GAZA, SUMUTPOS.CO – Israel telah menarik seluruh pasukannya dari Jalur Gaza. Artinya, berakhir sudah operasi penggempuran dari udara dan darat yang dimulai pada 17 Juli. Kepastian penarikan mundur pasukan Israel itu disampaikan pejabat militernya, Jenderal Moti Almoz, kepada radio militer Israel kemarin (5/8).
“Kami, berdasar perintah pemerintah, melakukan gencatan senjata 72 jam pagi ini sejak pukul 08.00,” kata Moti. Penarikan pasukan itu sebenarnya telah dimulai Sabtu, 2 Agustus lalu. Penarikan tersebut selesai sebelum dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Selasa pukul 08.00 waktu setempat. “IDF (militer Israel) akan ditempatkan dalam posisi defensif di luar Jalur Gaza. IDF akan merespons jika diserang,” tegasnya.
Pertumpahan darah di Gaza selama hampir tiga pekan telah menewaskan lebih dari 1.800 warga Palestina serta 64 tentara Israel dan 3 warga sipil Israel. PBB pun telah menyerukan agar kedua pihak sepakat melakukan gencatan senjata untuk jangka waktu yang lebih lama.
Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas selama 72 jam masih berlangsung, Indonesia tetap berencana membawa konflik Gaza ke pertemuan kepala negara ASEAN.
“Tanpa kita bicara siapa yang memulai siapa yang mengulang, intinya bukankah kekerasan ini harus segera dihentikan,” tutur Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa saat ditemui di Jakarta kemarin.
Marty mengatakan, dalam pertemuan di Naypyitaw, Myanmar, itu Indonesia akan meminta ASEAN untuk bersikap keras atas masalah tersebut. Indonesia juga akan meminta diadakannya pertemuan khusus untuk membahas kekejaman Israel kepada warga sipil Palestina. Sebab, seperti yang telah diberitakan, Israel terus membidik warga sipil, terutama anak-anak dan bayi, serta bangunan-bangunan rumah sakit. Tindakan itu dia rasa terlalu mengerikan, bukan hanya dari jumlah korban, namun juga sifat penyerangan. (jp)
GAZA, SUMUTPOS.CO – Israel telah menarik seluruh pasukannya dari Jalur Gaza. Artinya, berakhir sudah operasi penggempuran dari udara dan darat yang dimulai pada 17 Juli. Kepastian penarikan mundur pasukan Israel itu disampaikan pejabat militernya, Jenderal Moti Almoz, kepada radio militer Israel kemarin (5/8).
“Kami, berdasar perintah pemerintah, melakukan gencatan senjata 72 jam pagi ini sejak pukul 08.00,” kata Moti. Penarikan pasukan itu sebenarnya telah dimulai Sabtu, 2 Agustus lalu. Penarikan tersebut selesai sebelum dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Selasa pukul 08.00 waktu setempat. “IDF (militer Israel) akan ditempatkan dalam posisi defensif di luar Jalur Gaza. IDF akan merespons jika diserang,” tegasnya.
Pertumpahan darah di Gaza selama hampir tiga pekan telah menewaskan lebih dari 1.800 warga Palestina serta 64 tentara Israel dan 3 warga sipil Israel. PBB pun telah menyerukan agar kedua pihak sepakat melakukan gencatan senjata untuk jangka waktu yang lebih lama.
Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas selama 72 jam masih berlangsung, Indonesia tetap berencana membawa konflik Gaza ke pertemuan kepala negara ASEAN.
“Tanpa kita bicara siapa yang memulai siapa yang mengulang, intinya bukankah kekerasan ini harus segera dihentikan,” tutur Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa saat ditemui di Jakarta kemarin.
Marty mengatakan, dalam pertemuan di Naypyitaw, Myanmar, itu Indonesia akan meminta ASEAN untuk bersikap keras atas masalah tersebut. Indonesia juga akan meminta diadakannya pertemuan khusus untuk membahas kekejaman Israel kepada warga sipil Palestina. Sebab, seperti yang telah diberitakan, Israel terus membidik warga sipil, terutama anak-anak dan bayi, serta bangunan-bangunan rumah sakit. Tindakan itu dia rasa terlalu mengerikan, bukan hanya dari jumlah korban, namun juga sifat penyerangan. (jp)