JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Agama mengevaluasi pelaksanaan sidang isbat penentuan Ramadan dan Idul Fitri yang dalam dua tahun terakhir disiarkan langsung stasiun televisi. Pelaksanaan sidang isbat tidak lagi disiarkan secara live. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, siaran langsung televisi hanya dilakukan ketika pengumuman hasil sidang isbat.
“Proses jalannya sidang tidak dapat dilakukan siaran langsung seperti tahun lalu,” katanya kemarin. Pelaksanaan sidang isbat penentuan Ramadan dan Lebaran mengundang seluruh ormas Islam. Selama sidang berlangsung, pengurus ormas yang diundang mengeluarkan argumentasi masing-masing. Terkadang keluar adu argumentasi yang keras untuk menguatkan pendirian.
Jika disiarkan secara langsung di televisi, ada dugaan malah menjadi sarana untuk pamer argumentasi. Menurut Lukman, masyarakat pada umumnya lebih menunggu hasil keputusan sidang isbat. “Jaid tidak perlu disiarkan langsung, nanti malah lama sidangnya,” paparnya.
Terkait potensi perbedaan awal Ramadan, Lukman tetap menunggu kepastian dari hasil sidang isbat. Dia meminta agar semua pihak menghormati hasil sidang isbat. “Namun tidak juga dipaksa (mengikuti hasil sidang isbat, Red),” kata dia. Lukman mengatakan Indonesia bukan seperti Arab Saudi yang bisa memaksakan untuk urusan ibadah. Menurut dia, perbedaan adalah wajar asalkan tetap menjaga kerukunan.
Sidang isbat penetapan awal puasa digelar pada 27 Juni. Sidang itu dipakai untuk memastikan apakah awal puasa jatuh pada 28 Juni atau 29 Juni. Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah memastikan bahwa awal puasa jatuh pada 28 Juni. (wan/sof)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Agama mengevaluasi pelaksanaan sidang isbat penentuan Ramadan dan Idul Fitri yang dalam dua tahun terakhir disiarkan langsung stasiun televisi. Pelaksanaan sidang isbat tidak lagi disiarkan secara live. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, siaran langsung televisi hanya dilakukan ketika pengumuman hasil sidang isbat.
“Proses jalannya sidang tidak dapat dilakukan siaran langsung seperti tahun lalu,” katanya kemarin. Pelaksanaan sidang isbat penentuan Ramadan dan Lebaran mengundang seluruh ormas Islam. Selama sidang berlangsung, pengurus ormas yang diundang mengeluarkan argumentasi masing-masing. Terkadang keluar adu argumentasi yang keras untuk menguatkan pendirian.
Jika disiarkan secara langsung di televisi, ada dugaan malah menjadi sarana untuk pamer argumentasi. Menurut Lukman, masyarakat pada umumnya lebih menunggu hasil keputusan sidang isbat. “Jaid tidak perlu disiarkan langsung, nanti malah lama sidangnya,” paparnya.
Terkait potensi perbedaan awal Ramadan, Lukman tetap menunggu kepastian dari hasil sidang isbat. Dia meminta agar semua pihak menghormati hasil sidang isbat. “Namun tidak juga dipaksa (mengikuti hasil sidang isbat, Red),” kata dia. Lukman mengatakan Indonesia bukan seperti Arab Saudi yang bisa memaksakan untuk urusan ibadah. Menurut dia, perbedaan adalah wajar asalkan tetap menjaga kerukunan.
Sidang isbat penetapan awal puasa digelar pada 27 Juni. Sidang itu dipakai untuk memastikan apakah awal puasa jatuh pada 28 Juni atau 29 Juni. Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah memastikan bahwa awal puasa jatuh pada 28 Juni. (wan/sof)