 Mei 204 di 34 provinsi. Dengan jumlah responden sebesar 1.090 orang, survei memiliki margin of error plus minus 3 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Sementara itu, Ketua KPK Abraham Samad benar-benar membuka peluang bagi para calon presiden untuk melamarnya jadi cawapres. Belakangan ini, yang bersangkutan termasuk nama yang banyak disebut-sebut sebagai kandidat capres jokowi.
Meski beberapa waktu lalu para pimpinan komisi antirasuah berharap agar dia tetap di KPK, pria asal Makassar terus memberi sinyal. Malah, dia menyebut sudah mendapat restu lembaga yang dipimpinnya. Kemarin, dia mengklaim tidak ada penolakan dari internal KPK. Jadi, kalau kabar santer bahwa dia akan dilamar Jokowi mejadi wakil, Samad dipastikan siap. Tidak hanya soal restu yang didapat, dalam ucapannya seolah-olah komisioner lainnya juga memberinya wejangan.
” Saya sudah tanya pimpinan KPK yang lain, nggak ada masalah. Misalnya pimpinan KPK itu di mana pun, di mana pun orang-orang KPK berada, yang penting dia bisa membawa misi pemberantasan korupsi,” ujar Samad.
Dia kembali mengungkapkan soal keterbatasannya sebagai manusia. Kalau takdir sudah menggariskannya untuk menjadi wakil presiden, dia tentu tak bisa menolak. Begitu juga sebaliknya, seorang Abraham Samad tidak bisa mengatur takdir dirinya sendiri.
Lebih lanjut dia memberikan contoh beberapa alumnus KPK yang tetap berjuang memberantas korupsi meski tidak lagi bermarkas di Jalan Rasuna Said Kavling C1. Seperti M. Jasin, mantan wakil ketua yang kini berkiprah di Irjen Kementerian Agama. Lantas, Haryono Umar, mantan wakil ketua yang menjadi Irjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Begitu juga dengan mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki yang pernah menjadi Wakil Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Menurutnya, mereka setelah tidak lagi di KPK tetap memiliki fungsi strategis dalam pemberantasan korupsi. “Di mana pun kita berada, misi yang harus kita bawa dan tidak pernah akan hilang dari diri kita sudah menyatu,” tegasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Zulkarnaen meminta agar Samad memegang komitmennya untuk menjadi pimpinan KPK. Alasannya, kasus yang dihadapi saat ini sedang banyak-banyaknya. Disamping itu, pada akhir tahun ini Busyro Muqoddas tidak bisa lagi bersama KPK karena masa tugasnya sudah berakhir. (dyn/dim)