JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Warga yang bermukim di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa harus berhati-hati dengan kondisi cuaca saat ini. Sebab, fenomena cuaca yang ekstrim ini berpotensi menyebabkan bancana alam seperti banjir dan angin puting beliung.
Kepastian itu dikatakan oleh Deputi Klimatologi BMKG, Widada Sulistya kemarin (5/8). Widada menjelaskan musim kemarau saat ini berbeda dengan tahun-tahun lalu. “Kalau tahun lalu musim kemarau sangat panas. Kini ada hujan deras,” jelasnya.
Widada mengatakan hujan deras itu tidak turun setiap hari. Hanya beberapa hari sekali. Intensitasnya pun tidak lama. Namun, meskipun tidak berlangsung lama hujan itu juga disertai dengan angin kencang berkecepatan 30-40 knot. Tak jarang angin puting beliung. “Sehingga berpotensi banjir dan mengakibatkan pohon tumbang,” jelasnya.
Menurut Widada, penyebabnya hujan di musim kemarau itu disebabkan suhu di permukaan air laut meningkat dibandingkan tahun lalu. Yakni 27 derajat celcius. Sedangkan normalnya 26 derajat celcius. Sehingga itu mengakibatkan air laut cepat menguap dan membentuk awan-awan cumulonimbus atau awan membawa air hujan.
Sedangkan angin kencang, kata Widada dikarenakan adanya badai tropis Halong di sekitar Filipina. Cuaca buruk itu terkadang juga naik ke China dan Jepang. Normalnya, dalam bulan ini terjadi 4-5 kali badai.
Widada menjelaskan tidak selalu di musim kemarau hujan tidak turun. Menurut dia di musim panas hujan tetap akan turun namun dengan intensitas yang tidak sebanyak saat musim hujan. Saat ini beberapa pulau di Indonesia yang sudah mengalami musim kemarau. Yakni Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Sedangkan hujan masih turun di Pulau Sumatera dan jawa bagian barat dan tengah.
Dengan adanya hujan di musim kemarau ada kerugian dan kekurangan. Menurut Widada keuntungannya yakni suhu musim kemarau tidak sepanas seperti tahun-tahun biasanya. “Namun kerugiannya akan memicu penyakit karena banyak genangan. (jp)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Warga yang bermukim di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa harus berhati-hati dengan kondisi cuaca saat ini. Sebab, fenomena cuaca yang ekstrim ini berpotensi menyebabkan bancana alam seperti banjir dan angin puting beliung.
Kepastian itu dikatakan oleh Deputi Klimatologi BMKG, Widada Sulistya kemarin (5/8). Widada menjelaskan musim kemarau saat ini berbeda dengan tahun-tahun lalu. “Kalau tahun lalu musim kemarau sangat panas. Kini ada hujan deras,” jelasnya.
Widada mengatakan hujan deras itu tidak turun setiap hari. Hanya beberapa hari sekali. Intensitasnya pun tidak lama. Namun, meskipun tidak berlangsung lama hujan itu juga disertai dengan angin kencang berkecepatan 30-40 knot. Tak jarang angin puting beliung. “Sehingga berpotensi banjir dan mengakibatkan pohon tumbang,” jelasnya.
Menurut Widada, penyebabnya hujan di musim kemarau itu disebabkan suhu di permukaan air laut meningkat dibandingkan tahun lalu. Yakni 27 derajat celcius. Sedangkan normalnya 26 derajat celcius. Sehingga itu mengakibatkan air laut cepat menguap dan membentuk awan-awan cumulonimbus atau awan membawa air hujan.
Sedangkan angin kencang, kata Widada dikarenakan adanya badai tropis Halong di sekitar Filipina. Cuaca buruk itu terkadang juga naik ke China dan Jepang. Normalnya, dalam bulan ini terjadi 4-5 kali badai.
Widada menjelaskan tidak selalu di musim kemarau hujan tidak turun. Menurut dia di musim panas hujan tetap akan turun namun dengan intensitas yang tidak sebanyak saat musim hujan. Saat ini beberapa pulau di Indonesia yang sudah mengalami musim kemarau. Yakni Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Sedangkan hujan masih turun di Pulau Sumatera dan jawa bagian barat dan tengah.
Dengan adanya hujan di musim kemarau ada kerugian dan kekurangan. Menurut Widada keuntungannya yakni suhu musim kemarau tidak sepanas seperti tahun-tahun biasanya. “Namun kerugiannya akan memicu penyakit karena banyak genangan. (jp)