Lima Kabupaten/Kota Bukan Unggulan Lulus 100 Persen
Pada pengumuman Ujian Nasional (UN) yang diselenggarakan Kantor Disdik Sumut Jalan Cik Ditiro Medan, pada Jumat (3/6), terdapat lima kabupaten/kota yang pesertanya lulus 100 persen. Yakni Kota Tanjung Balai, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Nias Barat.
J ika dicermati lebih dalam, dominan dari lima kabupaten/kota tersebut merupakan daerah-daerah terpencil atau daerah dengan tingkat pendidikan yang tidak lebih baik dari kabupaten/kota lain di Sumut.
Namun, apa yang menyebabkan kabupaten/kota tersebut mampu berprestasi dengan meluluskan semua peserta UN tingkat SMP Sederajatnya 100 persen? Dengan hal tersebut boleh saja ada pendapat yang mengatakan terjadi kecurangan di sana. Atau mungkin yang lebih baik lagi, sepertinya siswa di sana masih belum terkontaminasi dengan berbagai kebudayaan luar yang merusak kemampuan mereka dalam belajar.
Menurut Ketua Dewan Pendidikan Medan Mutsyuhito Solin, kedua dugaan tersebut tak bisa dengan serta-merta digunakan untuk mengindikasikan kelulusan 100 persen lima kabupaten/kota tadi. “Saya rasa pengawasan UN untuk tahun ini sudah sangat baik jika dibandingkan dengan tahun lalu. Karena terindikasi pada tahun lalu terdapat kecurangan pada UN yang dilakukan oleh pengawas, baik pengawas di ruang ujian hingga pengawasan di penggandaan soal UN,” jelasnya, Jumat (3/6).
Solin mengatakan, hal-hal mengenai kecurangan UN di berbagai daerah pada tahun ini sudah tereliminir. “Ini disebabkan adanya peningkatan sistem yang signifikan pada UN jadi lebih baik. Hingga hal ini juga mengakibatkan tereliminirnya indikasi-indikasi kecurangan tersebut,” tuturnya.
Sedangkan jika indikasi kelulusan 100 persen ini berdasarkan siswa yang masih belum terkontaminasi dengan berbagai kebudayaan luar yang merusak kemampuan belajar, ia mengatakan, hal tersebut juga sangat kecil mempengaruhi kelulusan siswa. “Yang lebih pas saya kira adalah peserta yang lebih mudah dikontrol atau diawasi. Karena, coba kita lihat peserta di Kabupaten Pakpak Bharat misalnya, pasti jauh lebih sedikit. Nah, dengan begitu peserta relatif lebih bisa dikontrol dengan sangat baik,” kata Solin.
Namun, menurut Solin, tetap sangat sulit mengindikasikan penyebab prestasi yang diraih lima kabupaten/kota tersebut. “Dengan semua indikasi yang kita bicarakan tadi, saya juga sedikit sulit mengungkapkan hal, kenapa baru tahun ini lima kabupaten/kota yang kita anggap tak lebih baik dari kabupaten/kota yang lain tentang mutu pendidikannya di Sumut ini bisa meluluskan 100 persen peserta UN-nya? Kenapa tahun-tahun sebelumnya jauh lebih buruk?” terangnya.
Sementara itu, menanggapi hal menarik lain, seperti Kota Binjai yang meraih nilai mata ujian tertinggi pada UN 2011 ini. Namun, Kota Binjai juga merupakan daerah yang menempati peringkat ketiga di Sumut dengan jumlah peserta UN terbanyak tak lulus yang mencapai 35 orang setelah Kabupaten Deli Serdang 47 orang dan Kota Medan 101 orang.
Menurut Solin, hal tersebut wajar. Di setiap daerah pasti memiliki siswa yang pintar dan siswa yang bodoh. Juga siswa yang sangat pintar juga siswa yang sangat bodoh. “Tugas pendidikanlah untuk bisa mengeliminir hal tersebut. Dan seluruh elemen yang bertanggung jawab atas peningkatan mutu pendidikan di daerah itu,” katanya.
Hal tersebut juga, sambungnya, mengindikasikan tak meratanya pendidikan di daerah itu. “Karena sekolah dengan mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan siswa dengan kemampuan yang baik pula, begitu sebaliknya. Tentunya hal tersebut dapat dinilai dari sisi mutu pengajar dan fasilitas yang ada di sekolah itu,” jelas Solin. (saz)