26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Amerika Serikat Turut Kenang Munir

John Kerry, "Kami bergabung dengan Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib"
John Kerry, “Kami bergabung dengan Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib”

SUMUTPOS.CO – Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan AS ikut mengenang 10 tahun kematian aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib.

Hari ini 10 tahun yang lalu, Munir dinyatakan meninggal dunia di atas pesawat Garuda Indonesia tujuan Amsterdam, Belanda. Otopsi menunjukkan adanya kandungan arsenik dalam jumlah besar di tubuhnya.

“Sepuluh tahun yang lalu, seseorang membunuh Munir karena mereka khawatir ia akan berhasil membuat negaranya menjadi lebih demokratis, lebih bebas dan lebih manusiawi,” kata John Kerry dalam pernyataan tertulis yang diterima SUMUTPOS.CO.

“Hari ini kami bergabung dengan rakyat Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib dan kami menyerukan perlindungan untuk mereka yang bekerja demi perdamaian, demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia,” demikian kata pernyataan itu.

Kerry juga mengatakan bahwa keadilan belum sepenuhnya terpenuhi. “Pada 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui bahwa resolusi kredibel terhadap kasus Munir akan menjadi ujian kunci bagi demokrasi Indonesia. Hal itu masih berlaku sampai sekarang. Kami mendukung semua upaya untuk membawa siapa pun yang memerintahkan Munir dibunuh ke meja hijau.”

 

MEMINTA KEADILAN

Istri mendiang Munir beberapa waktu lalu mengatakan kasus ini belum selesai.

“Kalau hanya pelaku lapangannya saja sih, itu mah gampang saya pikir. Tapi dalangnya? Sampai sekarang masih bebas. Dan kita bisa lihat itu. Selama kasusnya tidak terselesaikan, yah kita (Suciwati dan aktivis pegiat hak asasi manusia) akan tetap minta, pemenuhan keadilannya,” kata Suciwati.

Di Indonesia sendiri, berbagai kegiatan memperingati kematian Munir juga marak diadakan dengan slogan “Munir ada dan berlipat ganda.”

Munir Said Thalib meninggal dunia pada usia 39 tahun dalam perjalanan ke Amsterdam untuk menempuh pendidikan S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht. (mea/bbc)

John Kerry, "Kami bergabung dengan Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib"
John Kerry, “Kami bergabung dengan Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib”

SUMUTPOS.CO – Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan AS ikut mengenang 10 tahun kematian aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib.

Hari ini 10 tahun yang lalu, Munir dinyatakan meninggal dunia di atas pesawat Garuda Indonesia tujuan Amsterdam, Belanda. Otopsi menunjukkan adanya kandungan arsenik dalam jumlah besar di tubuhnya.

“Sepuluh tahun yang lalu, seseorang membunuh Munir karena mereka khawatir ia akan berhasil membuat negaranya menjadi lebih demokratis, lebih bebas dan lebih manusiawi,” kata John Kerry dalam pernyataan tertulis yang diterima SUMUTPOS.CO.

“Hari ini kami bergabung dengan rakyat Indonesia untuk mengenang Munir Said Thalib dan kami menyerukan perlindungan untuk mereka yang bekerja demi perdamaian, demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia,” demikian kata pernyataan itu.

Kerry juga mengatakan bahwa keadilan belum sepenuhnya terpenuhi. “Pada 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui bahwa resolusi kredibel terhadap kasus Munir akan menjadi ujian kunci bagi demokrasi Indonesia. Hal itu masih berlaku sampai sekarang. Kami mendukung semua upaya untuk membawa siapa pun yang memerintahkan Munir dibunuh ke meja hijau.”

 

MEMINTA KEADILAN

Istri mendiang Munir beberapa waktu lalu mengatakan kasus ini belum selesai.

“Kalau hanya pelaku lapangannya saja sih, itu mah gampang saya pikir. Tapi dalangnya? Sampai sekarang masih bebas. Dan kita bisa lihat itu. Selama kasusnya tidak terselesaikan, yah kita (Suciwati dan aktivis pegiat hak asasi manusia) akan tetap minta, pemenuhan keadilannya,” kata Suciwati.

Di Indonesia sendiri, berbagai kegiatan memperingati kematian Munir juga marak diadakan dengan slogan “Munir ada dan berlipat ganda.”

Munir Said Thalib meninggal dunia pada usia 39 tahun dalam perjalanan ke Amsterdam untuk menempuh pendidikan S2 bidang hukum humaniter di Universitas Utrecht. (mea/bbc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/