25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Kampus Negeri Optimis Tidak Kedodoran

Sarjana-Ilustrasi
Sarjana-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pembatasan lama kuliah sarjana atau D-IV maksimal 5 tahun, berpotensi menimbulkan gejolak. Namun sejak dini, pengelola perguruan tinggi sudah mengantisipasinya. Mahasiswa yang lambat mengikuti perkuliahan, bisa meminta difasilitasi bimbingan konseling.

Cara seperti itu yang bakal diambil oleh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rochmat Wahab. Dia menjelaskan bahwa aturan yang membatasi lama kuliah maksimal 5 tahun, hanya berpotensi mengganggu segelintir mahasiswa saja. Dia mengatakan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang selama ini kuliahnya sampai tujuh tahun, jumlahnya tidak besar.

“Rata-rata di UNY mahasiswa itu lulus dalam waktu 4,5 tahun,” katanya. Dengan rata-rata itu, Rochmat mengatakan institusinya tidak akan terpengaruh dengan ketentuan lama belajar maksimal kuliah yang dikepras dari tujuh tahun menjadi lima tahun.

Rochmat mengaku kuliah dalam waktu yang lama, hingga tujuh tahun, merugikan mahasiswanya sendiri. Sebab kurikulum ketika dia masuk menjadi mahasiswa, sudah mengalami perubahan ketika dia menjelang lulus. “Saya sepakat tidak perlu lama-lama. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan cepat sekali,” kata dia.

Hal senada disampaikan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka. Dia menuturkan selama ini di ITB mahasiswa sarjana bisa kuliah hingga enam tahun. “Kalau belum lulus juga, akan dikeluarkan,” katanya.

Akhmaloka menjelaskan rata-rata lama belajar mahasiswa sarjana di ITB adalah 4,2 tahun. Pada prakteknya, dia mengatakan ada mahasiswa sarjana yang lulus dalam waktu tujuh semester. Tetapi ada juga yang lulus maksimal hingga 12 semester.

Khusus di ITB, rekor lulus tercepat adalah mahasiswa Sekolah Farmasi lulus dalam waktu 3,8 tahun. Sedangkan lama kuliah di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, mahasiwa paling lama tercatat 4,4 tahun.

Dia menuturkan Permendikbud yang mengepras lama kuliah sarjana menjadi lima tahun itu, baru keluar tahun ini. Sehingga aturan itu berlaku untuk mahasiswa baru yang masuk kuliah tahun akademik (TA) 2014/2015.

Akhmaloka mengatakan, dari kacamatan pengelola perguruan tinggi, waktu atau masa kuliah dipersingkat lebih cepat justru lebih bagus. Bukan semata-mata kursinya bisa digantikan oleh adik angkatannya, tetapi juga bisa menambah akses kesempatan belajar lebih luas lagi. (wan)

Sarjana-Ilustrasi
Sarjana-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pembatasan lama kuliah sarjana atau D-IV maksimal 5 tahun, berpotensi menimbulkan gejolak. Namun sejak dini, pengelola perguruan tinggi sudah mengantisipasinya. Mahasiswa yang lambat mengikuti perkuliahan, bisa meminta difasilitasi bimbingan konseling.

Cara seperti itu yang bakal diambil oleh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rochmat Wahab. Dia menjelaskan bahwa aturan yang membatasi lama kuliah maksimal 5 tahun, hanya berpotensi mengganggu segelintir mahasiswa saja. Dia mengatakan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang selama ini kuliahnya sampai tujuh tahun, jumlahnya tidak besar.

“Rata-rata di UNY mahasiswa itu lulus dalam waktu 4,5 tahun,” katanya. Dengan rata-rata itu, Rochmat mengatakan institusinya tidak akan terpengaruh dengan ketentuan lama belajar maksimal kuliah yang dikepras dari tujuh tahun menjadi lima tahun.

Rochmat mengaku kuliah dalam waktu yang lama, hingga tujuh tahun, merugikan mahasiswanya sendiri. Sebab kurikulum ketika dia masuk menjadi mahasiswa, sudah mengalami perubahan ketika dia menjelang lulus. “Saya sepakat tidak perlu lama-lama. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan cepat sekali,” kata dia.

Hal senada disampaikan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka. Dia menuturkan selama ini di ITB mahasiswa sarjana bisa kuliah hingga enam tahun. “Kalau belum lulus juga, akan dikeluarkan,” katanya.

Akhmaloka menjelaskan rata-rata lama belajar mahasiswa sarjana di ITB adalah 4,2 tahun. Pada prakteknya, dia mengatakan ada mahasiswa sarjana yang lulus dalam waktu tujuh semester. Tetapi ada juga yang lulus maksimal hingga 12 semester.

Khusus di ITB, rekor lulus tercepat adalah mahasiswa Sekolah Farmasi lulus dalam waktu 3,8 tahun. Sedangkan lama kuliah di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, mahasiwa paling lama tercatat 4,4 tahun.

Dia menuturkan Permendikbud yang mengepras lama kuliah sarjana menjadi lima tahun itu, baru keluar tahun ini. Sehingga aturan itu berlaku untuk mahasiswa baru yang masuk kuliah tahun akademik (TA) 2014/2015.

Akhmaloka mengatakan, dari kacamatan pengelola perguruan tinggi, waktu atau masa kuliah dipersingkat lebih cepat justru lebih bagus. Bukan semata-mata kursinya bisa digantikan oleh adik angkatannya, tetapi juga bisa menambah akses kesempatan belajar lebih luas lagi. (wan)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/