26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Washington Jadi Host

Golden Pen di Kongres Wan Ifra.
Golden Pen di Kongres Wan Ifra.

TURIN, SUMUTPOS.CO – Inovasi. Hal itu menjadi kunci bagi media cetak untuk eksis dan bersaing dengan platform lain. Kongres surat kabar dunia (WAN-IFRA) 2014 yang berakhir di Turin, Italia, kemarin (11/6), mennyimpulkan bahwa bisnis koran masih memiliki masa depan cerah. Meski gempuran dan penetrasi pasar dari media online semakin kuat.

Bahkan, di beberapa negara, pengaruh koran masih sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Suzanne Raitt, vice president Marketing and Innovation Newspapers Canada, menegaskan masih kuatnya posisi koran. “Kami ingin menunjukkan fakta bahwa orang mengalami perubahan saat mereka dekat dengan surat kabar,” katanya.

Hasil studi menyebutkan bahwa orang-orang Kanada masih sangat menikmati keberadaan media. Mereka antusias berburu berita, baik dari media cetak maupun online. “Orang-orang cinta berita. Tidak peduli setua apa usianya. Mereka meluangkan waktu lebih banyak untuk membaca berita dari pada sebelumnya,” ungkap Raitt.

Dia mengakui bahwa orang sekarang banyak berinteraksi dengan beragam gadget seperti komputer tablet dan juga smartphone. Yang menarik, mereka menggunaan piranti tersebut untuk berburu berita. Situasi seperti itulah yang harus dimanfaatkan pengelola media untuk menciptakan bisnis mode yang baru. Contohnya, menggabungkan pola advertising antara platform cetak dan online.

Selain tentang bisnis dan masa depan media, isu kebebasan pers juga manjadi sorotan dalam kongres kali ini. Sekretaris WAN-IFRA Larry Kilmann menyinggung maraknya aksi di sejumlah negara yang mengancam kebebasan pers. Yang memprihatinkan, kecenderungan itu terus membesar dalam beberapa tahun terakhir.

Tekanan kepada pers tidak lagi hanya datang dari penguasa, tapi juga ada kekuatan lain. Larry menyebutnya sebagai fenomena “soft cencor” atau sensor yang ringan. “Praktek seperti itu mengancam kebebasan pers,” tegasnya.

Dia juga prihatin akan maraknya kekerasan kepada pekerja media. Saat ini ada sedikitnya 211 jurnalis yang dipenjara karena menyuarakan aspirasi lewat media masing-masing. Salah satunya adalah Eskinder Nega, jurnalis Ethiopia penerima golden pen of freedom dari WAN-IFRA. Eskinder tidak bisa menerima award itu karena tengah mendekam di penjara Kaliti, Addis Ababa.

Kongres WAN-IFRA 2014 diikuti sekitar 1.000 praktisi media dari puluhan negara. Event tahunan yang dihelat selama tiga hari tersebut terdiri atas Kongres Surat Kabar Dunia ke-66, Forum Editor Dunia Ke-21, dan Forum Advertising Dunia Ke-24.

Dari Turin, tahun depan Kongres WAN-IFRA bakal menyebarang ke benua Amerika. Ibu kota Amerika Serikat (AS), Washington, dipilih menjadi host (tuan rumah) pada 1-3 Juni 2015. Dipilihya Washington tentu bukan tanpa alasan. Kota tersebut adalah markas dari media-media besar di AS. Salah satunya adalah Washington Post. Washington dan juga AS secara umum memiliki pengaruh besar bagi perkembanan dan arah bisnis meda ke depan. (ca)

Golden Pen di Kongres Wan Ifra.
Golden Pen di Kongres Wan Ifra.

TURIN, SUMUTPOS.CO – Inovasi. Hal itu menjadi kunci bagi media cetak untuk eksis dan bersaing dengan platform lain. Kongres surat kabar dunia (WAN-IFRA) 2014 yang berakhir di Turin, Italia, kemarin (11/6), mennyimpulkan bahwa bisnis koran masih memiliki masa depan cerah. Meski gempuran dan penetrasi pasar dari media online semakin kuat.

Bahkan, di beberapa negara, pengaruh koran masih sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Suzanne Raitt, vice president Marketing and Innovation Newspapers Canada, menegaskan masih kuatnya posisi koran. “Kami ingin menunjukkan fakta bahwa orang mengalami perubahan saat mereka dekat dengan surat kabar,” katanya.

Hasil studi menyebutkan bahwa orang-orang Kanada masih sangat menikmati keberadaan media. Mereka antusias berburu berita, baik dari media cetak maupun online. “Orang-orang cinta berita. Tidak peduli setua apa usianya. Mereka meluangkan waktu lebih banyak untuk membaca berita dari pada sebelumnya,” ungkap Raitt.

Dia mengakui bahwa orang sekarang banyak berinteraksi dengan beragam gadget seperti komputer tablet dan juga smartphone. Yang menarik, mereka menggunaan piranti tersebut untuk berburu berita. Situasi seperti itulah yang harus dimanfaatkan pengelola media untuk menciptakan bisnis mode yang baru. Contohnya, menggabungkan pola advertising antara platform cetak dan online.

Selain tentang bisnis dan masa depan media, isu kebebasan pers juga manjadi sorotan dalam kongres kali ini. Sekretaris WAN-IFRA Larry Kilmann menyinggung maraknya aksi di sejumlah negara yang mengancam kebebasan pers. Yang memprihatinkan, kecenderungan itu terus membesar dalam beberapa tahun terakhir.

Tekanan kepada pers tidak lagi hanya datang dari penguasa, tapi juga ada kekuatan lain. Larry menyebutnya sebagai fenomena “soft cencor” atau sensor yang ringan. “Praktek seperti itu mengancam kebebasan pers,” tegasnya.

Dia juga prihatin akan maraknya kekerasan kepada pekerja media. Saat ini ada sedikitnya 211 jurnalis yang dipenjara karena menyuarakan aspirasi lewat media masing-masing. Salah satunya adalah Eskinder Nega, jurnalis Ethiopia penerima golden pen of freedom dari WAN-IFRA. Eskinder tidak bisa menerima award itu karena tengah mendekam di penjara Kaliti, Addis Ababa.

Kongres WAN-IFRA 2014 diikuti sekitar 1.000 praktisi media dari puluhan negara. Event tahunan yang dihelat selama tiga hari tersebut terdiri atas Kongres Surat Kabar Dunia ke-66, Forum Editor Dunia Ke-21, dan Forum Advertising Dunia Ke-24.

Dari Turin, tahun depan Kongres WAN-IFRA bakal menyebarang ke benua Amerika. Ibu kota Amerika Serikat (AS), Washington, dipilih menjadi host (tuan rumah) pada 1-3 Juni 2015. Dipilihya Washington tentu bukan tanpa alasan. Kota tersebut adalah markas dari media-media besar di AS. Salah satunya adalah Washington Post. Washington dan juga AS secara umum memiliki pengaruh besar bagi perkembanan dan arah bisnis meda ke depan. (ca)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/