SUMUTPOS.CO – Pemerintah Cina melarang pria berjenggot dan perempuan berjilbab menaiki bus umum di wilayah konflik Xinjiang karena alasan keamanan.
Xinjiang, yang terletak di wilayah Cina bagian barat, dihuni sebagian besar kaum muslim Uighur yang berbahasa Turki.
Wilayah ini belakangan dilanda aksi kekerasan dan pemerintah Cina menuduh kelompok militan Uighur sebagai dalangnya.
Pihak berwenang di kota Karamay, seperti dilaporkan kantor berita Reuters dan AFP, telah melarang orang-orang berkerudung, berjilbab, berpakaian longgar, serta berjenggot panjang untuk menaiki bus umum.
Orang-orang yang mengenakan pakaian yang disertai logo bulan bintang juga dikenai larangan menaiki angkutan umum. Lambang ini dikaitkan dengan logo kelompok separatis di wilayah itu.
Mengutip laporan harian Karamay yang diterbitkan Partai Komunis setempat, larangan ini dikeluarkan aparat keamanan dan Partai Komunis sebagai langkah antisipasi keamanan menjelang kejuaraan atletik di kota itu.
“Mereka yang tidak mematuhi, akan dilaporkan kepada aparat kepolisian,” demikian laporan surat kabar tersebut.
‘DISKRIMINATIF’
Bulan lalu, pihak berwenang di ibu kota Xinjiang, Urumqi, telah melarang penumpang bus yang membawa barang-barang seperti pemantik rokok serta air untuk mencegah kemunngkinan adanya serangan kekerasan.
Aktivis Uighur yang berada di pengasingan mengatakan kebijakan represif pemerintah Cina di Xinjiang, termasuk kontrol terhadap warga muslim, telah memicu kerusuhan di wilayah itu.
Alim Seytoff, presiden Asosiasi Uighur Amerika yang berbasis di Washington, menyebut kebijakan Cina ini sebagai rasis dan diskriminatif.
Ratusan orang telah tewas dalam berbagai kerusuhan di Xinjiang dalam 18 bulan terakhir. Alasan keamanan membuat wartawan kesulitan untuk mendapatkan informasi yang independen.
Sebelumnya, sekitar 100 orang tewas ketika penyerang yang menggunakan pisau melakukan serangan di wilayah selatan Xinjiang, kata media pemerintah.
Polisi mengatakan telah menembak mati 59 orang yang dituduh sebagai “teroris”.
Sebuah bom bunuh diri juga menewaskan 39 orang di sebuah pasar di Urumqi, bulan Mei lalu. (BBC)